Part 14

1.9K 68 1
                                    

Part 14

Diana mengalihkan tatapannya, ia tidak ingin Aska melihat wajahnya yang tampak menampilkan rasa amarah. Padahal Diana sendiri tidak tahu kenapa emosinya begitu berlebihan tak terkontrol, hanya karena mendengar kabar bahwa Aska dijodohkan dengan gadis lain.

Diana sendiri sangat yakin bila rasa itu bukan karena ia merasa cemburu, karena ia percaya dirinya tidak mungkin jatuh cinta dengan Aska, sahabatnya. Hubungan mereka sudah seperti saudara, akan sangat konyol bila ada cinta di antara mereka meskipun Aska sudah pernah menyatakan perasaannya.

Diana terus berpikir tentang alasan apa yang mendasari kekesalannya saat ini, sampai ia berpikir mungkin hal itu bawahan janin yang ia kandung saat ini. Ya, Diana mulai memahaminya sekarang, kehamilannya lah yang membuat emosinya naik turun.

"Jawab, Na! Kamu ini kenapa? Kamu marah karena aku akan dijodohkan dengan Bella atau bagaimana? Kasih aku tahu alasannya." Aska kembali bertanya saat tak mendapati jawaban atas pertanyaannya yang pertama.

"Enggak."

"Enggak apa?"

"Ya, aku enggak marah lah."

"Lalu kenapa kamu mau minum minuman beralkohol kaya gini lagi? Aku kan sudah janji sama kamu, aku pasti akan menikahi kamu karena aku enggak mau kehilangan anakku ...." Aska berusaha menjelaskan ucapannya yang kali entah bagaimana justru membuat Diana merasa muak mendengarnya.

"Memangnya kenapa kalau aku minum minuman beralkohol? Enggak usah sok peduli. Sama kaya kamu mau nikahi aku atau enggak, aku juga enggak akan peduli," potong Diana terdengar malas, yang tentu saja semakin membuat Aska tak bisa memahami sikapnya.

"Anak yang ada di kandungan kamu itu milikku, artinya kamu enggak bisa menyakiti dia tanpa seizinku." Aska berujar serius, ia sudah benar-benar berada di titik di mana ia harus bisa bersikap tegas pada Diana yang suka bersikap seenaknya. Sedangkan yang Diana lakukan hanya terdiam, merasa waswas dengan tatapan Aska yang dingin seperti saat sedang serius.

"Kamu tahu, jika ibu hamil mengonsumsi alkohol pada trimester pertama kehamilan, ada kemungkinan proses pembentukan organ tubuh, wajah, dan anggota gerak janin akan terganggu. Dengan begitu, risiko bayi mengalami cacat lahir menjadi tinggi. Risiko lainnya adalah keguguran, bayi lahir prematur, dan bayi lahir dengan berat rendah." Aska mulai berceramah dengan pengetahuannya, di saat itu lah Diana yakin lelaki itu sedang serius sekarang.

"Jadi jangan pernah bertanya kenapa kamu enggak boleh minum minuman beralkohol, selain kerena membahayakan anakku, sayangnya aku memang peduli dengan keselamatan kalian." Aska melanjutkan ucapannya dengan jelas dan lugas, yang lagi-lagi hanya bisa Diana diami tanpa bisa menjawab. Diana tahu, Aska adalah sosok lelaki yang begitu tulus menjaganya dan juga melindunginya, jadi tidak akan mengherankan bila sikapnya terkesan memedulikannya. Namun tetap saja, Diana merasa apa yang Aska lakukan tidak sesuai dengan perasaannya.

"Aku boleh tanya sesuatu ke kamu?" tanya Diana yang tampak sekarang, sedangkan Aska langsung menganggukki ucapannya.

"Boleh. Kamu mau tanya apa?"

"Sejak kapan kamu dijodohkan dengan gadis tadi? Apa sejak orang tua kamu tahu aku hamil?" Diana bertanya dengan nada sendu, entah kenapa ia merasa sakit di hatinya semacam dikhianati oleh orang yang ia sayangi.

"Oh jadi kamu bersikap seperti ini karena kamu berpikir kalau orang tuaku menjodohkanku dengan Bella karena kehamilan kamu, iya kan?" tebak Aska yang selalu tepat sasaran, tak heran bila dia menjadi lelaki pintar, namun juga menyebalkan karena pertanyaan terdengar menyepelekan.

"Iya. Bunda dan Ayah kamu seperti ingin segera mencari ibu pengganti untuk anak ini." Diana menjawab lirih, yang tentu saja Aska senyumi.

"Diana. Asal kamu tahu ya, aku dan Bella sudah dijodohkan sejak lama, sejak Bella masih usia lima tahun. Saat itu aku baru tujuh tahun, baru mengenal kamu. Jadi jangan pernah berpikir kalau orang tuaku ingin mencari ibu pengganti untuk anak ini, orang tuaku baru tahu kemarin, mereka saja masih belum percaya kamu hamil anakku."

Pregnant With My Friend (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang