—all had gone. Except me and my loneliess—
..
"YEONJI!!"
"YEONJI!!"
"Lawan ayo!!"
"Kau akan lenyap dihadapan Yeonji!"
bugh.. bugh..
"Bagaimana jika dia mati?"
bugh.. bugh..
Apa yang bisa diharapkan selain mengelak dan juga setengah pasrah? Bahkan, dilihat dari sisi manapun, gadis yang sibuk melayangkan tinjuan pada lelaki yang ia duduki itu seakan tak memberi ampun.
Tatapannya sungguh tajam. Ia juga tak memperdulikan sorakan serta teriakan di sekelilingnya itu. Yang ia tuju, yaitu membuat Si pecundang satu ini jera atas apa yang telah dilakukannya.
Bagaimana kau bisa disebut laki-laki, jika mendapat pukulan kecilku saja lemah. Cih.
Apakah yang ia ucapkan dalam hati itu terlalu kasar untuk takaran seorang gadis yang baru saja memasuki tahun kedua Sekolah Menengah Atas? Ah, sepertinya tidak. Tentu saja hanya untuk gadis itu.
"Choi sialan, aku tidak– akh.. punya urusan dengamu."
Tersenyum kecil menanggapi, "Choi sialan? Kau yakin memanggilku dengan sebutan itu?"
"Akh.. sial," kenapa tenaganya tidak habis? Batin lelaki itu heran. Bukan tanpa alasan, ini adalah kali pertama ia mendapat pukulan bertubi-tubi dari seorang perempuan. Ini gila.
bugh.. bugh.. bugh..
"Eh? Sudah terengah-engah saja. Dasar lemah!" Tuturnya tanpa beban. Benar-benar, gadis itu tak takut dengan apapun. Termasuk saat..
"CHOI YEONJI!! BERHENTI ATAU KUPANGGIL ORANG TUAMU KEMARI!!"
Ia hanya melirik sekilas ke arah seorang guru yang menegur dirinya itu. Pun disaat murid lain membuka jalan agar Guru Han– selaku guru yang datang bermaksud melerai– bisa terus terang menghentikan aksi setengah menggebu dari gadis bermarga Choi itu.
Justru dengan serta merta, Yeonji hanya menghela napas kasar dan kemudian menjawab singkat, "aku tidak takut."
Benar. Sepertinya lelaki yang mendapat pukulan tanpa henti itu akan pingsan sebentar lagi. Lihat saja, darah yang sedari tadi mengalir dari lubang hidung itu tak berhenti. Wajah lebam dan juga– ah sangat miris untuk mendeskripsikannya.
Tapi tak lama. Mereka yang melihat turut diam setelah melihat orang yang berdiri di belakang Guru Han. Hei-hei, kemana perginya suara orang-orang? Kenapa suasananya jadi hening?
Guru Han yang sebelumnya memang sudah tahu, memberi orang itu kesempatan untuk menegur gadis itu sendiri.
"Choi Yeonji. Berdiri."
Ya Tuhan. Ia sangat mengenali suara ini. Suara yang menyambutnya setiap pagi. Suara yang juga selalu ia tangkap tanpa menghafalnya. Suara ini– oh tidak, karena demi apapun, menjawab pun sepertinya sulit. Bak sulur yang melilit lehernya erat. Kenapa aku jadi tidak bisa berkata-kata seperti ini?
Dengan sekali gerakan ia bangkit. Menatap orang itu sekali sebelum akhirnya memutuskan untuk memilih menunduk saja.
"Bubar kalian, ini sudah selesai. Petugas medis, tolong bawa Sunghoon ke poli klinik," perintah Guru Han mutlak.
Sunghoon yang menjadi korban dahsyatnya pukulan Si gadis Choi hanya menurut saja, toh wajahnya juga terasa sangat amat nyeri. Pun untuk murid yang semula mengerubungi Yeonji di area kantin itu seketika membubarkan diri secara serentak. Karena sungguh, ancaman Guru Han tak main-main adanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ii] YEONJI : 637 Of Reside
Fantasy[2nd book of YEONJI] Titik dimana kehidupan Si Antlers kecil dimulai. Reka adegan yang mereka mainkan masih terus berlanjut hingga tiba dimana semua rahasia terungkap. Sangat disayangkan bagi Yeonji, gadis itu hanya punya satu hal yang selama ini me...