00. Subtittles

499 70 35
                                    

—teruntuk bunga kecilku, musim panas tanpamu terasa seperti musim dingin. Dan musim dingin tanpamu terasa semakin dingin—

.
|
.

Sebuah surat yang ditulis dengan cantik oleh Sang pengatur waktu. Terkikis oleh waktu. Dan juga, didedikasikan oleh pemutar waktu.

.
|
.

Teruntuk Yeonji, Putri kesayanganku.

Aku akan mengulas sedikit memori yang masih ku ingat sampai saat ini.

Hari itu, hari dimana tepat dua bulan setelah pernikahanku dengan Yeonjun.. kabar baik datang kepada kami. Ralat, bukan hanya kami tetapi keluarga dan teman dekatku. Waktu itu Yeonjun tidak percaya, bahkan aku sendiri bahwa kami akan menjadi seorang Ibu dan Ayah.

Kau tahu kan siapa itu? Ya, tepat sekali itu adalah kau.. Yeonji.

Kebahagiaan datang terus menerus tanpa henti. Semua yang menerjang usaha kami untuk membuat kau tetap aman dan bahagia selalu saja berdatangan. Hingga suatu hari dimana aku menjadi sangat lemah akan waktu yang terus terkikis untuk segera melahirkanmu ke dunia, aku tidak mengingatnya dengan jelas. Tapi ada satu hal yang membuatku terus menahan senyum.

Kau tahu itu apa? Melihatmu mengeluarkan tangisan untuk pertama kalinya.

Rasanya jantungku ingin meledak saat itu juga saking bahagianya melihatmu. Dan Yeonjun, wajah dingin dan datarnya itu terlihat sangat terang benderang dan hangat bersamaan. Ini adalah kadar bahagiaku yang terus melonjak naik tanpa henti.

Aku senang sekaligus takut saat itu.

Kau tahu.. alasan mengapa aku senang adalah karena aku memiliki seorang putri cantik seperti dirimu. Seorang gadis yang sangat kuat nantinya.

Pun alasanku takut juga adalah kau yang merupakan Putri Mahkota untuk keturunan Yeonjun. Aku sangat amat takut akan hal itu. Tugas yang kau emban akan semakin berat, menjadi anggota kerajaan adalah bagian yang tidak bisa kau pilih saat lahir. Begitu juga aku sebagai Antlers.

Diminta untuk memimpin negeri ini bukanlah hal yang mudah. Kau akan melalui banyak rintangan nantinya.

Dan ada beberapa pesan yang ingin kusampaikan padamu,

Kau adalah putriku dan Yeonjun. Tidak ada yang tidak mengenal kami, aku hanya ingin kau pintar memilih teman. Tidak harus banyak, yang aku ingin adalah kau mempunyai teman yang dapat kau percaya.

Kau harus selalu hati-hati dengan perkataan, aku selalu berharap agar putriku nanti bisa menghormati orang-orang disekitarnya dengan tidak menyakiti perasaannya saat berbicara.

Yeonji, jadilah gadis baik yang tumbuh dengan apa adanya dirimu. Menjadi bersinar dengan dirimu sendiri dan kemudian menemukan kebahagian dengan jalan yang kau pilih.

Aku akan selalu mendukung keputusanmu, apapun itu. Bahagiamu bisa membuatku terus merasa cukup dengan skala yang aku punya.

Yeonji, mulai sekarang kau harus bisa hidup mandiri. Kau adalah gadis yang tangguh dan kuat, aku percaya kau bisa melakukannya. Aku akan selaku berada di sisimu. Sepanjang waktu.

Maafkan aku, Yeonji. Kurasa aku membutuhkan tidur yang sangat amat lama bersama Yeonjun. Kau tidak perlu risau akan hal itu, kami akan selalu menjadi tempatmu untuk pulang. Jika kerinduanmu tidak tertahankan, putarlah lagu yang selalu Omamu putar saat kau ingin tidur pada gramophone di kamar lamamu.

Maafkan aku juga karena membiarkanmu tinggal sendirian disana, kau pasti sangat kesepian. Aku janji, aku dan Yeonjun akan selalu ada di setiap hari-harimu. Maaf, aku tidak bisa kembali, Yeonji. Aku dan Yeonjun, tempat kami adalah disini.

Kau tidak akan sendirian, kami akan selalu mengawasimu. Juga kau akan menemukan teman hidupmu suatu hari nanti. Aku tahu kau tidak akan mengeluarkan air mata berhargamu untuk membaca surat ini kan? Karena itu sangat berharga, dan kau harus kuat.

Aku akan selalu membuat harapan agar kau diberi banyak kebahagiaan selama hidupmu.

Terimakasih Yeonji, kau sudah hadir dalam hidupku dan juga Yeonjun. Mewarnai hari-hari kami yang sempat bertemu dengan gelap.

Walaupun kau sudah tumbuh dewasa, bagiku kau tetap malaikat kecil kami yang sangat menggemaskan.

Terimakasih banyak sayang, Ibu mencintaimu.

—Hwang Yeji, 2060.

..

Sebagian besar cerita ini dimulai, adalah ketika Sang pencipta mulai membaca skenarionya. Tidak dapat dipungkiri jika tangis sedih dan bahagia selalu mengiringi mereka yang melakukan reka adegan.

Ini takdir.

Sebaik apapun buku ini tercipta, jelas, penentu akhir dari segala keluh kesah ini adalah diri sendiri dan Tuhan.

Mungkin ada yang berpikir jika ini hanyalah khayalan semata, tapi nyatanya tidak. Begitu nyata dan realistik.

Bak dongeng, atau memang ini hanya cerita dongeng?

Kita hanya akan tahu ketika kita membuka lembaran demi lembaran buku ini, bukan?

But,

The one thing that she can find in this world,

Empty.

.
.
.
.
.

Yeonji's Latter

[ii] YEONJI : 637 Of ResideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang