06. Two Rings

75 10 0
                                    

..

"Asteria Choi."

Gumam lelaki bernetra abu itu. Ia hanya sibuk memandangi dua cincin yang sengaja ia ambil dari gadis bernama dua itu. Yeonji? Asteria? 

"Pembohong yang pintar." Shin-Ah terkekeh kecil mengingat raut mengerikan Yeonji. Sudah dua hari sejak mereka melakukan pertarungan kecil di salah satu ruangan Kastil Azurea, rupanya tak membuat lelaki itu lupa bagaimana pertemuan pertama mereka dulu.

Ia bahkan menyematkan kalung dengan dua buah cincin itu pada lehernya. Bukan hanya tertarik dengan berkilaunya cincin itu, tapi ia juga berpikir untuk menyimpannya seorang diri. 

"Haruskah kita bertemu lagi? Tapi sepertinya itu akan jadi lebih buruk."

Shin-Ah terus bermonolog dalam posisi terlentangnya pada rerumputan belakang markas Underhill. Begitu sampai ada suatu suara yang memanggil namanya, Shin-Ah segera memasukkan bandul itu ke dalam bajunya. 

"Shin-Ah!" 

"Hmm?" Jawab lelaki itu memandang sosok menjulang di depannya. 

Tapi sebelum benar-benar mengatakan sesuatu, Gin– yang notabenya tidak peduli akan kondisi target dua hari lalu, kini jadi bimbang ingin membahasnya atau tidak. 

Ya, apa lagi jika bukan Kastil dengan sejuta misteri itu.

"Aku ingin minta bantuanmu." Tutur Gin akhirnya. Ia juga turut memasukkan tangannya ke dalam saku celana. Memandang langit cerah itu dengan mata setengah menyipit.

Shin-Ah tentu saja bangkit dari posisinya. Ia terduduk dengan raut bertanya, "kau aneh hari ini." 

Gin menoleh ke arah lelaki yang sedikit lebih tua darinya itu. Memandangnya dengan tatapan bertanya, apa yang aneh dari dirinya?

"Kau tidak pernah izin jika ingin sesuatu dariku. Tapi hari ini kau tidak seperti itu." 

Gin menyadarinya, seperti yang mereka tahu, Shin-Ah memang punya analisis tinggi terhadap semua hal. Dan Gin hanya menganggukkan kepala membenarkan. "Ya, kau benar. Ada sesuatu yang membuatku merasakan hal aneh dengan Kastil itu." 

Alis Shin-ah menukik kemudian. Rupanya hal ini tak dirasakannya seorang diri saja, tapi Gin juga turut merasakannya. 

"Lalu?"

"Aku tahu kau punya liontin teleportasi, aku ingin benda itu malam nanti." Pinta Gin secara mutlak. Karena sungguh, sepertinya ia memang harus ke tempat itu lagi.

Shin-Ah sedikit terkejut mengetahui bahwa Gin tahu jika ia punya liontin dengan bandul pentagon yang melegenda itu. Tapi perihal lelaki itu tahu dari mana sebenarnya tidaklah penting, yang ia tanyakan adalah, kenapa Gin ingin sekali kembali ke sana? Apakah malam itu ia menemukan sesuatu di sana? Pikir Shin-Ah.

"Apa yang membuatmu yakin harus kembali ke sana?" 
Gin lagi-lagi menatap ke arah langit. Ia juga tersenyum simpul menanggapi. 

"Hiraeth."

..

Kediaman Soobin, HyoHera.

"Kakak sudah memberinya nama?" 

"Itu tujuanku mengundang kalian kemari. Ayo kita buat bersama-sama." Balas Soobin dengan kekehannya sembari memangku putrinya yang sebentar lagi akan menginjak usia 7 tahun.

Yuna yang notabenya suka sekali dengan anak-anak, turut mengusap lembut bayi perempuan dalam gendongan Lia itu. "Astaga, kau imut sekali. Kira-kira apa nama yang cocok Si cantik satu ini?" 

"Mungkin Taehyun punya pendapat untuk ini?" Sahut Kai yang tidak sama sekali peduli bagaimana kesan sarkas Taehyun yang muncul begitu saja.

"Ck. Masih saja. Aku tidak punya banyak saran untuk nama bayi, berikan saja dia nama-nama yang indah dan baik. Agar kita juga merasa baik." 

[ii] YEONJI : 637 Of ResideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang