Pukul tujuh kurang lima belas menit, seperti biasa Ardi menjemput Tala di kontrakannya. Biasanya gadis itu duduk di kursi depan pintu untuk menunggunya. Namun, kali ini Ardi tak melihat Tala di sana. Bahkan kontrakannya masih terkunci. Tak biasanya Tala kesiangan. Atau jangan-jangan gadis itu jatuh sakit?
Pernah satu kali Ardi sulit sekali menghubungi Tala. Karena saat itu kontrakannya terkunci, Ardi pikir Tala sudah mendahuluinya ke sekolah. Namun, seorang tetangga yang berpapasan dengannya bilang Tala belum keluar kontrakan. Dan saat Ardi mendobrak pintunya, cowok itu melihat Tala sedang menggigil di bawah selimut.
"Tala?" Ardi kembali memanggil Tala dan menggedor pintu keras sekali, berharap gadis itu segera membukakan pintu. Pikirannya sudah kalut.
Beberapa menit kemudian, ponselnya berdering. Ia melihat nama Tala tertera di layar. Tanpa mengucapkan sapaan, Ardi langsung melontarkan banyak pertanyaan.
"Kamu di mana? Masih di kamar? Kamu lagi sakit? Buka pintunya, La."
Terdengar helaan napas di seberang sana. "Ar?"
"Iya, apa?"
"Aku udah di sekolah." Ardi mengembuskan napas lega. "Maaf nggak ngabarin, aku buru-buru soalnya."
"Emang buru-buru kenapa? Bukannya nggak ada PR, ya?"
"Ada urusan."
"Urusan apa?"
Ardi kalau sudah khawatir itu kayak Ibu yang overprotective sama anaknya. Dia selalu bawel dan melarang Tala melakukan hal-hal berbahaya.
"Pokoknya ada urusan, aku tungguin di kantin, ya. Atau mau langsung ke kelas aja nantinya?"
"Aku udah sarapan. Ketemu di kelas aja. Kamu jangan lupa sarapan."
"Iya, Ar."
Usai mengucapkan itu, Tala langsung menutup teleponnya. Ardi bergegas menaiki motornya dan pergi menuju sekolah.
Terkadang ia sendiri merasa aneh pada perasaannya. Bila mendengar Tala dalam bahaya atau Tala tidak dalam jangkauannya Ardi merasa resah. Dia ingin selalu dekat dengan Tala dan melihatnya bahagia. Karena ketika senyum Tala mengembang, hatinya berbunga. Mungkinkah dia jatuh cinta pada Tala? Berkali-kali Ardi menepis pikiran seperti itu. Ia sudah bersama Tala sejak kecil. Mungkin perasaan khawatirnya yang kadang berlebihan adalah tanda sayangnya pada seorang sahabat. Namun, kembali logikanya bertaruh, apakah ada persahabatan yang murni antara perempuan dan laki-laki yang tak melibatkan perasaan cinta?
Ardi pernah merasa cemburu ketika ada salah seorang temannya ketika SMP secara terang-terangan mengaku menyukai Tala. Ia langsung menyuruh Tala agar menjauhi cowok itu. Ia bahkan membohongi Tala dengan bilang cowok itu jahat. Tala langsung menjaga jarak dengan cowok itu dan Ardi pun kehilangan satu teman laki-lakinya. Anehnya, ia tak menyesal. Selama Tala masih bersamanya, ia tak keberatan tak memiliki teman.
Begitu sampai di sekolah, Ardi langsung menuju kelas. Meja yang ditempatinya dengan Tala masih kosong. Ia pun segera menelepon Tala untuk menanyakan keberadaannya. Sebentar lagi bel masuk akan berbunyi dan pelajaran pertama itu matematika. Gurunya killer dan tak bertoleransi pada siswa yang telat masuk. Beliau tak segan memberikan hukuman yang berat.
"Halo, Ar, udah nyampe?" tanya Tala.
"Kamu di mana?"
"Ini lagi jalan mau ke kelas."
Beberapa saat kemudian, Tala masuk dan menghampiri mejanya. Mereka mematikan sambungan telepon bersamaan.
"Mukanya kenapa ditekuk gitu?" tanya Tala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mission
ParanormalAmerta tak percaya bahwa dirinya sudah mati dan menjadi hantu. Apalagi yang memberitahukan hal itu adalah kuntilanak penunggu atap gedung IPS. Untuk menuntaskan rasa penasarannya, ia mengajak bicara semua siswa yang sedang berbaris di lapangan upaca...