Thomas POV
Aku tetap berlari entah kemana. Sangat bodoh, anak buah bos ku mengejarku. Untuk apa? Aku memilih diam sebentar dan mengatur nafasku yang terengah engah.
Crap...
Mataku tertutup. Semua gelap, bukan gelapnya malam. Seseorang menarikku dengan paksa dari belakang dan memasukan ku kedalam dek mobil. Kurasa.Selang berapa menit penutup yang ada diwajahku terbuka. Holy crap.... Bos ku menangkapku. Untuk apa? Tanya....
"Kau kemanakan dia?" bosku membentakku dan asistennya memukul dada kiriku dengan rotan. "Biarkan aku menjelaskan semuanya" ucapku.
"Baiklah jelaskan semaumu" ia menjatuhkan batang rokok nya dan menginjaknya. "Aku selamatkan dia karena aku- aku- mencintainya" aku tertunduk. "Apa kau bilang?" ucapnya sambil menjepit rahangku. "Kau lebih memilih dirinya?" lanjutnya lagi.
"Berikan aku kesempatan lagi" ucapku memogon padanya. Kuharap ia memberikanku kesempatan lagi. "Baiklah, 3 bulan lagi di pesta kita kau bawa dia dan berikan ia padaku" ucapnya.
Ikatan yang ada di tubuhku di lepaskan dan sekali lagi asistennya memukul punggungku dengan rotan. Apa dia gila? Aku ini manusia bukanlah kayu.
Aku pulang dengan berjalan melewati mall yang sama saat aku dan Tanya berjalan disini beberapa hari yang lalu. Aku teringat saat Tanya melihat dress putih di sebuah etalase toko diidalam sini. Aku berfikir untuk membelikannya sebuah dress yang sama dengan sepatu yang sama warnanya dengan dress itu.
Setelah aku membelikannya dress tersebut, aku lantas pulang ke rumah dengan berjalan kaki, dan kebetulan pula rumahku tak terlalu jauh dari sini.
Tanya POV
Ini sudah malam. Semua toko sudah tutup dan aku tak tahu aku dimana karena malam yang gelap dan hanya sinar remang remang lampu jalanan. Mungkin ini sekitar pukul 11 malam. Sebuah cafe kecil terlihat buka. Cafe 24 jam. Well, cukup untuk beristirahat.
Aku duduk di bangku dan memesan secangkir chocolate panas. Mungkin untuk beberapa waktu, aku akan bermalam disini. Hanya untuk beristirahat sebentar hingga matahari terbit lagi.
Pukul 2. Thomas bilang ia akan menemuiku lagi. Namun, entah ia kemana. Dan sayangnya aku tak tahu dimana dan aku tak tahu jalur mana yang harus aku pilih untuk pulang.
Aku menidurkan kepalaku diatas meja kafe smbil mengetuk ngetuk meja dengan jemariku. Tak lama, mataku perlahan terpejam dan tertidur.
....
"Maaf, nona" seseorang membangunkanku. Aku pun terbangun dan menatapnya. Itu pelayan cafe ternyata.
"Maaf, nona terbangun disini. Tetapi, mungkin nona bisa melanjutkan tidur nona di rumah anda sendiri" ucapnya.Okay, sekarang aku baru tersadar bahwa aku tertidur di cafe dan sekarang sudah pukul 6. Aku harus segera pulang ke apartemen, aku cemas jika louis mencariku kemana mana.
"Maaf, aku tertidur. Terimakasih sudah membangunkanku" ucapku lalu aku melangkah keluar cafe dan menaiki taxi menuju apartemen.
Aku mengecek telfon genggamku. Terpapar 6 missing call dari Louis. "Maafkan aku lou" gumamku. Aku mencoba untuk menelfon Louis kembali, memastikannya bahwa aku baik baik saja.
"Hello Tanya, kau kemana saja kemarin malam? Aku hampir cemas. Kau tak apa apa kan?"
"Tidak Lou, aku tak apa. Kemarin aku tertidur di cafe. Maaf jika aku membuatmu cemas"
"Syukurlah kalau kau baik baik saja Tanya, aku sudah menyiapkan kotak sereal dan susu. Maaf aku hanya dapat menyiapkan itu, kau kan tahh sendiri aku tak bisa memasak" ucapnya sambil sedikit tertawa.
"Uhm... Its ok. Thanks Lou" ucapku.
Telfon pun terputus. Mungkin Louis sedang sibuk dengan pekerjaannya. Tak terasa, taxi sudah membawaku ke halaman apartemen. Aku membayar tips lalu segera menuju flatku.
Aku langsung dengan segera membasuh badanku dengan air hangat dan segera menyiapkan sereal untukku. Aku makan di meja makan dan melihat kesekeliling ruangan. Sungguh sangat sepi dan benar benar membosankan. Louis mungkin sedang sibuk dan tidak mungkin jika aku memaksanya pulang untuk menemaniku.
Mungkin aku memilih untuk menghubungi Thomas dan menyuruhnya mampir kesini? Entahlah mungkin ia juga sedang ada kesibukan lain. Tapi, apa salahnya untuk mencoba?
Ku ketik beberapa nomor untuk menghubungi Thomas.
"Hello Thomas"
"Oh, hello tanya"
"Apakah kau mau mampir kesini? Aku tampak bosan" ucapku sambil mengaduk semangkuk sereal yang ada dihadapanku.
"Um, sepertinya itu terdengar menyenangkan. Aku pun merasa bosan"
"Okay baiklah aku akan menunggumu. Apa aku harus membelikanmu snack atau? Apakah keadaanmu baik baik saja? Kudengar suaramu agak serak" tawarku.
"Tidak, tak usah. Aku yang akan membawakannya untukmu. Tidak apa apa aku tak apa apa yakin lah"
"Baiklah jika kau tak apa apa. Tetapi bisakah kau menceritakan apa yang semuanya terjadi padamu nanti? Aku hanya merasa cemas dengan keadaanmu"
"Baiklah jika kau memaksa"
Sekian percakapanku dengan Thomas. Aku pun melanjutkan sarapanku sambil menunggunya untuk singgah di flat ku.
Seselesainya aku memakan sereal, aku memilih untuk mencuci mangkuk bekas louis dan aku. Lalu mengelap meja cabinet yang tampak terlihat sedikit kotor.
Ting.. Tong...
Suara bell. Mungkin itu Thomas yang datang. Aku segera berlari kecil ke arah pintu dan membukanya. Dihadapanku seorang lelaku tinggi dan yap, itu Thomas. Aku memeluknya sekejap. Entahlah, aku hanya ingin memeluknya dan aku rasa itu membuat kesenangan tersendiri bagiku.
"Come in" ucapku sambil menarik tangannya menuju ruang tengah.
"Kau mau minum apa?" tawarku.
"Tak usah, aku tidak haus" ucapnya.
"Okay." aku duduk disebelahnya."Jadi, bagaimana keadaanmu? Kau kan sudah bejanji akan menceritakannya padaku" ucapku.
"Baiklah" ucapnya sambil membenarkan posisi duduknya menjadi menghadap padaku.
Ia pun menceritakan semua yang terjadi padanya. Bahkan ia pun menceritakan bahwa ia terdapat luka di dada kanan nya tersebut.
"Astaga Thomas biar aku yang mengobatinya" secar refleks aku berkata seperti itu. Aku pin segera mencari kotak obat dan mengobati dada Thomas tersebut.
"Padahal kau tak usah se repot ini" ucap Thomas sambil terkekeh. Aku hanya senyum padanya sambil masih mengobati nya. "Tak apa,aku hanya kasihan padamu" ucapku.
"Umm tanya, aku memberimu ini. Mungkin ini ak seberapa tapi.. Terimalah" ucapnya sambil memberikan sebuah kotak yang ukurannya cukup besar tersebut. Aku memang melihaynya membawanya saat di pintu tadi. Aku pun menerimanya dan menyimpannya di atas coffee table di hadapanku. "Mengapa kau tak membukanya?"
"Hm? Oh itu. Biarkan saja nanti aku melihatnya agar merasa lebih surprize" kataku sambil menyengir padanya.
Maaf ini pendek. Maaf juga inj slow update jadinya kan :'v maafin author sekali lagi maafin maukan maafin? Mau ya? :'v
KAMU SEDANG MEMBACA
STOCKHOLM SYNDROME [Thomas Sangster Fanfic]
FanfictionMungkin bodoh jika aku mencintai seseorang yang sudah menyandra ku dan telah memperlakukanku sebagai budaknya. Namun sungguh, aku mencintai nya walau aku sudah memiliki calon tunangan.