Aku mau mengucapkan Minal Aidzin Wal Faidzin, teman-teman. Mohon maaf lahir dan batin. Maaf juga karena terlambat memposting bab ini. Selama liburan di rumah aku nggak menulis sama sekali karena asyik main.🤭
Aku seneng banget ada yang mengikuti cerita ini sampai views-nya udah mencapai 500. Bagiku, views itu cukup banyak mengingat bab novel ini baru sepuluh. Biasanya novelku lambat perkembangannya. Hehe. Terima kasih, ya.
Aku akan lebih berterima kasih kalau teman-teman sudi memberikan kritik dan saran untuk novel ini. Supaya aku makin semangat😁
Yuk, ramaikan kolom komentarnya😉
***
Langkahnya pelan dan terselip keraguan ketika melewati jalan yang cukup sepi. Ia tak berpapasan dengan siapa pun, seolah kawasan komplek ini tak berpenghuni. Suara dedaunan di pinggir jalan menjadi nyaring dan menimbulkan kengerian. Pikirannya pun menjurus pada hal-hal mistis, barangkali ada langkah lain di belakang atau sesuatu yang akan mengagetkannya di depan sana. Bukankah hantu senang sekali bermain-main dengan ketakutan manusia?
Jujur saja, Kiani paling takut pada hantu. Ia tak pernah membaca atau pun menonton hal-hal berbau horor. Hanya saja Kiani terlalu pandai menyembunyikan kelemahannya itu, sehingga tak ada orang yang berani menjahilinya. Dia agak kaget saat tahu adiknya, Riana, pernah diserang oleh hantu yang merasuki Tala. Dia pun menyelidiki siapa Tala melalui guru yang dulu sering membelanya semasa sekolah. Pak Bian, dia merupakan guru olahraga yang dibayar oleh keluarganya untuk memberi nilai plus di pelajaran olahraga meskipun Kiani tak melakukan tes dan sebagainya. Kiani paling benci pada pelajaran di luar kelas, bikin panas dan nggak baik untuk penampilannya. Pak Bian ini selain dipekerjakan oleh orang tua Kiani juga mengumpulkan uang dari gadis itu dengan cara memberikan informasi yang ia butuhkan. Pak Bian bahkan pernah membuntuti beberapa siswa demi memberikan informasi yang akurat. Menurut Kiani, gurunya yang gila harta itu sangat menguntungkan.
Usai mencari informasi tentang Tala dan sore tadi berpapasan dengannya, Kiani menjadi semakin penasaran. Menurut Pak Bian, Tala adalah cewek polos yang sering menjadi sasaran bully. Namun, ucapan guru itu sepertinya bertolak belakang, Tala yang ia lihat adalah gadis ceria yang cukup berani. Terbukti saat gadis itu secara terang-terangan menatapnya dengan tatapan angkuh. Dia juga mengatakan sesuatu padanya yang lantas membuat dirinya merinding hebat.
"Kak Kiani nggak merasakan sesuatu?" tanya Tala sore itu.
"Maksudnya?"
"Kak Kiani itu selalu diikuti oleh hantu cewek berseragam SMA. Wajahnya hancur banget, aku juga nggak sanggup menatapnya terlalu lama."
"Si ... siapa?" Detak jantung Kiani seolah berhenti saat sebuah wajah yang familier terlintas di kepalanya. Amerta. Dia adalah cewek yang selama beberapa bulan ini tak pernah absen dari pikirannya. Kasus kematiannya yang menyeret nama Kiani hingga ke kantor polisi meninggalkan trauma yang mendalam.
"Kakak merasa punya salah sama seseorang yang sudah meninggal?"
"Lo lagi menghakimi gue atas meninggalnya Amerta?"
"Aku nggak nyebut nama siapa-siapa, lho."
"Lo pura-pura punya mata batin. Lo ngerasa semua orang bakal takut sama lo karena lo berhasil menghajar Riana dengan dalih kesurupan, 'kan?"
"Aku memang kesurupan sama arwah yang mengikuti Kakak." Tala semakin gencar menyudutkan Kiani. Gadis itu kini bungkam dan hanya menatap Tala sinis. Sementara hatinya sudah tak tenang. Selepas menjemput Riana, ia akan segera ke orang pintar untuk memastikan ucapan Tala.
KAMU SEDANG MEMBACA
Secret Mission
ParanormalAmerta tak percaya bahwa dirinya sudah mati dan menjadi hantu. Apalagi yang memberitahukan hal itu adalah kuntilanak penunggu atap gedung IPS. Untuk menuntaskan rasa penasarannya, ia mengajak bicara semua siswa yang sedang berbaris di lapangan upaca...