Chapter 7

90 13 2
                                    

Aku tidak tahu apa yang akan dia tanyakan, tetapi aku senang berbicara dengannya terlebih dahulu, jadi aku berteriak dengan semangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tidak tahu apa yang akan dia tanyakan, tetapi aku senang berbicara dengannya terlebih dahulu, jadi aku berteriak dengan semangat.

"Oke, kakak!"

Sementara dia sedang membuat transkrip, aku mengamati dengan dagu bertumpu di tanganku.

Dari jarak yang lebih dekat dari yang ku duga, dia membuka mulutnya perlahan untuk berbicara tanpa mengalihkan pandangan dariku.

"Apa saja yang telah kamu lakukan?"

Oh? Kenapa kamu menanyakan itu? Huft!

“Apa kakak merindukanku?”

“….”

"Aku juga merindukan kakak."

Ekspresi di wajahnya sedikit berubah, mungkin karena kata-kataku. Aku melihat wajahnya yang memiliki suasana lebih lembut dari biasanya seolah-olah dia sedang kerasukan.

Aku masih tidak bisa terbiasa dengan wajahnya, tidak peduli berapa kali aku melihatnya.

Matanya yang tampak lelah dan memiliki pandangan mendalam. Bulu matanya yang tebal, dan mata emasnya yang bersinar.

Dan setitik tahi lalat yang terletak di bawah mata kirinya menambah kesan menggoda.

Dia adalah pria dengan penampilan yang sangat menonjol. Tidak peduli seberapa kering ekspresinya, penampilannya tampak sangat luar biasa.

'Terlepas dari fakta itu, bagaimanapun juga.... Huft'

Aku menelan helaan nafasku dan menatap sendu kearah pemeran utama pria, yang tidak memiliki emosi.

“Jika kamu tersenyum, kamu pasti akan menjadi jauh lebih cantik…”

'pikiran batin' ku keluar dari mulutku tanpa sadar.

"Apa?"

"Oh!"

Aku segera menutup mulutku dengan tangan, tetapi sudah terlambat. Lucian menatapku dengan mata terbuka lebar dalam ekspresi terkejut yang jarang kulihat.

Bagaimana aku harus menjelaskan itu? Aku memutar mataku pada tindakanku sendiri dan menatap Lucian lagi.

Kami hanya menatap satu sama lain tanpa mengucapkan sepatah kata pun, tetapi keranjang yang sebelumnya ku letakkan di atas lututku jatuh.

Anggur, apel, dan jeruk yang berada di dalam keranjang semuanya terguling.

"Ugh!"

Karena terkejut, aku segera bangun dan mencoba mengambil beberapa buah. Saat itu, tangan seukuran anak kecil muncul dan menutupi tanganku.

"Diam."

Tangan kurusnya gemetar.

Seolah-olah ini adalah pertama kalinya aku melakukan kontak langsung dengannya, aku memegangnya erat-erat dan merasa terkejut.

Menjadi Adik Pemeran Utama Obsesif Yang Menyesal [NOVEL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang