Happy Reading 🌼
Hari ini SMA Buana Bangsa dihebohkan dengan kedatangan seorang siswi baru yang katanya pindahan dari luar negeri. Terlebih lagi rumor yang mengatakan bahwa siswi itu memiliki wajah yang di atas rata-rata, tentu saja hal itu semakin membuat mereka penasaran-terutama siswa yang laki-laki tentunya. Ya, terlalu berlebihan mungkin.
Namun, harapan mereka untuk bisa melihat siswi baru itu hilang seketika saat bel masuk berbunyi pertanda pelajaran pertama akan dimulai. Semua siswa yang ada di koridor mulai memasuki kelasnya masing-masing.
Friza yang melihat kehebohan itu hanya bisa menggelengkan kepalanya heran, sebegitu penasarannya mereka? Ternyata masih ada beberapa siswa yang berkeliaran karena kelasnya kosong yang membuat guru BP harus turun tangan menertibkan mereka semua. Friza sendiri keluar dari kelas karena disuruh oleh Pak Gunowo untuk mengambil buku paket di perpustakaan.
Friza berjalan dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku celananya. Tatapan matanya yang tajam seolah-olah siap menerkam mangsa berpadu dengan wajah datar tanpa ekspresinya.
Bruk ....
Saat sampai di pertigaan yang menuju ke perpustakaan, seorang gadis menabrak Friza yang membuatnya sedikit terjungkal. Friza tidak apa-apa, yang ada justru gadis yang menabraknya itu yang terjatuh ke lantai.
"Awhh ...," ringis gadis tersebut kala pantatnya mencium lantai koridor yang dingin.
Friza mengulurkan tangannya untuk membantu gadis itu berdiri. Sedingin-dinginnya Friza, lelaki itu setidaknya masih mempunyai hati dan sopan santun.
Gadis itu menerima uluran tangan Friza yang membantunya untuk kembali berdiri. Untuk beberapa saat, gadis itu terdiam mengagumi ketampanan Friza. Matanya bahkan tak berkedip saat menatap wajah Friza.
"Maaf," ucap Friza singkat yang berhasil membuat gadis itu kembali tersadar. Ternyata selain tampan, lelaki ini juga sopan.
"Iya nggak apa-apa kok." Gadis itu menepuk-nepuk roknya yang kotor karena debu.
Karena mengira semuanya sudah selesai, Friza kemudian kembali melanjutkan perjalanannya ke perpustakaan. Namun, suara panggilan dari gadis yang dia tabrak kembali membuatnya berhenti. Friza membalikkan tubuhnya, terlihat gadis itu sudah berjalan ke arahnya.
"Gue boleh nggak minta tolong?" tanya gadis itu. Friza menaikkan satu alisnya, memberikan isyarat kepada gadis di depannya.
"Boleh anterin gue ke ruangan kepala sekolah nggak? Soalnya gue disini murid baru jadi belum tau apa-apa," ujar gadis itu dengan sedikit berharap.
Friza menganggukkan kepalanya. Bukan hal yang menyusahkan. Lagi pula perpustakaan juga searah dengan ruangan kepala sekolah sekalian permintaan maaf juga karena sudah membuat gadis ini jatuh tadi.
"Boleh. Ayo ikut." Friza berjalan terlebih dahulu meninggalkan gadis tersebut yang sudah tersenyum senang.
Sepanjang perjalanan ke ruang kepala sekolah, tak ada percakapan sama sekali. Friza hanya diam dengan wajah datarnya sedangkan gadis tadi sibuk memandangi wajah tampan Friza, bahkan gadis itu tidak mengalihkan pandangannya sama sekali dari Friza. Sebenarnya, Friza sedikit risih karena diperhatikan namun, Friza mencoba untuk tidak peduli.
"Ini ruangannya," ujar Friza begitu sampai di depan ruangan yang dianggap keramat setelah ruangan BP.
"Makasih banyak ya, em ... Nama lo siapa kalau boleh tau?" tanya gadis itu.
"Friza."
"Ah iya. Makasih banyak ya Friza," ujar gadis itu dengan tulus.
"Hmm ...." Friza hanya menjawabnya dengan singkat kemudian kembali melangkah menuju perpustakaan yang hanya terhalang ruangan BP.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion
Teen Fiction-Bukankah setiap rasa hadir karena terbiasa?- "Ada tiga hal yang paling gue suka dalam hidup gue. Pertama gangguin Friza, kedua jahilin Friza dan ketiga godain Friza."- Alea Zaleandra Reygan "Ada tiga hal yang gue nggak suka dalam hidup gue. Pertama...