6. Telat adalah rutinitas

5 0 0
                                    

Matahari sudah terbit, saatnya memulai hari baru di atas cerita yang sudah lalu. Begitulah kehidupan, kemarin adalah hal yang bisa di ingat namun tetap akan terlupakan, berbeda dengan masa depan. Karena kita tidak pernah tau rencana tuhan. Saatnya kembali bertopeng bagi sebagian orang yang menutupi lukanya dengan sebuah tawa.

Sudah terlalu siang untuk hari ini, Titus kembali terlambat bangun pagi dan yang lebih parahnya kedua temanya bahkan masih memeluk guling masing-masing, di saat Titus sangat ribut dengan seragamnya.

"Astaga! Gue udah bangunin dari tadi padahal, sampe gue selesai mereka belum bangun juga? Allahuakbar! Anes, Fazul! Bangun anjerrrrr!!"

Titus dengan kekuatanya yang sudah mode on langsung menggubrak selimut dan menarik kaki kedua sahabatnya, sangat tidak tahu diri sekali pikir Titus.

"Ahhh- sakitt ish!" Adu Anes kini duduk dengan rambut sarang burungnya.

"Kalem dong!" Giliran Fazul yang protes, wah sangat gila. Fazul bahkan terlihat sangat cantik meski dengan rambut sarang burungnya.

"Jam 6:38 jinjay!" Teriak Titus di hadapan wajah kedua sahabatnya.

Ternyata reaksi mereka sangat mendadak hingga membuat Titus kini jatuh sebab dorongan Anes.

"Ahhhhh! Gue belom catok gila!"

"Kenapa nggak bangunin dari tadi sih!" Ketus Fazul.

"Tus, shamponya mana nih?!"

"Kaga ada habis tadi gue pake, itu yang terakhir." Balas Titus yang sedang memakai riasan.

"What!! Gue nggak keramas doang anjir? Sialan sih gara-gara lo nih Tus, segala ngajakin maraton. Mending maraton drakor, ini mah maraton film setan sialan..."

Anes terus mendumel di dalam bilik kamar mandi, menyalahkan ide Titus semalam untuk maraton Film horor. Tapi Titus tidak peduli itu, karena dirinya berhasil bangun lebih awal.

Berbeda dengan Fazul, dia mandi di kamar mandi bawah karena berdebat dengan Anes takan menguntungkan bagi Fazul. Karena jelas terlihat Aneslah yang akan menang, jadi dia mengalah.

***

"Sudah jam berapa ini? Bisa-bisanya kalian berangkat jam segini, hah!"

Titus dan kedua temanya sama-sama menunduk, tidak ada perlawanan dari mereka kali ini. Mereka mengaku salah hari ini. Titus berada di tengah mereka, mulutnya sudah gatal ingin membantah ucapan pak majid.

"Beg-"

"Jangan ngebantah! Sudah telat, kalian malah ketahuan mau panjat pagar belakang? Astaga Titusylia, Aneszyli, Fazulmaren!" Pak majid kembali mencak-memcak dengan menyebut nama panjang mereka.

"Masih mending pak, kita telat tetep ada niatan berangkat. Lah ada tuh anak-anak yang datang pagi buta siang bolong udah ngilang. Mendingan siapa coba?" Tanya Titus yang sudah gatal sejak tadi di omeli.

"Masalahnya kalian udah telat setengah jam, kalo kalian telat lima menit saya kasih masuk. Ini kalian mah seenaknya." Balas Pak majid

Anes menghempaskan tanganya," kami telat karena angkutan umumnya lama, coba ada bus antar jemput kaya di drakor. Nggak ada tuh acara telat-telatan. Secara saya ini anti telat-telat club pak!"

Pak majid melototi Anes dengan garang,"nglawan aja lagi, terus aja bantah sampe nilai kalian di inggris bapak kurangin!" Tangannya sudah melayang menjewer kuping anes.

"Bapak boleh hukum kita, tapi bapak nggak perlu pake kekerasan kaya gitu. Kita masih berstatus siswa di sini, mau saya laporkan kepala sekolah?" Kali ini Fazul yang bicara, sejak tadi dia diam karena memang mereka salah. Tapi setelah melihat tangan pak majid melayang dan menjewer Anes, itu juga bukan tindakan yang di benarkan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kaktus : TeleiophilliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang