Prolog

15.7K 279 4
                                    

Prolog

Gadis cantik berkulit putih itu langsung memejamkan matanya dengar rapat setelah sempat membukanya berniat untuk bangun dari ranjangnya. Namun entah bagaimana tubuhnya terasa remuk, kepalanya juga pusing, dan yang paling aneh bagian kewanitaannya terasa nyeri dan sakit. Begitupun dengan perutnya yang terasa keram, hingga ia harus mengelusnya beberapa kali. Namun ia baru sadar bila tubuhnya hanya dibaluti sebuah selimut, bukan baju ataupun piyama tidur.

Ia masih berpikir positif, mungkin dirinya membuka baju sebelum tidur karena kepanasan dengan suasana di kamarnya. Namun di detik berikutnya ia juga baru tahu bila ia juga tidak memakai bra dan saat tangannya turun semakin bawah tubuhnya, di saat itu lah ia sadar bila tubuhnya memang tidak memakai apa-apa.

"Kenapa ... aku telanjang ...?" gumamnya gelisah, jantungnya bahkan berdebar kuat, saking takutnya ia dengan kondisinya yang mungkin sudah terjadi apa-apa selama ia tidur semalam.

Gadis itu masih berusaha tenang sembari menghela nafasnya beberapa kali, ia yakin tidak terjadi apa-apa dengan dirinya tadi malam. Sampai saat ia memiringkan tubuhnya yang masih terasa remuk ke arah samping kirinya dan di saat itu lah ia melihat wajah sahabatnya, sedangkan tubuh lelaki itu juga tidak memakai pakaian atau kain sehelai pun.

Dada gadis itu mulai naik turun, nafasnya tersengal oleh rasa sesak, pikirannya tidak bisa berpikir jernih sekarang. Sebenarnya apa yang sudah terjadi semalam, kenapa ia dan sahabatnya berada di ranjang yang sama dengan kondisi tubuh juga sama-sama telanjang.

"Enggak mungkin, enggak mungkin. Aku pasti sedang berhalusinasi sekarang, mana mungkin aku dan Aska melakukannya? Sepertinya pikiranku sedang kacau sekarang. Aku harus tenang dan saat aku membuka mata, Aska enggak ada." Gadis itu terus memejamkan matanya dan berharap semua yang dilihatnya hanya halusinasi matanya, namun saat ia merasa sedikit lebih tenang dan membuka kedua matanya, sahabatnya masih berada di hadapannya dengan mata terlelap.

"Akkkkkhhhh," teriaknya tak percaya lalu membangunkan tubuhnya sembari menutupi dadanya dengan selimutnya, sedangkan nafasnya semakin naik turun hingga rasanya air mata ingin tumpah di wajahnya.

"Diana. Ada apa?" Lelaki yang bernama Aska itu membuka matanya dan menanyakan keadaan gadis itu, yang tampak syok sekaligus ketakutan.

"Apa ... apa yang sudah ... kamu lakukan?" Diana bertanya sembari menatap ke arah Aska yang tertunduk penuh penyesalan.

"Maafkan aku ...."

"MAAF UNTUK APA? KAMU JANGAN BERCANDA!" sentak Diana marah, namun Aska justru terdiam seolah ingin mengumpulkan keberanian untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Tadi malam ...."

"Apa? Tadi malam kenapa? Cepat katakan! Jangan buat aku berpikir konyol, kita enggak mungkin melakukannya kan?" Diana menatap tajam ke arah sahabatnya, meminta penjelasan atas apa yang sudah lelaki itu lakukan padanya.

"Tadi malam kita melakukannya, apa kamu lupa?" Aska bertanya lirih, yang tentu saja membuat hati Diana perih dan sakit.

"Maksud kamu hubungan suami istri?" tanya Diana dengan nada ketakutan, ia berharap sahabatnya itu hanya bercanda dan hanya ingin mengerjainya. Namun di detik berikutnya, sahabatnya itu justru mengangguk seolah sangat menyesali semuanya.

"Kamu bohong kan? Bagaimana mungkin kita melakukannya, sedangkan aku saja lupa dengan apa yang terjadi tadi malam."

"Kamu mabuk, Na. Apa kamu lupa?"

"Iya, aku memang biasa mabuk, tapi di kamar ini. Lalu kenapa kamu juga ada di sini? Di kamarku? Kenapa, Aska?" Diana menitikkan air matanya, ia merasa bingung dengan apa yang terjadi tadi malam, kenapa harus sahabatnya yang justru merusaknya. Kenapa teman yang sangat dipercayainya, kenapa. Itulah pertanyaan yang terus bersemayam di otaknya, menanyakan empati yang sahabatnya miliki.

Pregnant With My Friend (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang