Prolog

1.9K 207 42
                                    

Banyak yang bilang masa SMU adalah masa yang paling menyenangkan. Ketika ditanya kenangan yang paling membekas pasti banyak dari mereka yang akan menjawab masa saat SMU lah masa yang paling menyenangkan namun sepertinya hal itu tidak berlaku untuk pemuda satu ini.

Namanya Megumi, Fushiguro Megumi. Banyak hal yang ia benci dan sedikit hal yang ia sukai. Ia jarang tersenyum dan sangat pendiam karena itu banyak yang menganggap ia sombong dan dengan itu banyak yang suka cari gara-gara.

"Megumi kau berkelahi lagi ya." pria bersurai putih dengan kacamata hitamnya berkacak pinggang ketika melihat lebam di wajah Megumi. Ia adalah Gojou Satoru, wali sementara Megumi karena sang ayah harus meninggalkannya untuk urusan pekerjaan ke luar negeri. Gojou Satoru sendiri adalah sahabat ayahnya walaupun usia mereka terpaut usia delapan belas tahun.

"Mereka yang memulai--itte te..jangan ditekan bodoh!"

Satoru terkekeh lalu menarik tangan Megumi menuju ke ranjang pemuda tersebut. Satoru kemudian mengambil kotak P3K untuk mengobati luka lebam di wajah Megumi.

"Kalau Toji disini mungkin kau akan dipaksa untuk homeschooling Megumi."

"Aku tidak pedul--oi sakit tau!"

"Makanya kalau aku bicara dengarkan, bila aku melarang jangan lakukan dan jika aku bilang jangan ulangi ya jangan ulangi lagi."

Megumi hanya mendengus sebal.

"Kau itu kalau memang tidak ada masalah jangan cari masalah. Jangan karena berandalan itu menindas yang lemah kau malah memberi pelajaran pada mereka. Sekarang kau kan yang jadi raja berandalannya."

"Kau cerewet Satoru-san."

"Iya karena kau anak yang nakal."

Satoru mencubit pipi Megumi gemas. "Makan sana. Maid sudah siapkan makan siang."

"Aku tidak mau."

"Anak nakal."

"Bisa kau berhenti memanggilku begitu?!"

"Tidak bisa jika kau belum bisa merubah sikapmu. Aku ada janji setelah ini dengan Suguru jadi kau harus jadi anak baik ya."

'Suguru lagi.' batin Megumi lalu beranjak keluar dari kamarnya tanpa mengganti seragamnya sama sekali.

"Yare-yare, anak itu benar-benar sebelas dua belas dengan ayahnya." Satoru pun beranjak keluar kamar Megumi. Setelah ini ia ada janji dengan sahabatnya untuk keluar bersama. Sahabat yang diam-diam ia cintai.

Setelah makan siang Megumi mengurung diri di kamar. Satoru yang sudah biasa melihat Megumi tiduran di ranjang hanya bisa membiarkan pemuda itu. Fokusnya saat ini hanya untuk Suguru yang akan segera ia temui setelah dua bulan ini tidak bertemu karena Suguru dipindah tugaskan selama dua bulan  terakhir ini.

Megumi sendiri yang berada di kamarnya hanya bisa berbaring dengan posisi menyamping. Tatapannya sendu, sangat berbeda jauh dari tatapan galak sebelumnya. Ia kini sendirian dan seperti inilah jika ia telah sendiri.

"Dasar tidak peka." ucapnya seraya menatap foto dirinya dengan Satoru yang menjadi wallpaper smartphonenya. Megumi meremas smartphonenya, menjadikan benda itu pelampiasan kekesalannya.

"Tiga tahun bukanlah waktu yang singkat untuk mencintaimu tapi tiga tahun itu kau gunakan untuk mencintai orang lain."

Mata Megumi berkedip dan saat mata itu terbuka cairan asin itu pada akhirnya keluar. "Kenapa aku harus mencintaimu, kenapa aku harus mempertahankan perasaanku tiga tahun ini hanya untukmu? Kenapa? Aku tidak mengerti."

Setetes demi setetes air mata itu pada akhirnya tumpah dan membuat Megumi meloloskan isakannya. Tubuhnya gemetar dan semakin keras getaran tubuhnya semakin keras isakan yang keluar dari bibirnya.

Ceklek

Pintu kamar Megumi terbuka, memperlihatkan sosok pemuda berambut merah muda dengan tato di wajahnya. Ia sempat tersentak ketika dilihatnya Megumi menangis.

"Sampai kapan kau mau begini Megumi?"

"S-u..k..unaa.."

Pemuda yang bernama Ryoumen Sukuna itu pun menghampiri Megumi lalu menarik tubuh Megumi agar duduk di ranjang sebelum memeluk pemuda berambut hitam tersebut.

"Kau itu benar-benar ya, setiap aku kesini pasti bajuku basah." Sukuna mengusap punggung Megumi sementara Megumi sendiri balas memeluk Sukuna dan mencengkram punggungnya dengan kuat.

"Maaf.."

Sukuna menghela nafas. Raut wajahnya bisa dibilang datar. Dia selalu menjadi penghibur Megumi yang patah hati dan Megumi tidak pernah tau bahwa Sukuna juga tengah patah hati. Megumi patah hati karena orang yang ia cintai mencintai orang lain sementara Sukuna patah hati karena selalu melihat orang yang ia cintai menagis karena patah hati. Kata cinta yang tak terucap pada akhirnya membuat hati sakit, namun akan lebih sakit saat terucap malah akan mendapat penolakan bukan?

"Kau yang tadi di sekolah mengalahkan para berandalan itu kan? Raja berandalan menangis karena cinta? Yang benar saja." Sukuna coba memancing emosi Megumi namun Megumi hanya terdiam di pelukan Sukuna dengan isakan yang mulai mereda.

"Mau jalan denganku? Biar kau tidak galau terus."

Megumi pada akhirnya mengangguk. Pelukan Sukuna ia lepaskan dan ia mencoba tersenyum.

"Baiklah, kita ke taman atau danau?"

"Danau."

"Baiklah, ganti baju sana."

Megumi pun mengganti bajunya di kamar mandi. Hari telah menjelang sore, ia akan lebih tenang ketika menatap matahari terbenam dari danau yang biasa ia kunjungi. Beginilah setiap harinya, jika ia terpuruk seperti ini pasti Sukuna akan selalu ada untuknya. Megumi tidak pernah tau Sukuna juga tengah mengalami patah hati yang sama.

T
B
C

Sama-sama patah hati ye, tenang Satoru nanti juga bakal patah hati kok hehe...

Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang