Bab 5: Kerasukan

64 16 39
                                    

"Lo ngirim setan buat nempelin gue?"

Tala tak menjawab. Tangannya refleks mengusap bekas tamparan Riana yang terasa perih. Andai ia tahu akibat dari tindakannya akan berakhir seperti ini, ia tak akan menghentikan Amerta mengusili Riana.

"Dukun sialan! Lebih baik lo nggak sekolah di sini! Lo mending buka praktik sana. Jadi dukun pemanggil arwah!"

Amerta mengepalkan tangan mendengar makian Riana yang pasti membuat hati Tala teriris. Raut wajahnya berubah menyeramkan. Kepalanya dipenuhi oleh darah, bahkan sampai mengucur mengotori lantai. Sedangkan matanya merah menyala. Amerta menunjukkan rupa aslinya pada Tala, membuat gadis itu kini menggigil ketakutan.

Amerta menatap Tala tepat di matanya. Ia berlari dan menerjang Tala hingga membuat tubuh gadis itu menghantam dinding di belakangnya. Tala merasakan sakit di bagian punggung, seolah tulang-tulangnya patah akibat dorongan Amerta. Namun, itu hanya berlangsung sebentar. Sedetik kemudian tubuhnya mati rasa.

Energi yang dikeluarkan Amerta mampu mengambil alih tubuh Tala. Jiwa Tala keluar dari raganya. Ia mematung di sisi tubuhnya sendiri yang kini sedang berjalan mendekati Riana. Tala menyaksikan bagaimana tubuhnya yang dikuasai Amerta menampar Riana begitu keras.

"Cewek sialan!" Amerta berteriak. "Lo yang mesti keluar dari sekolah ini."

Kali ini Amerta menarik rambut Riana. Gadis itu meringis, kemudian membalas Amerta dengan tindakan serupa.

"Berani lo sama gue!"

Tala hanya bisa menyaksikan pertengkaran mereka. Ia bahkan tak bisa memberitahu guru BK agar melerai mereka. Dirinya kini tak dapat terlihat oleh mata manusia. Ia membiarkan Amerta berlaku sesuka hatinya, meski nanti Tala yang akan kena masalah. Namun, itu sebanding dengan kepuasannya melihat cewek yang sok berkuasa di sekolah ini meminta ampun padanya. Yah, begitulah kira-kira yang dilihat semua orang, Tala yang sedang berkelahi. Meski kenyataannya Tala sedang diam saja saat ini.

Amerta mendorong Riana hingga tubuhnya menubruk meja. Pekikan beberapa siswa terdengar nyaring. Mereka langsung berlari, berniat menolong Riana yang kini dipukuli Amerta secara bertubi-tubi.

"Tala!" Seorang cowok bernama Bobi menarik tubuh Tala agar menjauh. Namun, Amerta malah mendorong Bobi hingga tersungkur di lantai.

Bobi menyadari ada yang berbeda dengan sikap Tala. Biasanya gadis itu kalem. Ia tak pernah melawan, bahkan ketika Riana berbuat semena-mena pada gadis itu.

"Lo nggak papa, Bob?" tanya Andri, teman Bobi. Cowok berambut agak gondrong itu membantu Bobi berdiri.

"Kayaknya Tala kerasukan," ucap Bobi sambil bergidik ngeri.

"Yang bener lo."

"Lo lihat tadi dia dorong tubuh gue sekenceng itu? Orang normal nggak mungkin bisa, apalagi dia perempuan."

"Terus kita harus gimana?"

"Panggil Pak Husein."

Pak Husein adalah guru PAI. Beliau juga seorang ustadz. Menurut Bobi, beliau dapat mengeluarkan arwah yang merasuki Tala. Bobi dan Andri berlari ke ruang guru untuk menemui Pak Husein. Sedangkan siswa lainnya masih menonton adegan pertengkaran itu tanpa ada yang berani melerai.

Sepuluh menit kemudian, Pak Husein datang membawa segelas air putih yang kini dibacakan ayat-ayat Al-Quran. Lelaki paruh baya itu menarik paksa tubuh Tala dan membaringkannya di lantai. Ia merapalkan doa, meminta kepada Yang Mahakuasa agar arwah yang merasuki Tala segera keluar.

Jiwa Tala seolah tersedot masuk kembali ke raganya. Sedangkan Amerta keluar dan langsung menghilang entah ke mana. Tala langsung membuka mata, melihat sekeliling, lalu mengembuskan napas lega. Ia bersyukur masih bisa menempati raganya dan hidup sebagaimana mestinya.

Secret MissionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang