Part 3

9.5K 577 33
                                    

"Diana aku cantik nggak? Cocok nggak pakai baju begini?" Ujar Lea sambil berputar-putar kepada asisten pribadinya itu. Diana mengangkat kedua jempolnya mantap. Diana tidak berbohong, bosnya itu memang cantik banget. Manis!

Tetapi sayangnya ya gitu, galak dan suka berteriak. Ditambah sifat manja dan cengengnya yang bisa membuat semua orang geleng-geleng. Maklum Lea anak terakhir. Lea punya kakak cowok dan orangtua yang sangat memanjakannya. Jadi wajar-wajar saja sikapnya seperti itu.

"Kali ini semoga berhasil ya mbak!" Diana menyemangati.

"Karena klinik libur, mulai besok kamu nggak usah ke apartemen Di, nanti aja kalau klinik udah mulai jalan lagi."

"Kapan mba?"

Lea merenung. Kapan ya? Ya sampai dapat jodoh. Sampai acara ulang tahunnya yang ke 30. Tapi hal itu susah untuk di jelaskan. Pokoknya fokus Lea adalah cari jodoh dulu. Lea tidak mau kalah dengan keluarganya. Jika ia tidak mendapat jodoh sampai hari ulangtahunnya tiba, bisa-bisa ia jodohkan dengan sesuka hati oleh mereka.

Pada akhirnya Lea tidak menjawab pertanyaan asistennya, dan memilih untuk segera keluar apartemen ketika mendapat pesan dari mas Massimo lokal alias mas Ethan yang ganteng. Pria itu berkata sudah berada di lobi apartemennya.

"Duh, kok aku jadi deg-degkan gini ya?" Monolog Lea sambil meremas ponsel miliknya dengan erat.

Begitu lift yang ia naiki sampai di lantai satu, dirinya langsung disambut oleh pemandangan mobil sport mewah Bugatti Divo. Sekaya apa dia? Kendaraan yang ia naiki tidak tanggung-tanggung. Lea mungkin harus konsultasiin seratus orang dalam sehari selama setahun untuk bisa membeli mobil tersebut.

Ethan turun dari mobil ketika melihat Lea berjalan ke arahnya. Pria itu menunggu kedatangannya dengan senyuman. Seperti Edward yang sedang menunggu Bella berjalan menuju altar. Manis sekali.

"Maaf ngrepotin." Ujar Lea dengan senyuman termanisnya. Kesan pertama itu penting lho.

"Nggak masalah. Ternyata kamu lebih cantik aslinya." Ujar Ethan sembari membukakan pintu mobil untuk mempersilahkan Lea masuk. Nyuss sekali rasanya naik mobil mahal. Beberapa orang sepertinya memandang iri ke arahnya. Lea seperti sedang di jemput oleh pangeran bekuda putih pada jaman perang. Jadi pusat perhatian.

Ya gimana nggak pada iri, yang jemput ganteng banget. Mobilnya saja harga puluhan milliyar. Lea pikir untuk apa pria sekaya dan setampan dirinya main apilikasi buat cari jodoh? Wanita di dunia nyata juga bakal kelojotan di lamar sama doi.

"Kamu sukanya makan apa?" Ethan mencairkan keheningan diantara keduanya. Sambil fokus menyetir, sesekali mata indahnya itu melirik ke arah Lea yang sedang tersenyum malu dan canggung.

"Apa aja." Yah... itu adalah jawaban pamungkas milik wanita selain 'terserah'.

"Bener apa aja?" Ethan bertanya dengan nada yang santai dan bersahabat. "Kalau aku bawa kamu buat makan ayam bakar mau? Kebetulan aku punya langganan ayam bakar yang enak."

"Aku pemakan segalanya kecuali ikan. Makan ayam boleh juga, aku suka."

"O ya? Kamu sama kaya si kecil aja. Dia juga nggak suka ikan."

Lea tersenyum saja. Si kecil? Pasti keponakan yang ada di foto apilikasi akun kencan onlinenya. Anak kecil yang lucu nan imut. Bener-bener nggak salah pilih. Fix, Lea yakin dia adalah jodoh yang sudah di sediakan untuknya.

"Anak-anak emang jarang ada yang suka ikan."

"Kamu benar." Ujar Ethan terkekeh, lalu menceritakan si kecil yang benci sekali ketika diminta makan sayuran dan ikan. Kalau dipikir-pikir nasib Ethan dan dia sama. Menjadi pengasuh anak dari kakaknya. Merepotkan sih, tapi menyenangkan. Karena Lea suka anak-anak.

Leanna ( The Perfect Date With Duda Ganteng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang