SABDACINTA#Sembilanbelas

2.6K 555 37
                                    

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang Aku, jawablah bahwa Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

(QS Al-Baqarah: 186).

#####

"Lcdnya pecah, masih bisa terima telpon tapi gak bisa lihat siapa yang nelpon karna layarnya udah ketutup!"

Tubuh Ali kaku karna terkejut saat  ia dipeluk erat. Ia menunduk dan membalas pelukan Ily tanpa mengerti sepenuhnya kenapa tiba-tiba ia dipeluk dan Ily menangis. Menyesalkah salah paham karna tak tahu ponselnya sedang tidak baik-baik saja?

"Tidak apa, ponselkan bisa diperbaiki!" Ali melepaskan pelukan lalu memegang bahu Ily dengan kedua tangannya.

"Maaf, aku sudah banyak merepotkanmu!" Ily menengadah menatap Ali.

"Sudah tanggung jawabku!" Ali menyisih rambut yang jatuh dikening Ily.

"Kamu sakit, kenapa gak cerita?" Ily bertanya sambil menyentuh bahu lalu mengusapnya hingga kelengan.

"Sakit apa?" Ali balik bertanya dengan wajah heran.

"Kamu gak nganggap aku istrimu ya, iya aku ini hanya orang lain, yang gak harus tau apa yang terjadi sama kamu...." ucap Ily sambil menunduk.

"Sebetulnya ada apa?" Ali bertanya memegang kembali bahu Ily dengan kedua tangannya.

Ia tak bisa menduga apa yang sedang Ily permasalahkan. Apakah karna ia tak menelpon balik atau karna ia terlambat pulang?
Sementara Ily berharap Ali akan langsung terbuka menceritakan tanpa ia harus menanyakannya. Harusnya saat ia menunjukkan layar ponselnya yang menghitam, ia sudah menceritakan kenapa hal itu bisa terjadi.

"Ya sudah kalau kamu tetap tidak mau mrnceritakan apa-apa padaku, aku juga akan berusaha untuk tidak mengeluh lagi sama kamu!" Ily berbalik setelah menyelesaikan ucapnya.

"Hei," Ali menarik lengannya sebelum beranjak menjauh.

Ily berusaha melepaskan genggaman tangan Ali.

"Percuma saja kalau cuma aku yang bebas ngeluh sementara aku tak tahu sama sekali apa yang terjadi sama kamu!"

Ali mencoba mencerna ucapan Ily yang baginya bernada teka-teki. Kenapa tidak to the poin saja? Ia merasa kurang peka dengan apa yang Ily harapkan darinya saat ini. Tadi ia mengira Ily menelponnya karna ia ingin didengar seperti biasa.

"Aku nggak ngerti, ada apa sebenarnya?"

"Kamu pikir dengan kamu diam saja terus aku tahu dengan sendirinya itu lebih baik?"

Ali makin mengeryitkan alisnya. Sebenarnya Ily tahu apa?

"Kamu bikin aku merasa makin bersalah tahu! Aku tak dipercaya Allah untuk merawat anak, sekarang kamu juga tidak percaya padaku!"

"Yang," Ali menarik tangan tapi Ily menepisnya."jelaskan pelan-pelan yaa, maksud kamu apa?" Ali mencoba menarik tangannya lagi.

Lalu setelah berhasil menggenggamnya tanpa dilepas Ali menariknya untuk duduk ditepi tempat tidur.

"Kamu kecelakaankan saat menuju rumah sakit, motormu rusak, bahu dan kakimu sakit, dan kamu sebenarnya dipecatkan bukan cuti?"

Ali membalas tatap Ily yang tak berkedip saat berkata. Ia terdiam beberapa saat. Akhirnya Ily mengetahuinya juga.

"Aku..."

"Mau mengelak?"

"Enggak, aku hanya gak ingin kamu merasa gak tenang, aku khawatir sama kamu, kesehatan kamu lebih penting, aku hanya gak mau kamu kepikiran, itu aja!" Jelas Ali sambil mencoba mengarahkan arah pandang Ily padanya.

SABDA CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang