Second.

3.4K 192 14
                                    

AN : maaf yang part 1 banyak typo nya :'v

Harap maklum ya guys :''

Oke, next nya

Cekidotttt~

----------

Still Tanya POV

Namun, seseorang menyekapku dan mengikatku dengan lilitan tali di sekujur tubuhku, mulutku disekap dan mataku tak berhenti untuk mengalirkan air mata dan hatiku tidak bisa berhenti untuk meneriakkan nama Louis.

Mata dari seorang yang mengikatku look so familiar. Matanya yang cokelat tua membuat jantungku berdebar dan berhenti menangis. Siapa dia? Tapi aku masih terlalu takut dengan apa yang terjadi padaku. "LOUIS!! LOUIS!!!" Teriakan hatiku memanggil nama Louis.

"LOUIS!! LOUIS!!" teriakku memanggil namanya. Aku terbangun dengan air mata yang turun melalui pipiku. "What happened babe?" ucapnya ikut terbangun. "Lou..." ucapku lirih dan segera memeluknya erat. "What happened? Explain it babe. Nightmare?" ucapnya dan mengusap punggungku menenangkanku. Aku mengangguk dipelukannya. "Dont leave me Lou" rengekku.

"No, i wont leave you" ucapnya menenangkanku. Sungguh, ini membuatku sedikit tenang. Setelah tenang, aku segera berbaring kembali. Dapat kurasakan, Louis memeluku dari belakang dan sesekali membisikan mantra cintanya padaku.

"Still remmember, id never leave you now for forever" ucapnya dan sesekali mengecup pipiku. Aku tertidur sampai pagi mnjelang.

Sinar matahari menusuk mataku melalui celah celah gordyn di jendela kamar kami. Aku membuka mataku dan mendapatkan louis sudah tidak ada di samping ku.  Ada selembar kertas kecil diatas bantalnya. 'Aku pergi ke kantor lebih pagi dari biasanya, maaf. Bos ku sudah memanggilku dari pagi tadi. Aku tidak sempat sarapan dirumah, maka dari itu aku akan sarapan di kantor' cute Lou.

Hari ini jadwalku adalah shift siang. Maka dari itu, aku mempunyai waktu yang cukup untuk membereskan flat kecil kami. Mulai dari dapur, ruang tamu, ruang keluarga, kamar mandi sampai kamar tidur, aku bersihkan.

Tak terasa, waktu sudah menunjukan pukul 2 siang. Waktunya untuk bekerja. Aku bersiap menuju bank dan berjalan menuju bank sendirian. Matahari hari ini sangat cerah dan menciptakan kehangatan bagi warga Stockholm.

Saat ku memasuki bank, orang sedang sibuk dengan pekerjaannya masing masing. Officer dengan pekerjaannya, teller dengan nasabah, orang tua dengan anak nya yang berkunjung ke tempat kami. Uang dengan harga yang berbeda aku siapkan untuk para nasabah dan pelanggan.

Prang!!!..

Kaca jendela bank berpecahan, beberapa orang dengan pakaian serba hitap dan tertutup masuk melalui jendela yang pecah tersebut. Pihak keamanan sudah takluk dengan mereka yang sudah brutal.

Aku takut, sungguh. Sangat amat takut. Aku khawatir jika mimpi itu menjadi kenyataan. "AAAAAKKKK!!!!" teriakku saat seseorang salah satu dari mereka berdiri dihadapanku. Dengan cepat ia melilitkan tali di pergelangan tangan dan kakiku.

"Kau ikut denganku" ucapnya. Kutatap matanya yang cokelat tua itu. Terlihat sangat familiar, suaranya pun juga sama. Sama persis dengan seseorang yang menabraku kemarin siang. Aku dimasukan kedalam backseat mobil dan disusul olehnya.

Ini persis sama seperti mimpiku tadi malam. Apakah mimpi itu adalah pesan? Entahlah. Aku menangis dan untungnya mulutku tidak disekap. "Apa kau akan membunuhku?" ucapku pada lelaki familiar itu. "Jika kau terdiam, aku tidak akan membunuhmu" ucapnya dengan nada yang menakutkan.

'Dimana Louis?' ucapku dalam hati. Aku sangat panik dan aku takut oleh lelaki ini. Sungguh. "Kau akan membawaku kemana?" ucapku dengan mata yang masih berkaca kaca.

Dia segera mengambil kain dan menyekap mulutku. "Aku akan membawamu ke sebuah tempat yang kupastikan kau tidak tahu. Diamlah atau aku akan menyiksamu" ucapnya dan melayangkan tangan besarnya ke pipiku. Aku menangis cukup deras. Ia mengambil sebotol whiskey dan meminumnya.

Aku melihatnya dengan tatapan takut. Apakah lelaki itu seorang yang menabraku saat itu? Aku tidak yakin. Namun, entahlah mungkin semua itu akan terjawab.

Aku diturunkan disebuah gudang penyimpanan bir. Lelaki itu menyimpanku disana dan mengikatku pada kursi dan memastikanku agar tidak dapat bergerak. Tangannya menjambakku dan rahangnya mengeras. "KAU LIHAT SAJA HIDUPMU AKAN BERAKHIR SEKARANG ATAU TIDAK" ucapnya berteriak di hadapanku.

Tangisanku semakin menjadi jadi. Aku ingat, dan aku memastikan bahwa ia adalah lelaki itu. Ia membuka pisau lipatnya dan segera menyayatkan nya di pergelangan tangan kiriku. Bagaimana jika aku mati?. Aku meneriakan nama Louis di dalam hatiku.

Ia meninggalkanku sendiri di gudang penyimpanan bir ini. Aku sungguh taku dalam keadaan seperti ini, sungguh.

AN :

Hello!!

Next atau gak nih guys? Maaf ya kalau disini banyak typo nya. Sorry :)x

Btw, kebayang ya kalau Thomas jadi galak :'v

Gimme vomments. Thanks :)

STOCKHOLM SYNDROME [Thomas Sangster Fanfic]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang