Di atas rumput terbaring......
Ia sadar dari tidurnya, ia sadar dari sakitnya....
Hanya merasakan hembusan angin lembut mengelus tubuhnya....
Kembali lagi pada waktu tragedi jendral iblis Ahool. Dean yang terluka karena tertusuk tombak milik Ahool bersamaan dengan Vinca. Mereka masih terbaring tak sadarkan diri di posko kesehatan yang berada pada desa di ujung lembah Janusea. Dalam misi mereka yang tak terduga melawam musuh yang sangat kuat. Lawan yang belum mampu mereka hadapi. Peristiwa penyerangan monster ke desa. Berujung pada pertemuan pada pemilik ternak-ternak itu. Meski keberuntungan masih berpihak pada mereka. Mereka selamat dan kembali hidup-hidup. Tapi kejadian itu membuka rahasia yang disembunyikan dari awal.
Dean bangun dari tidurnya, bangkit dari posisi terbaringnya. Ia melihat luasnya padang rumput yang memenuhi sudut pandangnya. Menatap tak berkedip. Memikirkan apa yang terjadi padanya.
"Dimana aku? Siapa aku?"
Dia berbicara seolah kehilangan ingatan, padahal ia masih belum melupakan apa yang terjadi dengannya. Ia meraba-raba dadanya, tempat tombak itu menancap di tubuhnya.
"Eh, tidak ada luka, rasanya tidak ada yang sakit, jantungku masih berdetak"
Ia mulai mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, ia berhadapan dengan jendral iblis Ahool, ketika ia mencoba melindungi Vinca, tubuhnya terluka, ia tertusuk tombak yang tidak ia sadari, bersama Vinca ia tertusuk sekaligus.
"Seharusnya Lukaku sangat dalam, tapi aku tidak apa-apa, tidak ada bekasnya"
Dia teringat, Erick terhempas ke dalam hutan, Ray terlempar ke dalam retakan tebing sarang para monster, dan Vinca mendapat luka yang sama dengannya.
"Bagaimana dengan keadaan yang lainnya, apakah mereka selamat? Apa mereka baik-baik saja?"
Dean juga teringat saat ia menggunkan jurusnya, mengeluarkan kekuatannya. Menjauhkan Vinca dari radius serangan Ahool, memukul mundur iblis itu meski sementara. Walau setelahnya ia tumbang dan jatuh pingsan.
"Oh ya, apa yang terjadi setelahnya? Apa aku sudah mati? Apa ini di alam baka?"
Dia terus bertanya pada dirinya sendiri, mengingat apa yang terjadi padanya, dan ia sekarang berada disini, suatu tempat yang sudah tidak asing bagi dirinya, tempat yang selalu ia lihat dalam mimpinya. Dengan itu ia yakin bahwa dirinya masih hidup, hanya saja masih tertidur pulas dalam alam bawah sadarnya sendiri. Saat ia tengah memikirkan semuanya. Ia mendengar ada yang mengajaknya berbicara.
"Hee, tidak sopan sekali menyebut tembat ini alam baka, lagi pula jika kamu mati, seharusnya kamu dikirim ke tanah kematian, Moortus Est"
Seorang anak yang ia kenal, yang selalu menemaninya dalam mimpi itu, mereka berdua selalu di tempat yang sama. Tak ada perubahan.
"Hey, Derin. Apa aku sudah mati?"
Ia mengucapkan kata tanya singkat, tanpa menoleh pada anak yang berdiri di belakangnya.
"Ha, sudah ku bilang kan kalau kamu mati maka kamu akan berada di Moortus Est untuk menyeberangi jembatan menuju Abyys"
"Jadi aku masih hidup ya?" sambil tersenyum tipis.
"Tentu saja, dan sekarang kamu berada di nirwana mimpi milikku"
"Kenpa bisa kau sebut begitu?"
"Karena tempat dimana kita bisa bersama sudah cukup untuk ku sebut surga"
"Jadi begituya"
"Bukankah seharusnya kamu berfikir begitu, karena aku adalah bagian dari dirimu, maka di manapun tempatmu berada harus kamu anggap surga, meski hanya dalam mimpimu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Sang Penghancur / Tales The Destroyer
AdventureBencana topan besar meluluh-lantahkan sebuah kota, semua bangunan rata dengan tanah. Topan dasyat sampai melubangi langit. Disaat para pendduk kehilangan apa yang sebelumnya mereka miliki. Dalam reruntuhan kota ditemukan seorang anak yang selamat da...