14th Spiral: Final Delivery

38 4 2
                                    

Pengumuman itu datang begitu tiba-tiba.

Kata orang 'bagaikan geledek di siang bolong'.

Nyaring dan amat mengejutkan.

"Karena kondisi keuangan perusahaan yang tidak baik selama beberapa bulan ini, kami memutuskan untuk menutup permanen perusahaan ini mulai minggu depan. Semua gaji dan pesangon yang belum dibayarkan akan segera dibayarkan secara bertahap selama tiga bulan ke depan. Mohon maaf atas pengumuman yang tidak terduga ini, dan terima kasih atas pengabdian Saudara-saudari sekalian selama lima belas tahun ini. Tertanda, direksi."

Irvan membaca isi surat pengumuman yang diedarkan kepada semua karyawan perusahaan pagi ini dengan nada lesu. Aku yang ikut memegang lembaran surat itu pun hanya bisa terdiam dan tidak bisa berbuat apa-apa. Sementara itu, teman-teman sekantorku yang lain mulai ribut karena pengumuman bangkrutnya perusahaan tempat kami bekerja ini benar-benar tidak terduga.

Yah ... sebenarnya sih hampir semua yang bekerja di perusahaan kurir dan pengantar paket tua ini bisa merasakan kalau bisnis selama beberapa bulan belakangan ini memang lesu. Sehingga tidak heran kalau sewaktu-waktu perusahaan kecil ini bakal gulung tikar. Hanya saja kurasa semua orang berharap kalau hari itu tidak pernah datang.

Tapi realitasnya memang berbeda.

Perusahaan tempatku bekerja kini bangkrut dan aku pun akan segera kehilangan pekerjaanku.

"Hari ini akhirnya tiba juga ya," ujar Irvan lagi sambil menghela nafas panjang dan menjatuhkan tubuh ke kursi kerjanya. "Bagaimana sekarang? Mau daftar jadi pengemudi ojek online? Katanya sekarang lagi buka lowongan tuh."

"Entahlah," jawabku singkat sambil mengangkat bahu. "Pindah ke perusahaan saingan yang bikin tempat ini bangkrut itu rasanya ... aneh aja ..."

Ya ... Salah satu faktor yang bisa dibilang menjadi salah satu biang keladi tutupnya perusahaan tempatku bekerja adalah kehadiran berbagai perusahaan baru yang sama-sama bergerak di bidang kurir surat dan barang. Masalahnya ... beberapa perusahaan yang induknya merupakan perusahaan transportasi online itu menyediakan pelayanan yang lebih mudah diakses, lebih 'kekinian', dan tentu saja memiliki armada kurir yang jumlahnya puluhan, atau ratusan kali lipat dibandingkan yang dimiliki perusahaan kami.

Tidak heran perusahaan pengiriman paket skala kecil seperti tempatku ini tidak sanggup bersaing dan pada akhirnya tersingkir ...

"Apa boleh buat. Biar gimana juga, kita semua kan tahu kalau ini bakal terjadi cepat atau lambat," ujar Irvan lagi. "Lebih baik begitu dari pada menganggur kan?"

Aku berpikir sejenak sembari menyelesaikan secangkir kopi yang baru kuseduh tadi. "Ojek online ya? Biar kupikirkan sih. Mereka punya cabang usaha untuk pengiriman barang pakai motor kan ya?"

Irvan mengangguk. "Yep. Tapi kurasa aku bakal pulang kampung dan cari kerja di kampungku saja," ujar teman baikku itu. "Hidup di Jakarta ini memang keras dan mahal sekali ... lebih baik aku balik ke tempat kelahiranku dan mencari penghidupan lain di sana ... yah ... kalau enggak dapet kerja, aku bisa buka warung atau semacamnya."

"Bagaimana denganmu? Mau tetap di Jakarta?" tanya Irvan lagi sambil membereskan dokumen-dokumen yang berserakan di atas mejanya. Dokumen-dokumen yang sebentar lagi tidak ada artinya bagi kami berdua.

"Entahlah," ujarku dengan jawaban yang sama seperti tadi. "Aku masih belum memikirkan langkahku berikutnya. Aku masih menyukai kota ini walaupun ... yah ... kau tahu lah ... kota ini sudah 'menculik' dan nyaris membunuhku."

"Dasar sinting," celetuk Irvan sambil nyengir lebar ke arahku.

"Memang!" balasku sambil mengeplak kepala temanku itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Spirals: Chain of (Extra) Ordinary StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang