4. Kehendak masing-masing

5 2 1
                                    

🎵 Menanti sebuah jawaban - Padi

Titik terang sudah mulai terlihat, waktu penjajahan perasaan Titus mulai pupus sedikit terkikis sejak hari itu. Ingat bukan saat dengan dewasanya, Titus mengobati luka seorang Kalis. Nah sejak saat itu pula benang merah mulai terjalin di antara mereka. Rencana untuk pestanya yang sederhana namun indah akan segera tiba. Hari itu pula akan menjadi hari paling bersejarah bagi keduanya. Kita lihat ada apa saja di hari itu.

"Makan jangan belepotan, lo cewek jaim dikit kek!" Enatah sudah keberapa kali, Kalis mengomel.

Titus hanya mengangguk." Siap boskuuu!" Lalu selalu itu jawabanya.

Mereka berdua sedang kencan, yah sebut saja seperti itu.

Kalis mengajak Titus ke Taman dekat komplek, ini kali kedua mereka berjalan berdua hanya untuk menghabiskan waktu. Entah awal yang bagaimana sampai mereka lekas sangat dekat. Berkat sifat tak malunya Titus. Kalis sefikit merasa nyaman 'bertaman dengan gadis hiperaktif seperti Titus, rasa bosanya sedikit terobati oleh gadis itu. Baginya Titus cukup berisik dari sekian banyak wanita yang sangat jaga image saat denganya, tapi Kalis senang karena Titus tidak pura-pura di hadapanya.

Lupakan status mereka yang masih Sekolah menengah pertama, mereka bahkan terlihat jauh lebih dewasa dengan outfit sederhana. Orang takan mengira mereka adalah anak SMP karena tinggi badan mereka yang terlampau tinggi untuk usia 15 nanggung.

"Tumben nurut di suruh jalan bareng, biasanya gue kudu keluarin jurus dulu baru lo iyain. Udah mulai Lop-lop yah?"

Pertanyaan Titus membuat atensi Kalis teralihkan dari ice cream di tangannya," kaga, lagi gabut aja."

Mengerutkan bibirnya, Titus tidak menerima jawab Kalis yang satu ini. Dia pikir Titus seRandom itu? Aslinya Titus punya banyak kerjaan di rumah selain beres-beres dia juga punya Pr, tapi demi sang pujaan hati.

"Kapan sukanya sih? Lama amat, hati gue udah mulai cair nih. Kalo nanti jadi air lo bakal hanyut tau!"

"Kita masih kecil! Jangan main pacar-pacaran." Jawab kalis singkat.

"Itu menurut lo, tapi bagi gue umur bukan tolak ukur buat gue mencintai lo. Inget Kal permainan cinta nggak semenyeramkan itu. Kita bisa tetep kaya gini dalam lingkar status 'pacar." Tutur Titus menatap lurus ke depan.

Kalis terdiam, bibirnya berhenti menjilati ice cream," jangan terlalu berharap sama gue." Kalis menoleh dan menatap Titus yang duduk di sampingnya." Gue... gak sebaik itu."

Suasana terasa semakin dingin, udara di sekitar bahkan terasa menipis bagi Titus. Dulu setiap kata apapun yang kasar dan pedas dari mulut Kalis, ia tidak pernah sampai memasukannya dalam hati. Tapi kali ini kata-kata Kalis seperti memiliki arti lain. " buka hati buat gue, Kal supaya gue tau dunia lo. Gue pengen jelajah."

Kalis semakin diam menatap mata yang jauh lebih pendek darinya, mata itu memancarkan keseriusan. Bahkan Kalis hampir terhipnotis dengan keseriusan di mata Titus.

Kalis berdehem untuk mengembalikan suasana.

"Ayo pulang."

Tanpa menunggu Kalis berjalan lebih dulu meninggalkan banyak tanya untuk Titus, apa perjuanganya gugur lagi? Itu yang selalu di tekankan oleh pikiranya pada hatinya.

***

"Bundaaa!!"

Suara Titus menggema di dalam bangunan kosong tersebut, dirinya sudah tahu kalo kedua orang tuanya tidak ada di rumah. Entahlah Titus hanya ingin berteriak untuk cerita yang hari ini sudah mengalir meninggalkan jejak embun. Insiden di taman ternyata membawa sedikit rasa sesak di dada Titus, gadis itu sudah bisa menebak penolakan yang akan dia dapatkan dari Kalis. Namun dirinya kekeh untuk mengejar lelaki itu. Waktu masih berjalan mendekat pada hari ulang tahunya dan semua jawaban yang ingin ia dengar akan dia dapatkan di hari itu. Apapun jawabanya Titus tidak peduli, toh dia sudah mencoba.

"Ahahahahahahahahahah!!!!!"

Tanpa disadari dirinya tertawa begitu keras hingga mungkin tetangganya akan mendengar, bukan tawa bahagia atau haru. Ini adalah hal yang sering terjadi pada mereka yang benar-benar lelah namun tetap memaksakan kehendaknya.

"Gila kali ya gue." Titus bermonolog kemudian berangsur untuk ke dapur dan membuat sesuatu.

***

"Pokoknya mamah nggak mau tau, Kal. Kamu harus lanjut sekolah di luar negeri, kamu nggak kangen papahmu apa? Dia bilang kangen kamu loh." Gema suara itu sekarang mengisi meja makan yang beberapa menit lalu sepi.

Kalis menghela cape, urusan sekolahnya selalu tak pernah lepas untuk di bahas. Apalagi kehendak orang tuanya yang ingin dia sekolah di luar negeri.

Kalis meletakan sendoknya dan menatap Vilian," suruh papah pulang kalo kangen aku mah, kenapa harus aku yang kesana. Aku mau sekolah disini. Terserah kalo mamah nolak itu. Aku tetap sama pendirianku."

Vilian menatap anaknya dengan tatapan lelah, lelah karena terus mendesak anak tersayangnya untuk mengikuti kehendaknya. Tapi mau bagaimana lagi ini sudah keputusan sang ayah.

"Aku udah gede, jangan mentang-mentang aku masih SMP mamah anggap aku masih 'bocah. Mamah salah, aku tau mana yang harus aku ambil." Setelah itu Kalis beranjak meninggalkan denting sendok yang kemudian sepi.

"Anak mamah yang dewasa..."

Vilian menatap punggung anak SMPnya yang kini sudah bertumbuh sangat cepat. Sebentar lagi anaknya akan mengajak seorang gadis dan dikenalkanya sebagai pacar. Dan dia akan semakin tua dengan kurangnya waktu bersama keluarga.

***

"PENGUMUMAN PELAKSANAAN ULANGAN TENGAH SEMESTER, AKAN DI SELENGGARAKAN PADA TANGGAL..."

Sang ketua kelas sedang mengumumkan pelaksanaan PTS, tak terasa waktu berlalu begitu sangat cepat, pun dengan perjuangan Titus untuk bisa sedekat kini juga sudah mulai merasakan hasilnya. Mengeluh rasanya perlu untuk Titus, sudah sangat cukup lama baginya berjuang sendiri walau Titus tidak pernah berjuang sedemikian keras untuk mendapatkan hati sang Kalis. Tapi kembali ke obrolan beberapa hari lalu, Titus seperti mendengar nada yang berbeda dari kata yang di ucap Kalis, instingnya berkata akan ada jurang besar di hadapanya.

"Tai lah! Gue belum belajar samsek, ini udah mau ulangan lagi aja." Seperti biasa Anes selalu protes.

Fazul hanya diam, kebiasaanya di dalam kelas.

Titus juga cuma duduk melamun menghadap jendela di sampingnya, terlalu malas untuk hari ini.



#gtaulahmalessaja:)

Kaktus : TeleiophilliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang