KISAH SANG PENGHANCUR CH 02 VOL 01

5 0 0
                                    

Di dalam istana, kediaman sang ahli Bahasa.....

Di sebuah ruangan, serupa kamar, yah itu memang sebuah kamar, dengan arsitektur kerajaan, rak-rak penuh dengan buku berdiri di setiap sisi dinding, kecuali satu sisi dekat pintu dan sisi yang terdapat meja kerja, bocah dari langit terbaring di kasur dalam keadaan masih tertidur.

Perlahan ia mulai sadar, membuka kelopak matanya sedikit demi sedikit, tampak remang, seperti ada mata seseorang yang menatapnya, ia tidak tahu siapa itu, ketika matanya benar-benar terbuka lebar dan sepenuhnya kesadaran kembali kepadanya, dia kaget, terkejut, mendapati wajah seorang gadis berada tepat berhadapan dengan wajahnya, meloncat mundur dengan cepat secara reflex kebelakang hingga membentur dinding.

Jantungnya berdegup kencang, pipinya memerah, dia benar-benar kaget atas kejadian itu. Sementara si gadis masih tersenyum di depannya mengetahui bahwa dirinya sudah bangun.

Gadis dengan baju kuning, gaun merekah pendek sampai lutut, kaos kaki putih yang juga sampai lutut, berambut hitam kecoklatan panjang sampai punggung, dengan pita merah menguncir kuda rambutnya kebelakang. Berada sangat dekat di depannya.

"Siapa kamu?" tanya bocah laki-laki itu.

"Kakek-kakek, anak ini sudah bangun lho.." gadis itu berteriak memanggil sang kakek.

"Dimana aku ini?" karena baru sadar, ia masih kebigungan dengan keadaan.

Sambil terseyum " Kamu, dirumahku lho..hehe" jawab gadis itu.

Dari luar ruangan masuklah kakek si gadis yang tak lain adalah sang ahli Bahasa, Zuhetar Boso.

Seorang yang sudah tua, dengan janggut putih Panjang menutupi dagu, perawakannya tinggi dengan mengenakan jubah biru panjang sampai mata kaki, jubah pegawai istana dengan tingkat tertentu. Rambut putih pendek karena usia menutupi kepalanya.

"Oh, rupanya kamu sudah bangun ya?" ucapnya pada bocah yang dibawanya dari reruntuhan kota. "Kamu tidak berbuat jahilkan, cucu manisku?" sang ahli bahasa menaggapi pada gadis yang masih berada diatas kasur.

"Tidak kok kakek" balas cucunya.

"Tapi kenapa kamu berada diatas kasur dengang posisi begitu?"

Sang cucu tidak menjawab dan hanya nyegir dengan lebar.

"Anu, anda siapa? Dan kenapa aku ada disini?" tanya bocah laki-laki yang masih shock di ujung atas kasur. Terpojok oleh tingkah si gadis.

"Namaku adalah Zuhetar, aku bekerja sebagai pengajar dan ahli Bahasa di istana ini. Kamu sekarang bisa memanggilku dengan sebutan kakek kalau kamu mau. Lalu ini adalah cucu perempuanku".

"..."

"Namaku Serina, Serina Valin. Aku adalah putri bangsawan terkenal Leoza Valin. Salah satu penasehat kerajaan ini. Hehe. Gimana hebatkan?". Sambung cucunya dengan semangat. "Dan siapa namamu?" lanjutnya.

"Hah, namaku?" sambil mencoba mengingat "Kalau tidak salah aku biasa dipanggil Dean"

"Salam kenal Dean, sekarang mari kita berteman".

"Eh, Hm, iya"

"Hehe"

"..."

"Nah Dean, apa kamu ingat sesuatu sebelumnya?" tanya kakek Zuhetar.

"Ingat?" tiba-tiba ketika Dean mencoba mengingat kejadian yang ia alami sebelumya, pikirannya kacau, ingatannya berantakan, ia tak bisa mengingat apapun. Setiap mencoba, kepala langsung terasa sakit, ia merengah.

"Sudah, kalau kamu tidak bisa mengingatnya tak perlu dipaksakan".

"Hm, baiklah"

"Sekarang kamu adalah bagian dari keluarga kami, kamu tak usah khawatir, kami akan mengurus dan merawatmu mulai sekarang"

Kisah Sang Penghancur / Tales The DestroyerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang