Halo.. terimakasih buat kamu yang nyempetin waktunya buat buka chapter pertama dalam cerita ini.
Sebelumnya, I want to give you some information, jika ada nama, tempat, ataupun kejadian dalam cerita ini terdapat kemiripan dengan cerita lain, harap dapat dimaklumi. Dalam hal ini, aku sama sekali tidak ada niat untuk meniru karya siapapun. Apabila terdapat sedikit kesamaan, semoga itu hanyalah sebuah kebetulan.
Jadi jangan salah paham, bukan cuma buat cerita ini aja, tapi buat semua karya siapapun. Kalau kamu setia mengikuti, pasti kamu sadar bahwa dugaanmu salah, ternyata emang beda. Hehe
Dan aku harap, siapapun kamu yang membaca tulisanku dalam cerita ini, semoga kamu bersedia untuk memberikan kritik ataupun saran yang membangun melalui kolom komentar ataupun personal massage to me, bila kamu rasa perlu ya☺️
Oke. Sudah boleh aku mulai?
Please....
Oke, thanks. Happy Reading ✨
***
Semilir angin pagi meniup perlahan rambut seorang gadis yang berwarna hitam sedikit kecoklatan. Gadis itu tengah berjalan melewati gerbang sekolah, lalu senyumnya terbentuk lebar saat melihat sekelompok siswi yang tengah berjalan di depannya.
"Jessie, Ambar, Cici..." Teriaknya sambil berlari kecil menghampiri ketiga gadis cantik itu. Ketiganya menoleh bersamaan.
"Oh My God. My babe..." Teriak Zhilsi, gadis yang tadi disebut Cici.
Bingung ga siapa mereka? Bingung ga? Bingunglah masa enggak! Apaan si anjir! Haha ketawa aja sendiri walaupun gak ada lucunya. Kriuke!!
Mereka adalah salah satu geng cewek cantik yang terkenal di SMA Dandelion. sebenarnya mereka sih engga mau disebut geng, cuma semua murid yang menobatkan itu pada mereka. Mau tidak mau, suka tidak suka pada kenyataannya mereka memang satu geng. Toh, buktinya kemana-mana selalu barengan. But.. bukan berarti mereka berempat ga bisa berbaur sama yang lain, mereka tetap humble sama siswa-siswi lain, ya kadang aja tingkah sombongnya kumat.
Hari ini, is their first day masuk sekolah setelah libur dua minggu selepas ujian akhir semester. Mereka bersahabat sejak SMP, makanya setelah lulus mereka tetap memilih SMA yang sama. Biar gak kepisah kata Jessie.
Setelah berjalan beberapa menit, keempat cewek cantik itu tiba di depan kelasnya. XI IPA A. Anjir! Udah cakep, masuk kelas A lagi. Mampus, that's perfect! Anyway.. di SMA Dandelion ini, pembagian kelas berdasarkan prestasi para siswa di sekolah, siswa-siswi yang memiliki smart brain jelas mereka masuk di kelas A. Eits, kecuali saat kelas dua belas, pembagian kelas unggulan itu tidak berlaku lagi. Jadi cuma buat kelas sepuluh dan sebelas saja. Iya, gitu deh pokoknya.
Lagi-lagi mereka berempat tidak terpisahkan, bukan hanya mengandalkan kecantikannya, mereka juga berhasil menempati kelas unggulan lagi seperti saat duduk di kelas sepuluh.
Setibanya di kelas, mereka berempat mengedarkan pandangannya ke sekitar kelas. "Anjir. Kita yang kepagian apa orang-orang pada kesayangan?" Decak Ambar. "Kesiangan bego! Dih" sahut Zhilsi, lalu ia berjalan sambil tengok sana sini memilih tempat duduk. "Sebelah sini yuk, deket jendela" ajaknya. Lalu ketiga sahabatnya menduduki kursi yang berdekatan dengannya.
Beberapa menit berlalu, dua orang murid laki-laki tiba di kelas mereka. Saat tengah asik mengobrol, mereka menghentikan ocehan dan cekikikannya saat mendapati dua murid laki-laki tersebut tengah berjalan kearah kursi paling belakang. Jessie, Ambar, Zhilsi dan satu lagi, Fernanda. Mata mereka mengikuti langkah kedua laki-laki itu.
"Astaga. Kenapa mereka masuk kelas ini sih?" Keluh Ambar dalam hati merasa kesal.
Tiga detik kemudian, mereka berempat saling pandangan satu sama lain. Mereka tidak mengucapkan apapun, namun mata mereka bermain saling lirik seolah mengisyaratkan sesuatu.
"Seriously?"
"Really?"
"Argh.. So bad news in this morning!"
Brak..!!!
Keempat gadis itu terkejut saat seseorang menggebrak sebuah meja.
"Sialan!" Teriak Jessie spontan, menyadari ucapannya itu ia segera membungkam mulutnya dengan perasaan panik.
Salah satu murid laki-laki itu bangkit dari duduknya. "Heh, kalian semua keberatan kita berdua masuk kelas ini?" Bentaknya dengan kedua mata melotot penuh intimidasi kekesalan.
Jessie mencoba mengatur nafasnya seraya menenangkan diri. Mereka terdiam mematung tak berani menatap laki-laki itu.
Tiba-tiba Fernanda memejamkan kedua matanya "Oke, gue bisa" gumamnya yang tak terdengar, lalu ia menoleh kearah laki-laki itu. "Heh, kak. Bisa ga, ga usah berburuk sangka? Sebelum kalian dateng kita berempat udah disini dan emang lagi ngobrol! Jadi apa motif kakak nuduh kalo kita keberatan kalian masuk kelas ini?" Kata Ambar dengan segala keberanian yang ia kumpulkan.
Wait, wait. Kok Fernanda panggil murid laki-laki itu kakak? Gini, sebelumnya kenalan dulu, dua murid laki-laki itu bernama Gerald dan Ruben. Nah, yang disebut kakak itu adalah Gerald, dia seharusnya kakak kelas Fernanda dan teman-temannya. Namun, ia tidak naik kelas. But, bukan karena dia bodoh. Melainkan karena ia tidak masuk sekolah hampir dua minggu dan tidak mengikuti ujian akhir semester saat kelas sebelas, jadi hampir satu bulan ia tidak masuk sekolah. Why? Karena pada saat itu, ia harus mendampingi ibunya untuk menjalani operasi di Singapura.
Lalu Ruben? Who is he?
**To be continued**
Gimana guys? Kamu penasaran ga sama kelanjutannya?
Duh.. aku kok deg-degan ya gimana respon yang baca😭Kalau suka, jujur aja deh. Jangan pelit vote yak, karena vote dan komen kalian itu yang bikin aku SEMANGAT lanjut nulis dan ga ngegantungin cerita ini.
Cukup dia aja yang gantungin perasaan, cerita ini jangan! Ish apaan njir! 😭😂Oke deh, pamit dulu ya. See you guys....
Diketik dalam 850 kata.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS MAN (On Going)
Teen FictionBagi seorang Regan, tercabik selerai celurit, pisau dan benda-benda tajam lainnya adalah hal yang biasa. Namun, hal itu tidak membuatnya dan seluruh anggota gengnya - FORBID nama geng mereka- kapok untuk mencecar dan menghabiskan siapapun yang mengg...