Part 7

7.9K 643 36
                                    

Lea terus merenung di apartemen miliknya sepanjang hari sambil memakan popcorn. Ia melamun di temani lagu Dive dari Ed Sheeran. Membuat suasana melamunnya menjadi lebih khusuk. Ternyata semua yang terjadi bukan salah Ethan. Lea yang tidak membaca status duda anak satu yang Ethan cantumkan di apilikasi tersebut.

Sekarang harus gimana? Keluarganya udah setuju banget. Anak Ethan juga udah nempel terus pas ketemu kemarin. Harusnya tinggal di sahhin aja kan? Tapi Lea nggak siap punya suami duda! Gengsi Lea tinggi! No! Meski sebenarnya Lea nyaman sekali bersama Ethan.

Bahkan setelah acara menangis bersama keluarganya kemarin, Lea masih terus mengabaikan Ethan yang tak kenal lelah menghubunginya. Padahal sebenarnya Lea kangen.

Ting.....

Suara pintu apartemennya berbunyi. Lea buru-buru membukanya untuk melihat siapa tamu yang datang. Dan ternyata.... Ethan. Orang yang ia pikirkan seharian ini. Pria itu langsung mendorongnya masuk dan menutup pintu.

"Mau apa?" Tanya Lea cuek.

"Kenapa tidak membalas pesanku?"

Lea diam sambil mengalihan pandanagan. Lihatlah pria ini, memakai kaos oblong aja terlihat ganteng! Aura Massimo dalam dirinya terlalu kuat. Ethan terlalu mempesona. Tapi kenapa sih Ethan harus duda?

"Kenapa kamu nggak bilang kalau kamu duda?"

"Dari awal aku udah tulis di apilikasi itu. Awal kita ketemu aku juga banyak cerita tentang Dion kan? Aku udah jujur. Kamu nyesel ya?" Tanya Ethan sambil menarik dagu Lea untuk menatapnya.

"Bukan gitu.... "

"Kamu nyesel kenalan sama duda anak satu?"

"Aku nggak nyesel! Tapi..."

"Malu?" Jawab Ethan seakan tahu segalanya.

"Nggak!"

"Jadi apa yang membuatmu ragu? Ketulusanku?" Tanya Ethan lagi.

Lea hanya diam. Ia juga bingung dengan dirinya. Ia ingin Ethan, tapi... Lea tidak siap punya suami duda. Tapinya lagi, jika disuruh melepas Ethan Lea juga tak sanggup. Lea nggak rela Ethan pergi.

"Aku butuh meyakinkan diri."

"Aku akan meyakinkanmu." Bisik Ethan sembari menarik dagu Lea untuk mendekat. Mendekap pinggangnnya, lalu mengecup bibir Lea dengan lembut.

Aliran listrik dalam tubuh Lea seolah menyala-nyala.Tubuhnya merinding begitu bibir mereka bersentuhan. Begitu Ethan melumat lembut benda lunak miliknya. Menciptakan rasa manis yang begitu memabukkan.

Ethan tersenyum saat Lea memeluk lehernya sembari membuka sedikit bibirnya, seolah memberi akses penuh. Ini adalah ciuman pertama yang ia rasakan setelah istrinya meninggal 4 tahun lalu.

Tak mau membuang kesempatan, Ethan langsung melahap habis bibir Lea. Menggapai lidah wanita itu dengan lidahnya, menyedot salivanya, dan mengorek habis isi daripada mulut kekasih cantiknya itu. Ia membimbing Lea untuk duduk di atas sofa, dan menindih wanita itu sambil terus berpagutan dengan panas.

Lea terus terpejam menikmati sentuhan bibir Ethan. Bahkan bibir itu sedang menelusuri leher jenjangnya saat ini. Meninggalkan jejak basah kemerahan yang begitu sexy disana.

Menikmati setiap usapan tangan Ethan yang begitu lembut pada pahanya. Membuat Lea menginginkan lebih. Namun sebelum mereka berbuat lebih jauh, suara ponsel Ethan berbunyi. Jika bukan Dion yang menelpon, Ethan pasti sudah mematikannya sejak awal.

Ethan pun menghentikan kegiatannya bersama Lea, lalu segera mengangkat ponselnya yang terus berdering.

"Iya sayang." Jawab Ethan bersemangat.

"....."

"Pintarnya anak papa. Dokter bilang apa sama Dion? Papa sebentar lagi susulin Dion ya?" Ujar Ethan lagi. Lea tersenyum melihat betapa hangatnya Ethan sebagai seorang ayah. Betapa sayangnya ia kepada Dion. Ethan pria yang sempurna sebenarnya. Namun entah kenapa status duda itu sangat menganggu Lea.

"Iya, papa ajak mama kok." Ujar Ethan lagi yang membuat Lea deg-degkan. Mama? Menggelikan sekali. Tapi entah kenapa Lea suka panggilan itu.

Lea melihat wajah sendu Ethan setelah panggilan itu tertutup. Lea sudah mendengar banyak tentang kondisi Dion dari ibunya. Lea juga sudah tau tentang istri Ethan yang meninggal karena kanker. Lea sependapat dengan ibunya. Ethan itu ayah dan suami yang luar biasa.

"Jadi gimana kondisi Dion?" Tanya Lea sambil mengusap pundak Ethan.

"Sebelum mendapat donor, kondisi Dion akan semakin parah." Lirihnya. "Sampai sekarang tidak ada pendonor yang bersedia. Andai aku bisa gantiin dia." Isaknya sambil menutup mata. Raut lelah jelas tergambar disana. Tidak hanya lelah, tapi juga keputusasaan.

Lea memeluk Ethan tanpa berbicara. Lea rasa kata-kata pun tak cukup untuk menguatkan Ethan. Telalu berat apa yang ia alami. Dion adalah jiwanya. Dan saat ini Ethan hampir kehilangannya.

"Walaupun kamu nggak bersedia menikah denganku. Jadilah ibunya. Berpura-puralah semampumu. Aku mohon Le, dia sangat menyukaimu. Kehadiranmu dapat membuatnya bahagia." Pinta Ethan kepada Lea dengan mata berkaca-kaca.

"Aku sangat menyayanginya terlapas dari hubungan kita jadi atau tidak, Mas. Ayo kita temui dia. Jadilah kuat untuk Dion. Kamu ayah yang hebat, kamu pasti bisa."

"Aku takut kehilangan dia. Hanya dia yang ku punya Lea."

"Aku tahu ini berat. Tapi kamu kuat. Dan kamu harus kuat untuk Dion. Kamu adalah kekuatannya." Bisik Lea sambil mendaratkan kecupan di pipinya.

"Ya.. aku akan menjadi kuat untuknya." Lirih Ethan sambil berlabuh kepelukan Lea. Ini pertama kali ia menangis, menunjukkan kelemahannya kepada seseorang. Ini pertama kali ia menemukan bahu untuknya bersandar setelah istrinya meninggal.

Dan ini pertama kalinya Ethan merasa nyaman berada di pelukan seseorang.

Cup!

Ethan kembali melumat singkat bibir Lea setelah melepas pelukannya. "Selain Dion yang menyukaimu, aku juga menyukaimu. Aku akan tunjukkan bahwa aku serius."

*****

Lea segera menghampiri Dion yang baru saja selesai di periksa oleh dokter. Oh Tuhan, kenapa anak selucu dia harus terkena penyakit yang begitu parah? Lea tidak tega melihat Dion harus menanggung beban seberat itu.

"Mama kangen nggak sama Dion?" Tanya anak itu malu-malu setelah Lea di hadapannya. Anak itu juga memeluk Lea dengan sangat manja. Bahkan ia mengabaikan ayahnya. Kalau ada Lea, Ethan bagaikan butiran debu untuknya.

"Kangen dong...!!!"

"Beneran?"

"Iya sayang! Mama kangennn banget."

"Kalau kangen, mama mau nggak tinggal sama Dion? Dion pengen di peluk mama waktu tidur." Ujarnya. Awalnya Ethan mau mencari alasan untuk menolak. Tetapi ternyata Lea langsung mengiyakan tanpa berpikir panjang.

"Yaudah ayo pulang. Mama bakal tinggal sama Dion, mama bakal peluk Dion, mama bakal bacain cerita buat Dion di sepanjang malam sebelum Dion bobo. Dion mau?"

"Mau...!!! Ayo mama kita pulang! Dion udah siapin kejutan! Dion punya gambar yang bagus-bagus buat mama!"

"Oya?" Ujar Lea sembari menggendong dan mendengarkan celotehannya dengan antusias.

Ethan tersenyum bahagia melihat keduanya. Apalagi ketika melihat putranya bahagia seperti itu. Rasanya jarang sekali Dion tertawa lepas selama ini. Sosok Lea lah yang telah mengubahnya menjadi lebih ceria dan terbuka.

Tetapi masalahnya sekarang, apa mereka akan tinggal satu atap? Ahh itu bukan masalah! Ethan tersenyum-senyum membayangkan batapa manisnya hari-harinya bersama Lea nanti.

"Dion memang pintar sekali." Gumamnya senang.

*****

Hai gimana puasa hari ini? Semoga lancar ya :)

Selancar pdktnya Ethan sama Lea


Leanna ( The Perfect Date With Duda Ganteng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang