Bel pulang berbunyi disusul oleh sorakan riang dari para siswa yang sudah bosan bergelut dengan soal matematika. Entah pihak kurikulum sedang bercanda atau bagaimana sehingga menaruh pelajaran laknat itu di siang menjelang sore hari, di saat semua siswa kekenyangan selepas makan siang hingga menyebabkan kantuk. Adapula siswa yang mulai lelah karena tugas di pelajaran sebelumnya hingga mereka tak dapat menyerap pelajaran terakhir. Fokus Riana pun bahkan sudah mengawang dan tak dapat mencerna tiap kata yang diucapkan guru.
Riana melihat dua temannya di belakang, lalu memberi isyarat untuk segera hengkang dari kelas. Hari ini jadwal ekstrakulikuler basket, ia harus melihat pujaan hatinya bermain.
Riana berada di kelas XII IPA 2 bersama dengan Tala dan Ardi. Sedangkan Candra tinggal di kelas XII IPA 1. Awalnya mereka berempat satu kelas, tetapi karena insiden Candra menyerang Ardi semester lalu, Candra dipindahkan. Riana tentu tahu apa yang mereka perdebatkan, tapi ia tak terlalu peduli. Riana akan tetap mendukung Candra karena sejujurnya ia begitu membenci Tala dan Ardi. Riana bahkan beberapa kali menawarkan untuk menjadi sekutu Candra untuk melawan Ardi, tapi hati Candra tak mudah percaya semenjak dikecewakan oleh teman karibnya itu.
"Riana, minggu depan lo ulang tahun, kan?" tanya Iren. Gadis itu mempercepat langkah agar sejajar dengan Riana yang gesit sekali. Cewek itu sepertinya tak mau ketinggalan menonton Candra.
"Iya, gue mau ngadain pesta besar. Ntar lo yang sebarin undangannya."
"Lo mau ngundang si Tala?"
Pertanyaan Poppy tentu saja membuat Riana mendelik tajam.
"Lo mau gue babak belur lagi, Pop?"
Poppy mengacungkan jari telunjuk dan jari tengahnya. Lalu, ia nyengir tanpa dosa.
"Kalau menurut gue, hantu itu nggak bakal merasuki Tala lagi."
"Lo berani jamin?"
"Nggak juga, sih."
"Yaudah nggak usah bawa-bawa lagi cewek sialan itu."
"Tapi gue ada ide, Na." Poppy menghentikan langkah Riana. "Ini saatnya lo mempermalukan dia di pesta lo yang pasti dihadiri oleh banyak orang. Biar dia kapok karena pernah mukuli lo di kantin."
Riana tampak menimbang-nimbang. "Serius bakal aman?"
"Nanti kalo lo diserang lagi, kita pasti bantu." Iren membantu meyakinkan Riana. Mereka pun akhirnya membuat rencana yang bagus untuk menjatuhkan Tala.
Riana dan teman-temannya sampai di tujuan. Beberapa siswi masuk tanpa permisi dan duduk di tribune demi menyaksikan Candra. Tak mau ketinggalan Riana pun langsung memilih jajaran kursi paling bawah agar bisa melihat cowok itu dari dekat.
Candra menggunakan lapangan indoor yang ada di sebelah kanan gedung IPA. Sengaja cowok itu tak memakai lapangan outdoor, ia malas bila harus menjadi sorotan seantero sekolah. Di lapangan tertutup saja masih ada saja cewek yang berani melihatnya. Dan itu sedikit membuatnya risih.
"Candra!"
Riana berteriak memanggil cowok itu supaya mendapat perhatiannya. Tetapi usahanya sia-sia. Candra lebih memilih mengajari beberapa teknik pada anggota ekstrakulikuler.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mission
ParanormalAmerta tak percaya bahwa dirinya sudah mati dan menjadi hantu. Apalagi yang memberitahukan hal itu adalah kuntilanak penunggu atap gedung IPS. Untuk menuntaskan rasa penasarannya, ia mengajak bicara semua siswa yang sedang berbaris di lapangan upaca...