Part 15
Aska mengusap punggung tangannya satu sama lain, merasa gugup harus melakukan ijab qobul dan menikahi Diana, sahabatnya sendiri sejak kecil. Sedangkan gadis itu sekarang masih berada di dalam kamarnya, tengah dirias oleh seorang MUA.
Sebagai lelaki yang mencintai Diana, tentu saja Aska merasa sangat bahagia dan gugup di waktu yang sama, ia benar-benar tidak menyangka bisa menikahi gadis yang disukainya. Namun di sisi lainnya, Aska sadar bila pernikahan itu hanya ikatan palsu bukan mempersatukan selayaknya suami istri yang saling mencintai satu sama lain.
Aska dan Diana hanya menjalani pernikahan sampai bayi yang berada di kandungan gadis itu lahir di dunia, setelah semuanya dan hari itu tiba, Aska harus siap kehilangan semuanya. Kehilangan sosok sahabatnya yang berusaha ia lindungi selama ini, karena pada akhirnya gadis itu akan pergi.
Sedangkan Aska harus terima dan siap menjadi ayah tunggal, menjadi seseorang yang bahkan tidak pernah ia bayangkan akan dijalani di usianya ke dua puluh satu tahun nanti. Sebagai anak metropolitan yang tinggal di kota, tentu saja di usia itu Aska masih bisa dikatakan sangat muda, di mana di usia itu seharusnya ia fokus kuliah dan mengembangkan bakatnya.
Walaupun akan terasa berat, Aska tidak pernah menyesal ataupun sedih dengan apa yang sudah dilakukan, karena baginya pertanggungjawaban adalah hal utama yang harus siap ia lakukan apapun keadaannya. Meskipun harus menjadi duda di usia muda, ia akan berusaha menjalaninya.
"Wah, dia cantik sekali," ujar beberapa orang yang berada di sana, yang banyak diundang dari pihak keluarga Aska, sedangkan keluarga dari Diana hanya tantenya dan suaminya, seluruh keluarga besarnya tidak ada yang tahu terutama papanya.
Aska yang mendengar mereka seketika mendongakkan kepalanya dan menatap ke arah yang mereka tatap, di mana seorang gadis cantik yang sudah dirias bak pengantin tengah berjalan pelan dengan gaun putih anggun miliknya.
"Diana," gumam Aska terpesona, merasa takjub sekaligus tak percaya bila pengantin itu adalah Diana, gadis yang ia cintai sejak lama.
"Duduknya pelan-pelan!" Sari, tantenya Diana yang membantunya berjalan itu menginstruksi keponakannya untuk duduk secara perlahan, sedangkan tepat di sampingnya, Aska terus memerhatikannya dengan mata terpanah.
"Terima kasih, Tante." Diana menjawab tulus yang disenyumi oleh Sari, lalu turut duduk di samping Diana untuk menemaninya dan menenangkannya. Itu karena saat berada di dalam kamar, Diana sempat merasa sedih karena ayahnya tidak akan bisa datang untuk melihatnya menikah, ayahnya tidak mengerti pernikahannya, karena Diana tidak berani memberitahunya.
"Apa?" tanya Diana ke arah Aska yang sedari tadi memerhatikannya tanpa berkedip.
"Kamu cantik," jawab Aska sembari tersenyum, berbeda dengan Diana yang justru tampak enggan mendengar pujiannya.
"Aku tahu," jawab Diana seadanya yang kali ini ditertawai kecil oleh Aska, merasa lucu saja dengan tingkah sahabatnya yang menggemaskan menurutnya.
"Siapa dulu? Calon istriku." Aska berujar bangga dengan nada bercanda, yang kian membuat Diana kesal melihat tingkah lakunya.
"Aska Herlambang, kamu bisa diam enggak?" Diana menegur geram, namun sepertinya tak membuat Aska mau menutup mulutnya rapat-rapat.
"Enggak bisa."
"Kenapa?"
"Kan sebentar lagi mau ijab qobul."
"Memangnya kamu sudah siap? Awas aja kalau sampai salah ucap."
"Siap lah. Dan kenapa juga aku sampai salah ucap? Aku kan jago menghafal. Kamu sudah menjadi temanku sejak lama, seharusnya kamu enggak lupa IQ-ku berapa?" Aska menjawab dengan nada bangga, yang kali ini ditatap malas oleh Diana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnant With My Friend (TAMAT)
Romance"Aku pikir, aku sedang melindungi kamu pada saat itu, tapi ternyata aku yang memang menginginkanmu, maafkan aku." Diana dibuat hancur saat ia baru bangun dan mendapati Aska sudah menodainya, seorang sahabat terbaiknya yang pernah berjanji akan melin...