5. Di balik layar

1 0 0
                                    

🎵Passenger- Let her go

"Berapa semuanya mbak?"

Kasir menunjukan total belanjaan pria tersebut dan memberitahunya. Pria tersebut mengeluarkan dompetnya dan mengeluarkan uang lembar seratus ribu tiga lembar.

"Makasih." Ucapnya sebelum keluar.

Namun belum tanganya menyentuh gagang pintu, seseorang menabraknya dari depan hingga belanjaanya berjatuhan di lantai dan berserakan.

"Ah! Aduh sorry, gue nggak sengaja." Kata pria yang menabrak.

Pria yang menabrak hanya bergumam kecil kemudian berjongkok dan membereskan belanjaanya, dia sudah tidak punya waktu lagi untuk berdebat dengan pemuda yang sepertinya jauh di bawah umurnya.

"Santai, lain kali matanya di pake. Untung lo nabrak gue, kalo pintu ini? Tewas lo." Katanya sarkas namun tenang.

Setelah mengucapkan kalimat itu, pria itu melengos dan menaiki motor ninja kuningnya dan melesat jauh.

"Gila! Sombong amat tuh om-om." Umpat Kalis kesal.

***

Di ruang tersebut kini sudah di penuhi oleh berbagai macam snack, mulai dari bungkus kecil sampai bungkus yang paling besar. Titus sedang mengadakan mini Party di kamarnya bersama kedua temannya, entah untuk merayakan apa. Tapi mereka sepakat membuat mini party tersebut.

"Lo jadi nginep?"

Anes mengangguk, matanya tak pernah lepas dari laptop di pangkuanya.

Rencana lainya adalah mereka berdua akan menginap di rumah Titus karena besok hari libur, kaki Titus yang berselonjor pada sofa di kamarnya menjadi bantalan untuk Fazul tiduran sambil baca buku. Buku tentang Koalisi antar teman.

"Gue heran sama lo, Sul. Baca apaan si kolosi apa sih?" Tanya Titus mulai jengah membaca judul di hadapanya yang merusak mata.

Fazul menoleh ke belakang," ini buku tentang Koalisi, kerja sama antar teman. Tapi untuk kepentingan masing-masing."

Titus semakin di buat tak mengerti oleh kata-kata Fazul." Otak gue gak nyampe Sul."

"Sama halnya yang di lakukan oleh petinggi negara, mereka bekerja sama untuk kita. Tapi tujuan mereka untuk diri sendiri. Itu contoh paling mendekati." Fazul menambahi.

Titus mengangguk paham," tolol amat."

Anes sepertinya tertarik dengan topik kali ini," sama kaya kita, bantu berjuangin lo sama Kalis. Tapi hasilnya lo doang yang dapet, gitu bukan Sul?"

Fazul menggeleng kemudian menutup bukunya dan duduk menghadap Anes.

"Ya kurang lebih gitu lah." Katanya menyomot sehelai roti bakar.

***

Pukul tujuh tiga dua, mereka merasa lapar dan rencananya mereka mau makan nasi goreng di depan gang sana. Sekarang mereka sudah bergegas pergi dengan menggunakan setelan biasa anak mau tidur.

"Yang bener aja, jam segini gang lo sepi amat Tus. Komplek gue jam segini bapak-bapak masih ngopi di rumah pak muad." Celoteh Anes mengomentari gang rumah Titus yang nampak senyap.

"Gue yakin, gesekan kain pun bisa kedengengeran nih. Jangan jauh-jauh deh. Kentut gue nih pasti keliatan wujudnya." Lanjutnya.

Fazul seperti biass tenang dan damai dengan pikiranya sendiri, baginya celoteh Anes jauh sangat tak bermoral.

"Di gadang-gadang rumah lo rameh, tahlilan kali Nes. Wajar di sini sepi kita-kita mah anak rumahan, nggak kaya warga di komplek lo." Balas Titus menimpali komentar Anes.

"Bukan indonesia emang, kalo nggak debat soal hal sepele. Ini nih pemicu utama hubungan jadi renggang. Nggak adanya sifat mengalah!" Ujar Fazul berjalan dahulu meninggalkan Anes dan Titus yang kini sedang beradu argumen.

"Kata-kata lo kaya yang udah nikah aja."

***

"Kalis belum dateng?" Tanya Jagat santai pada Narka di sampingnya yang sibuk dengan ponsel.

Narka hanya bergumam sebagai jawaban, dia sedang bermain Game online dan tak mau kalah hanya karena pertanyaan Jagat yang jagat sendiri tau jawabanya. Bukan sifat Jagat banget pikir Narka.

"Ada yang mau lo omongin?" Tanya Narka peka akan gelagat aneh sang Teman.

Akhirnya Narka mengalah, ia mematikan ponselnya dan merubah duduknya agar lebih melihat reaksi Jagat. Dugaanya benar. Jagat ingin cerita padanya.

"Kalis mau Sma di luar negeri, tapi dia nggak ngasih tau kita."

Sejujurnya Narka tidak bisa di ajak serius dalam hal apapun, namun menyangkut Kalis kali ini. Sepertinya dia harus serius. "Jauh sebelum lo tau, gue emang udah tau. Nyokapnya yang terus desek dia. Gue baru ngeh pas kemarin dia nginep di kosan gue."

Jagat justru tambah terkejut dengan pengakuan Narka, "separah itu? Gue pikir setelah kejadian itu nyokapnya bakal berhenti, ternyata ini jauh dari dugaan gue."

"Gue kasian sama tuh anak, dia pasti bakal diem aja di giniin sama nyokapnya karena dia sayang. Tapi gue rasa Kalis bego sampe dia relain masa depanya buat hal kayak gini."

"Gue rasa cukup sampe di sini, kalian nggak perlu ikut campur lebih jauh."

Mereka terperanjat kaget, tiba-tiba Kalis sudah berdiri di pintu masuk ruangan Band menenteng kresek putih berisi minuman soda.

"Ka-kal, sorry ini bukan maksud gue ikut campur." Kata Jagat.

Kalis menghembuskan napasnya lelah, dia sudah di buat pusing dengan keadaan di rumahnya yang kacau. Disini dia mencari pelarian dengan ngeBand dengan teman-temanya, tapi ternyata dia tak cukup damai di sini.

***
Setelah terdiam cukup lama, Kalis memutuskan untuk menyudahi suasana awkard ini. Dia akan memberi penjelasan pada temanya mengenai ia yang harus Sma di luar negeri atau putus sekolah. Semua ini memang sudah di atur, dan hidupnya sudah bergantung.

"Gue minta maaf sama kalian, mungkin gue terkesan gimana ke kalian karena nggak ngasih tau ini. Tapi plis ini pilihan gue, gue nggak mau kalian keseret jauh karena ini." Papar Kalis yang sudah dalam keadaan tenang.

Narka hendak menyela, namun kode mata Jagat menghentikannya.

"Gue nggak mau di perbudak, cukup gue yang tau semua ini. Biar buruk bokap gue, gue yang tau. Di sini gue mencoba dewasa meskipun gue nggak tau caranya. Gue masih Smp dan kalian tau itu, gue nggak tau gimana cara paling bener buat ngatasin semua ini. Gue cukup bahkan gue sangat terpukul waktu gue tau semuanya. Tapi gue mencoba kembali sebagai kalis, dan di sini gue cuma butuh dukungan kalian. Kalian nggak perlu repot-repot campur tangan, kalian tau Dewangga itu kaya apa. Bokap gue bukan orang yang bisa di sepelein, gue takut kalian yang bakal kena imbas kalo kalian ikut campur." Lanjut Kalis dengan nada yang sudah sangat bergetar. Ia harus kuat dengan segalanya.

"Kal..." Narka sudah berkaca-kaca melihat sahabatnya yang harus menanggung semua beban berat ini sendiri.

Persahabatan mereka terbentuk karena paksaan, mereka tidak bertemu di taman kanak-kanak. Mereka bertemu di tempat yang tak seharusnya mereka kunjungi. Mereka bertemu di bawah jembatan, Kalis yang lebih dulu datang kesana dan bertemu Narka saat itu. Narka dengan setelan kumuhnya bertemu dengan Kalis yang memakai pakaian serba bagus. Sedangkan Jagat, dia yang membuat dirinya di temukan oleh Narka dan Kalis di sungai itu saat Jagat hanyut.

"Karena gue sayang kalian." Itulah kata terakhir yang kalis ucapkan.

Dan setelahnya Jagat merangkul Kalis dan Narka karena posisinya Jagatnya berada di tengah-tengah mereka. Terjadilah aksi peluk memeluk di antara mereka, sampai mereka lupa bahwa sebenarnya ada orang lain di belik bilik sebelah yang mendengar semua percakapan mereka.

"So he is, orang yang bunda cari. Dan Walcome Dewangga,"gumamnya pelan sambil memangku gitar listrik dengan Smirk di bibirnya.

Kaktus : TeleiophilliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang