Part 24

2.7K 66 1
                                    

Part 24

Diana berusaha menenangkan perasaannya, bisa dilihat dari caranya menghembuskan nafas panjangnya beberapa kali. Ia juga berusaha meyakinkan dirinya untuk tidak terlalu kecewa dengan apa yang sudah Brian lakukan padanya, karena kalau dipikir lagi, seharusnya Diana merasa bersyukur sudah berpisah dengan lelaki itu.

"Gila, aku masih enggak nyangka." Diana menggeleng tak percaya, ia benar-benar dibuat syok dengan apa yang baru diketahuinya.

"Tapi kenapa Aska enggak kasih tau aku tentang ini? Dia cuma bilang kalau Brian itu brengsek, enggak pantas buat aku, dan banyak alasan lain yang menurut aku enggak logis. Aku tau, Brian itu terlalu bernafsu, tapi aku pikir dia enggak segila ini." Diana mengusap wajahnya yang tampak frustrasi, meski begitu ia masih ingin tahu seluruh dari isi flashdisk tersebut.

"Apa ini? Video?" Diana baru menemukan draft aneh yang dinamai pengakuan, membuat ia merasa penasaran lalu membukanya dengan perasaan kurang tenang.

"Iya, gue pernah hamil anak Brian. Tapi gue gugurin, karena dia enggak mau tanggung jawab. Gue sih enggak masalah, toh dia kasih gue banyak uang." Seorang gadis berpakaian seksi berujar dengan nada tenang, gadis itu berada di dalam video yang Diana putar.

"Dan asal lo tau aja, korban Brian enggak cuma gue, banyak anak dari kampus lain yang mengalami nasib kaya gue. Kebanyakan dari mereka itu anak cantik dan hits, ya lo pasti tau kan semua itu buat apa? Buat meningkatkan image dia di depan teman-temannya sebagai playboy laknat."

"Kalau teman lo itu siapa namanya? Nana ya?"

"Diana." Suara lelaki yang Diana yakini itu suara Aska, meskipun temannya itu tidak berada di dalam bingkai videonya.

"Iya, Diana. Dia kan cantik, banyak yang ngejar dia, bisa dibilang dia itu cukup hits di kalangan anak kampus kita, makanya Brian mau pacaran sama dia. Tapi aneh sih," ujar gadis itu tampak ragu.

"Aneh kenapa?"

"Kok bisa ya mereka pacaran lama? Apa teman lo itu susah didapat ya?"

"Susah didapat bagaimana? Mereka malah sudah pacaran kan?"

"Maksud gue mahkotanya." Gadis itu menekuk kedua jarinya, seolah ucapannya adalah kiasan yang memiliki arti lain.

"Dijaga ya mulut lo, maksudnya Brian ngincar keperawanan Diana?" Aska terdengar emosi di dalam video, tubuhnya bahkan mendekat ke arah gadis itu.

"Lah memangnya buat apa Brian mau pacaran sama teman lo itu kalau bukan karena keperawanan dia? Jangan sok bego deh lo, semua orang juga tau itu, teman lo aja yang buta."

"Sialan lo," jawab Aska marah, sampai saat arah kamera itu mendekatinya.

"Sudahlah Ka, dia enggak salah, masih untung dia mau jujur sama kita. Sekarang lo bayar dia, video ini sudah cukup buat bukti untuk Diana." Kini suara Vino yang terdengar ingin menenangkan Aska, sampai saat video diakhiri dengan Aska yang membayar gadis yang tidak Diana kenali itu.

Diana kembali menyenderkan punggungnya ke kursi, pikirannya semakin jauh sekarang. Jujur saja ia sangat syok, ia tidak pernah menyangka Brian segila itu, namun yang lebih membuatnya heran, kenapa Aska tidak pernah memberitahunya. Sahabatnya itu hanya bersikap seolah Brian lelaki yang pantas untuk dijauhi, hanya karena dia menginginkan hal lebih yang sebenarnya bisa Diana mengerti, namun tidak pernah berfikir akan semengejutkan ini.

"Kenapa Aska enggak pernah kasih tau aku tentang semua ini? Padahal aku pasti akan percaya dan langsung menjauhi Brian setelah tau semua ini." Diana masih bertanya-tanya, merasa belum mengerti saja dengan jalan pikiran sahabatnya itu.

***

Malam harinya, Diana menatap serius ke arah Aska yang baru saja pulang dari bekerja. Aska yang tidak tahu apa-apa tentu saja merasa heran, ia sudah lelah di jalan, namun harus berpikir tentang apa yang sedang terjadi pada sikap Diana sekarang. Menyerah dan bertanya baik-baik adalah jalan keluarnya, Aska benar-benar tidak mau mendapatkan masalah.

Pregnant With My Friend (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang