Chapter 2 : Kenyataan Pahit

999 165 66
                                    

"Megumi.."

"Hm.."

"Aku menyukaimu."

Megumi segera menghentikan permainannya ketika mendengar ucapan Sukuna.

"Kau bilang apa tadi? Suka?"

Sukuna mengangguk. "Aku lebih suka melihat kau yang seperti ini daripada menjadi orang yang menyedihkan." ucap Sukuna. Tadi murni ia berkata tanpa berpikir untung saja ia bisa mengatasinya dengan cepat.

"Sialan kau Sukuna."

Sukuna tertawa. "Aku rasa mainnya cukup, bagaimana kalau kita makan dulu? Aku lapar."

Megumi mengangguk. "Ayo.."

"Oi king! Mau kemana?"

"Aku mau makan dan berhenti memanggilku king." ucap Megumi pada segrombolan orang-orang tadi.

Megumi berlalu begitu saja dengan Sukuna yang merangkul bahunya. Megumi tidak akan marah jika Sukuna menyentuhnya seperti ini karena mereka memang sudah bersahabat cukup lama. Jika itu orang lain mungkin saja Megumi sudah menonjoknya. Megumi paling tidak suka ketika disentuh, kalau disentuh sedikit maka yang menyentuh pasti kena tonjok.

.

Megumi dan Sukuna kembali sekitar jam tujuh malam. Sukuna mengantar Megumi terlebih dulu padahal Megumi sudah bilang tidak perlu. Pada akhirnya Megumi hanya bisa pasrah dan membiarkan Sukuna berbuat semaunya. Sukuna meninggalkannya setelah sampai di depan rumah Megumi.

"Tadaim...a.."

Megumi mematung ketika ia membuka pintu depan. Ia tidak mampu melangkah ketika di depan matanya Satoru tengah mencium seorang pria dikuncir cepol diatas sofa ruang tamu karena pintu depan langsung mengarah ke ruang tamu.

"Me-Megumi?" Satoru langsung melepas ciumannya dari pria tersebut. Wajah Satoru memerah saat ini.

"Seharusnya kalian lakukan di kamar saja, dasar bodoh!" ucap Megumi tanpa melihat kearah orang yang ia ajak bicara. Ia tau pria yang bersama Satoru itu adalah Getou Suguru.

"Megumi ma--"

"Kalian lanjutkan saja, aku akan menginap di rumah temanku." ucap Megumi seraya langsung berjalan menjauh dari rumahnya.

"Megu--ughh kepalaku sakit.."

Suguru langsung membantu Satoru bangun dan kembali mendudukkan Satoru di sofa. Tadi Satoru sempat ke bar untuk minum dan kebetulan ada Suguru disana bersama teman kerjanya. Satoru yang mabuk pada akhirnya diantar oleh Suguru sampai rumah.

"Kau diam dulu Satoru, kalaupun kau paksa kau tidak akan mampu mengejarnya." ucap Suguru.

Sementara itu Megumi hanya berjalan menjauh dan sesekali merapatkan jaketnya. Gerimis perlahan menjadi hujan deras dan Megumi tidak peduli pada sekujur tubuhnya yang basah oleh air hujan. Ditengah hujan seperti ini tidak akan ada yang melihat air matanya. Megumi yang dikenal tangguh dan ditakuti beberapa berandalan tidak mungkin memperlihatkan sisi lemahnya bukan? Ia bisa jadi bahan bully nanti walaupun ia bisa saja membungkamnya dengan bogem mentah.

"Megumi!"

Tubuhnya ditarik dan sedetik setelahnya ada sebuah mobil yang melesat melewatinya. Kini Megumi berada dipelukan seseorang yang baru saja menyelamatkannya.

"Kenapa kau hujan-hujanan dan tidak jadi pulang?" ujar sosok tersebut lalu melepas pelukannya pada Megumi. Ternyata sosok itu tak lain adalah Sukuna. Ia tampak membawa payung dan beberapa belanjaan di tangannya.

"..." Megumi hanya diam.

"Kau kenapa? Jawab aku Megumi jangan diam seperti ini.."

Air mata Megumi semakin banyak jatuh. Ia mengusapnya kasar karena ia ingin air matanya berhenti malah makin banyak yang jatuh. Lagi-lagi ia terlihat lemah dan menyedihkan di mata Sukuna.

"Jangan diusap kasar begitu, nanti area matamu lecet." Sukuna menaruh belanjaannya di trotoar lalu dengan lembut menyingkirkan tangan Megumi dari wajahnya. Sukuna kemudian menghapus dengan lembut air mata Megumi dan wajah Megumi yang masih basah karena kehujanan tadi.

"Kalau tidak mau cerita sekarang tidak apa, mau menginap di rumahku?"

Megumi mengangguk.

"Sudah berhenti menangis ya." Sukuna memeluk Megumi dan mengusap punggungnya lembut karena Megumi menangis lagi. Untung saja tadi Sukuna tidak langsung pulang dan memilih belanja dulu di mini market karena kalau tidak, mungkin Megumi sekarang sudah berada di rumah sakit karena hampir tertabrak mobil.

"Me-mereka ci-ciuman." ucap Megumi dengan suara terbata namun Sukuna sudah paham mereka siapa yang Megumi maksud. Hanya satu orang yang mampu membuat Megumi seperti ini. Tubuh Megumi bergetar karena menangis dan karena dinginnya air hujan. Megumi mencengkram punggung Sukuna menandakan ia benar-benar kecewa. Kecewa dengan kenyataan pahit yang ia lihat.

"Baiklah sekarang kau tenanglah, ayo ikut ke rumahku." Sukuna mengambil belanjaannya lagi dan menentengnya di tangan yang ia pakai untuk memegangi payung sementara satu tangannya lagi ia pakai untuk merangkul bahu Megumi.

"Kau mau beli sesuatu dulu? Biar sekalian berhubung masih di jalan."

Megumi hanya menggeleng.

Sukuna mengangguk lalu kembali fokus ke jalan di depannya.

"Terima kasih Sukuna." ucap Megumi dengan suara yang pelan.

"Iya..sampai rumahku ganti baju dulu. Kau bisa pakai bajuku tapi mungkin agak kebesaran."

Saling berdekatan seperti ini saja Sukuna sudah sangat bersyukur. Ia begitu menyayangi Megumi dan ingin selalu berada disisinya. Jika ia benar-benar menyatakan perasaannya Sukuna takut Megumi menolak bahkan langsung menjaga jarak dengannya. Jika sudah menjaga jarak bukan cuma ia saja yang merasa kehilangan, tapi Megumi pastinya akan merasa kehilangan juga karena hanya Sukuna sandaran Megumi untuk saat ini jika itu menyangkut masalah hatinya dengan Satoru.

.

"Kau cukup menggemaskan dengan baju kebesaran seperti itu." ucap Sukuna ketika melihat bajunya kedodoran ketika dipakai Megumi.

"Diamlah.." ucap Megumi sedikit memalingkan wajahnya yang memerah karena diledek Sukuna.

"Baiklah aku berhenti." Sukuna berjalan kearah Megumi dan menyentuh keningnya. "Badanmu agak hangat sebaiknya kau segera tidur Megumi."

Megumi mengangguk. "Ada fuuton?"

Sukuna menggeleng. "Tidurlah di tempat tidurku, kalau kau risih tidur berdua aku tidur di sofa saja."

"Ini tempat tidurmu, aku tak mau tidur disini semantara kau di sofa. Biar aku yang tidur di sofa."

"Jika kau tidur di sofa nanti tambah sakit bagaimana? Besok kita ada ulangan jangan sampai kau tidak ikut."

Megumi terdiam seraya berpikir.

"Apa lagi yang kau pikirkan? Kau tidurlah di tempat tidur dan aku akan tidur di sofa."

"Ikutlah tidur disini. Tapi kalau aku memalukan saat tidur jangan ditertawakan ya?"

Ah jadi itu masalahnya. Sukuna pikir Megumi tidak mau tidur berdua dengannya ternyata ia tidak mau terlihat memalukan saat tidur.

"Baiklah. Ayo cepat tidur."

Megumi langsung berbaring di ranjang Sukuna. Ranjang itu besar bahkan mampu menampung empat orang.

Tidak memerlukan waktu lama Megumi pada akhirnya tertidur. Ia tadi menangis tentu saja akan dengan cepat tertidur. Matanya masih bengkak dan besok jika ia sekolah akan sangat kelihatan ia habis menangis semalaman.

Sukuna ikut berbaring disamping Megumi. Padahal ranjang itu besar namun Sukuna memilih berada sedekat mungkin dengan Megumi. Ia berbaring menghadap Megumi dengan mengusap rambut Megumi yang jatuh menutupi wajahnya.

"Bagian mana yang memalukan padahal kau samanis ini saat tidur." ucap Sukuna dengan senyuman yang terukir di wajahnya.

Cup

Sukuna memberi kecupan di kening Megumi sebelum memejamkan matanya disamping Megumi.

"Oyasumi. Aku mencintaimu Megumi dan akan selalu begitu."

T
B
C

Guys mending ini endingnya Gofushi atau SukuFushi ya?

Broken HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang