Awal semester gasal tahun pelajaran 2018-2019.
Kucing berwarna putih yang berada di gendongan cewek bersurai panjang tiba-tiba menunjukkan gelagat aneh. Pandangan matanya terlalu lama menatap ke arah belakang si penggendong. Kemudian, binatang lucu itu mengeong, tampak sangat gelisah.
"Ah, dia datang lagi," gumam Bentala, atau lebih akrab dipanggil Tala oleh teman-teman sekolahnya. Ia melepaskan si kucing setelah hidungnya mencium aroma aneh yang sangat menusuk. Hawa di sekitarnya yang semula normal kini terasa panas. Bulu kuduk Tala meremang. Meski ini bukan pertama kalinya ia didatangi hantu, tetap saja ia tak bisa bersikap tenang. Apalagi yang mendatanginya kali ini adalah hantu yang ingin menuntaskan dendam. Ia harus hati-hati, karena biasanya hantu yang memiliki dendam bisa melukai.
"Jangan menghindar lagi!" teriak hantu itu. Terpaksa Tala membalikkan badan. Mata hitamnya bertemu dengan sorot tajam milik hantu laki-laki di hadapannya. "Nah, kamu memang bisa melihatku. Kenapa kemarin susah payah pura-pura tak lihat?"
Tala mengembuskan napas kasar. Ya, sejak kecil Tala bisa melihat hantu, bahkan berkomunikasi dengan mereka. Dulu, Tala pikir teman-temannya adalah manusia, makanya ia senang bermain ayunan bersama mereka di taman. Ia sangat terpukul saat diberitahu Ibu Wati--pemilik panti asuhan tempat ia tinggal--bahwa mereka tak nyata. Teman masa kecil Tala adalah anak-anak panti yang meninggal akibat kebakaran di panti pada tahun 1990. Mereka tak bisa pulang ke akhirat entah karena apa. Tala tak begitu paham soal cara kerja semesta. Yang ia tahu, arwah yang belum bisa meninggalkan kehidupan dunia, mereka berarti masih memiliki urusan.
Seperti hantu laki-laki ini, dari kemarin ia mengganggu Tala karena ingin meminta bantuannya.
Jangan berhubungan lagi dengan mereka, Tala. Mereka berbahaya.
Tiba-tiba ucapan Ibu Wati terngiang di pikirannya. Ibu Wati amat khawatir saat mengetahui Tala memiliki kelebihan. Wanita paruh baya itu sampai memanggil Pak Ustadz untuk menutup mata batin Tala. Tetapi, itu tidak berhasil. Tala masih bisa merasakan kehadiran mereka. Ia masih bisa melihat teman-teman tak kasat matanya.
Tala merasa kemampuannya bukanlah keistimewaan. Ini terasa seperti kutukan. Sejak memutuskan untuk menjauhi mereka, Tala sering diganggu. Ia tak pernah bisa tidur nyenyak karena suara-suara mereka di tengah malam terdengar sangat nyaring. Saat pergi ke sekolah, barulah ia bisa merasa tenang. Mereka tak mengikutinya karena enggan meninggalkan taman bermain.
Tala selalu berusaha menutupi kemampuannya. Namun, ia tak bisa menutupi kekagetannya saat berpapasan dengan mereka di jalan. Ia selalu menghindar saat tiba-tiba ada hantu di depannya. Hal itulah yang menyebabkan beberapa hantu tahu Tala bisa melihat mereka. Seperti hantu yang satu ini. Kemarin, saat Tala hendak ke sekolah, ia mengambil jalan yang lebih jauh karena melihat hantu laki-laki itu tiduran di gang sempit tempat biasa Tala lewat. Ia tak mau menginjak tubuh hantu itu. Namun, keputusan Tala malah membuatnya menyesal. Karena si hantu kini mengikutinya terus.
"Berhenti mengikutiku," ucap Tala dengan suara pelan. Namun, si hantu tentu saja mendengarnya.
"Aku cuma mau meminta bantuanmu. Sekali ini saja!" Laki-laki itu menyatukan kedua tangan, memohon pada Tala. "Namaku Ujang. Aku mau kamu membantuku mencari Tantri."
"Siapa Tantri?"
"Orang yang membunuhku."
Kemudian, mengalirlah cerita Ujang. Dia mengatakan ditabrak lari oleh pemilik BMW hitam milik Tantri. Ia ingin menuntaskan dendam. Karena Tantri, Ujang tak bisa menghidupi keluarganya dan saat ini mereka luntang-lantung di jalanan.
"Lalu, setelah aku menemukan Tantri?"
"Bantu aku membunuhnya."
Tala tertegun. Membunuh manusia? Menepuk nyamuk saja yang sering mengganggungnya ia merasa kasihan, apalagi harus membunuh manusia. Ia tak seberani itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mission
ParanormalAmerta tak percaya bahwa dirinya sudah mati dan menjadi hantu. Apalagi yang memberitahukan hal itu adalah kuntilanak penunggu atap gedung IPS. Untuk menuntaskan rasa penasarannya, ia mengajak bicara semua siswa yang sedang berbaris di lapangan upaca...