Part 8

7.9K 598 22
                                    

Tak puas dengan pendapat keluarganya, kini Lea meminta sahabatnya untuk datang mendengarkan curahan hatinya. Lea butuh wejangan. Butuh saran dari orang-orang yang ia percaya. Dan kalian tau? Jawaban semua orang sama!

"Emang kenapa kalau dia duda Le? Segitu rendahnya status duda buat lo? Dia bukan mantan napi atau pembunuh. Dia duda, dan itupun karena istrinya meninggal." Ujar Levin menasehati sahabatnya. Levin tahu jika sahabatnya ini gengsinya tinggi banget, standar hidupnya juga tinggi banget. Levin terkadang lelah menasehatinya.

"Lo lihat anak itu? Dia bahkan nempel terus sama lo. Ampe ketiduran gini di pangkuan lo. Dia sayang lo Lea. Udahlah, ngalah sama ego lo. Gue tau lo juga suka sama duda itu."

"Dari mana lo tau gue suka sama dia?"

"Seorang Lea nggak akan manggil Levin kesini, cuman buat nanyain kegalauannya masalah asmara. Gue kenal lo. Dan ini pertama kali lo galau karena laki-laki."

Lea memeluk Dion yang sedang tertidur di pangkuannya, sembari memberinya kecupan. Levin benar kok. Biasanya jika Lea tak suka, maka ia akan langsung menendangnya jauh-jauh. Tapi seorang Ethan mampu membuatnya galau seperti ini. Bahkan Ethan pria yang baru di kenalnya, tetapi sudah membuat hatinya gundah gulana.

Apalagi mulai hari ini mereka harus tinggal bersama. Karena asal mengikuti kemauan Dion, Lea harus tinggal satu atap dengan pria tersebut. Tapi ingat, ini demi Dion! Bukan Ethan! Nggak tau kalau nanti, takutnya Lea berubah pikiran. People has changed kan? Entah itu sejam kedepan, atau seiring berjalannya waktu. Karena pesona Ethan itu berbahaya.

"Lo cocok jadi ibunya Le." Ujar Levin sebelum pergi sambil mengacak rambut Lea dengan gemas. Sedangkan Lea hanya senyum-senyum sendiri dengan wajah memerah.

Baru saja Levin melangkah keluar dari kamar Lea, sorang pria dengan perawakan yang sama denganya, menghadangnya dengan raut yang garang sekali. Levin yakin dia adalah duda kesayangan Lea. Iseng, Levin membenarkan resleting celananya sambil memasang wajah puas. Seakan mereka habis melakukan sesuatu yang panas di dalam sana.

"Lo siapa?" Tanya pria itu. Sepertinya Ethan sudah menunggu di ruang tamu lama sekali, selama ia dan Lea saling curhat.

"Siapa? Lo yang siapa?!" Balas Levin santai.

"Gue calon suaminya." Balas pria itu dengan rahang mengeras. Ternyata laki Lea boleh juga. Dari segi badan mereka sama. Tapi dari dari segi wajah Ethan lebih dapat garangnya. Bayangin aja Michele Morrone sama Nick bateman kalau di jejer. Gimana? Udah dapat perbedaanya?

"Calon kan? Belum sah kan? Kalau gitu gue bebas dong deketin Lea?" Ujarnya masih dengan keisengannya. Kali ini Levin membenarkan kerah kemejanya yang lecek.

Ethan panas sekali melihat pria tengil itu. Siapa sih dia? Kekasih Lea? Apa hubungan mereka sampai dia keluar dari kamar dengan wajah puas, seakan habis di full service oleh calon istrinya.

Siapapun dia, Ethan tidak akan membiarkannya. Ia pun mencengkram kerah kemeja Levin dengan kasar, lalu menghajar wajahnya dengan kencang.

"Sialan lo! Jangan deketin Lea lagi"

"Apa urusan lo?" Levin berteriak kencang agar Lea, sahabatnya itu keluar. Levin ingin permainan menjadi lebih hidup. Ia suka keributan. Levin ingin lihat seberapa besar pria ini menyukai sahabatnya.

Dan benar saja. Setelah mendengarnya berteriak, sahabatnya itu keluar dengan wajah cengo. Lea bertanya-tanya. Kira-kira apa yang membuat Ethan dan sahabatnya bertengkar di apartemennya seperti ini? Apalagi wajah Levin membiru dengan darah di sudut bibirnya.

"Levin lo kenapa?" Tanya Lea sambil mengusap sudut bibirnya.

"Tanya dia! Aku pulang dulu." Jawab Levin sembari mencium puncak kepala Lea, lalu segera keluar dari apartemennya. Meninggalkan mereka dalam keheningan. Lea mengumpat dalam hati. Beraninya Levin menciumnya! Sebelum sempat ia meneriaki Levin, Ethan lebih dulu mendekapnya dengan raut marah.

"Siapa dia?" Lirih Ethan dengan rahang mengeras tepat di depan wajahnya.

"Kamu apaan sih!"

"Siapa dia!" Dengusnya kesal kali ini.

Lea memandangi Ethan lucu sekali saat marah. Apa dia sedang cemburu sekarang? Dan disaat Lea lama tidak menjawab, Ethan langsung memagut bibirnya. Kembali menelusuri bibir wanita itu. Menguasai dan melahap lidahnya dengan rakus.

Ethan juga menggendongnya ala koala, lalu memangkunya sambil terduduk di atas sofa. Mereka terus berpagutan dengan panas. Bahkan Lea tidak sadar sejak kapan ia membalas sapuan lidah pria tersebut. Tangan Ethan terus bergerak untuk mencari ujung gaun dari wanita itu. Dan ketika ia mendapatkannya, jemarinya langsung menelusup masuk. Membelai punggung halusnya dan juga bongkahan bokong sexy milik kekasihnya.

"Aku nggak suka kamu dekat dengan pria itu." Bisik Ethan dengan menyusuri leher jenjang milik Lea dengan bibirnya.

"Dia sahabatku. Dia sudah beristri. Kamu cemburu sama dia?"

"Dia bilang..."

"Levin emang suka iseng. Lagian di dalam ada Dion. Aku nggak mungkin aneh-aneh!" Kekeh Lea sambil melepaskan diri dari rengkuhan Ethan. Sejujurnya ia deg-degkan ketika tangan Ethan meremas bokongnya. Tapi... masa ia berteriak? Kan aneh.

Namun sepertinya Ethan tidak membiarkannya pergi. Pria itu menahan tubuh Lea dan kembali memagutnya. Tangan pria itu juga kembali nakal dengan masuk kedalam gaunnya. Meremas-remas bokongnya dengan sensual. Membuat tubuhnya meremang lemas tak berdaya. Pacaran sama duda emang beda! Eh... emang udah pacaran?

"Le... kamu nunggu apa sih? Aku tahu kita baru kenal, tapi aku serius sama kamu."

"Aku belum bisa."

"Tapi kamu nggak nolak untuk ciuman."

"Ya tapi aku belum siap nikah."

"Karena aku duda?"

Lea terdiam sambil mengerucutkan bibir. Ingin sekali Lea menjawab iya! Karena dia duda Lea gengsi!

"Kita pacaran dulu aja mas, nanti kalau aku udah siap, aku bilang ke mas. Baru kita nikah." Ethan tersenyum sumpringah mendengar jawaban Lea. Setidaknya wanita itu menerimanya sebagai kekasihnya kan? Dari pada tidak sama sekali? Berarti dirinya masih ada kesempatan.

"Berarti kita pacaran nih?" Tanya Ethan masih dengan meremas-remas di dalam sana.

"Tangannya lepas!"

"Tadi diem aja." Balas Ethan acuh. "Lagian salah siapa, mau di halalin nunda mulu?"

"Ihh aku butuh waktu meyakinkan diri!"

"Apa sih yang kamu raguin? Kalau kamu minta seluruh yang aku punya, aku kasih sekarang. Harta? Tahta? Hati? Aku bakal kasih itu semua buat kamu."

"Gombal tau nggak!"

"Aku serius sayang."

"Buktiin lah."

"Oke! Kamu lihat aja." Ujar Ethan dengan kecupan singkat di bibirnya. " Oh iya, mau celebration buat resminya hubungan kita nggak Yang?" Bisik Ethan sambil menggoyangkan pinggangnya menggoda Lea. Membuat Lea meremang ketika merasakan tonjolan keras itu di perutnya.

Ethan tau nggak sih kalau Lea itu alim? Dia masih ting-ting banget! Masih polos! Hanya saja kemampuannya memanipulasi, membuatnya terlihat sudah terbiasa dengan hal itu.

"Nggak!"

"Rasain dulu, nanti baru protes." Bisik Ethan masih dengan menggodanya. Namun sebelum Ethan benar-benar mengeksekusi dirinya, Lea buru-buru melepaskan diri. Ia berlari menuju kamar untuk menyusul Dion yang sudah tertidur di dalam sana.

"Le kamu tega banget sih sama pacar sendiri? Berdiri nih!"

"Kamu mesum banget!"

"Ya maklumin lah, empat tahun nggak dapat jatah! Aku masuk kamar ya?" Goda Ethan.

"Ethannn...!!!" Teriak Lea yang di sambut tawa oleh prianya.

"Kamu beberes ya yang! Besok kita pindahan lo!" Teriak Ethan mengingatkan. Ia lalu merebah di sofa apartemen Lea untuk menginap. Ethan melepaskannya malam ini. Sabar, masih banyak waktu. Sebentar lagi satu atap kok! Pikir Ethan dengan senyum smirknya.

Leanna ( The Perfect Date With Duda Ganteng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang