08. Endless

46 3 4
                                    


..

Keterdiaman Yeonji yang cukup lama itu, makin membuat Yeonji terlihat bingung. Pertama, ia tak menyadari asal cahaya yang menerangi mereka. Kedua, Yeonji begitu penasaran dari mana lelaki di depannya ini mengetahui tentang Antlers?

"Kau..., sebanyak apa yang kau tahu?"

Shin-Ah tidak menjawabnya. Ia hanya memandangi mata coklat milik Yeonji dengan lamat. Netra abunya begitu menusuk, memberikan kunci pada netra Yeonji untuk membalas tatapannya saat itu juga.

"Antlers..., Oma pernah mengatakan itu padaku," lirih Yeonji dengan masih menatap mata Shin-Ah.

Namun tak lama, sebelum gadis Choi itu mengingat suatu hal atas kejadian yang sudah berlalu. Di Kastil ini dan laki-laki yang datang bersama beberapa orang ke sini, termasuk lelaki yang ada di depannya ini. Tanduk bercahaya, dan tatapan singkat mereka begitu membekas diingatan Yeonji.

"Siapa dia? siapa nama temanmu itu?"

Oh, mendengar pertanyaan dari Yeonji membuat Shin-Ah sedikit terkejut. Apakah yang dimaksud Yeonji adalah Gin? Apakah Yeonji ingin bertemu dengan Gin karena alasan tertentu, atau justru Yeonji sudah menyadari ada persamaan di antara mereka?

"Aku ingin bertemu dengannya." Yeonji memintanya dengan mutlak kali ini.

"Kau tidak akan pergi dari sini," jawab Shin-Ah dengan wajah datar. Jauh dari lubuk hatinya, berat mengiakan permintaan Yeonji yang sudah ia ketahui jawabannya.

Tapi Yeonji tetaplah Yeonji, gadis keras kepala yang selalu berusaha untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Dan sekarang ia ingin dipertemukan dengan Gin, ia ingin tahu lebih banyak tentang lelaki itu dan juga Antlers dari luaran sana. Yeonji ingin mengetahui semuanya.

"Kenapa? kau mau imbalan? uang, berlian, atau keping emas? aku akan berikan sebanyak yang kau mau asal–"

"Aku tidak membutuhkannya." Perlahan Shin-Ah melepaskan tangan Yeonji, ia juga memberi jarak pada mereka. Sembari menggeleng pelan dan berharap bahwa keinginan Yeonji diurungkan setidaknya sampai mereka bertemu sendiri secara tidak sengaja.

Tentu saja itu membuat Yeonji kesal. Tak segan ia menyerang Shin-Ah dengan Bowie yang tersisa di balik punggungnya, namun hal itu tak membuat Shin-Ah jatuh begitu saja. Lelaki itu justru meladeni serangan Yeonji yang berdasar akan kekesalan dan pelampiasan.

sret!

Sama persis seperti waktu itu, pisau yang kini ada di samping kepala Shin-Ah kini suda berpindah ke dekat leher Shin-Ah. Jika saja satu kata tidak terucap, mungkin mereka masih melanjutkan pertarungan kecil ini hingga seluruh ruangan rusak.

"Putri...."

"Kau akan kehilangan petamu jika masih menggunakan Bowie itu," lanjut Shin-Ah sebelum Yeonji benar-benar meletakkan senjatanya sedikit jauh dengan posisi mereka saat ini.

Yeonji menatap ke bawah dengan wajah tak terbaca. Menatap Shin-Ah seakan menunggu lelaki itu mengatakan sesuatu padanya.

"Asteria, kita buat kesepakatan."

"Apa? katakan saja."

"Lakukan tiga permintaanku, dan kau akan bertemu dengannya selama yang kau mau."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

[ii] YEONJI : 637 Of ResideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang