Part 07
Sudah beberapa hari ini, Diana melihat Aska tidak lagi menunggunya di depan rumah, lelaki itu langsung menghidupkan motornya dan langsung berangkat kuliah. Padahal Diana berharap Aska mau menjemputnya lagi, ia bahkan tidak memesan taksi seperti pagi biasanya.
Begitupun saat Diana sampai dan berjalan di halaman kampus, tempat biasa yang Aska gunakan untuk menunggunya juga kosong. Sahabatnya itu tidak pernah terlihat ada di sana lagi, terlebih lagi menyunggingkan senyum untuk menyapanya seperti hari-hari sebelumnya.
Diana yang berharap bisa memperbaiki hubungannya dengan Aska, tentu saja merasa kecewa, namun tidak ada yang bisa ia lakukan kecuali diam dan menerima. Diana pikir akan sangat gengsi untuk dirinya meminta maaf soal kue dulu, meskipun ia mengakui dirinya lah yang salah. Karena baginya, Aska tetap yang paling salah, sudah seharusnya lelaki itu kembali meminta maaf dan memperbaiki hubungan mereka.
Meskipun Diana mengharapkan yang terbaik untuk ia dan Aska, namun sepertinya untuk sekarang semua itu hanyalah angan, saat ia menyadari bila sahabatnya itu tidak lagi peduli dengannya. Karena semenjak masalah kue yang Diana injak dulu, Aska semakin menjauhinya, tak jarang lelaki itu langsung berbalik arah acap kali mereka akan berpapasan. Diana yang merasa Aska yang paling bersalah, tentu tidak ingin menyapa lebih dulu, ia masih bersikap tenang dan angkuh.
Kecuali hari ini, saat Diana akan berangkat ke kampus, ia merasa tubuhnya sedang tidak nyaman. Namun ia paksakan untuk berjalan, wajahnya juga memucat dengan kepala sedikit pusing, dan perut yang terasa mual.
Diana tidak bisa bersikap tenang seperti biasanya, sesekali ia memijat keningnya yang terasa panas dan pusing di waktu yang sama. Sampai saat ia tidak sanggup melangkah, tubuhnya meluruh ke tanah saking tidak kuatnya ia berjalan.
Orang-orang yang berlalu lalang tentu saja memerhatikannya, mereka juga terlihat khawatir saat Diana tampak melemah dan kehilangan tenaga. Sampai saat Diana benar-benar tumbang dan tidak sadarkan diri, di saat itu lah mereka terkejut dan langsung menghampirinya.
Diana yang belum sepenuhnya kehilangan kesadaran itu sempat merasakan bagaimana tubuhnya serasa melayang saat digendong beberapa orang. Ia juga mendengar beberapa orang menanyakan kondisinya, di saat itu lah ia berharap Aska tahu keadaannya. Setelah semua itu Diana tidak tahu lagi, pandangannya sudah menggelap dan pada akhirnya ia pingsan.
Di sisi lainnya, Aska yang tengah membaca buku di kelasnya dibuat terkejut saat Vino, teman satu jurusannya itu berlari ke arahnya dengan wajah panik entah karena apa. Saat itu Aska masih tampak tenang, ia bahkan hampir tidak peduli saat temannya itu mengatur nafasnya yang ngos-ngosan.
"Ka, lo harus ke ruang kesehatan sekarang!" Vino berujar dengan nada terputus-putus sembari sesekali menghembuskan nafas beberapa kali.
"Memangnya ada apa di sana?" Aska bertanya tenang tanpa mau mengalihkan tatapannya dari buku yang dibacanya.
"Diana pingsan di halaman kampus dan sekarang dia dibawa ke ruang kesehatan," jawab Vino yang tentu saja membuat Aska terkejut bisa dilihat dari caranya membulatkan mata menatap ke arah temannya
"Lo serius? Lo enggak bohong kan?"
"Buat apa gue bohong? Enggak ada gunanya juga kan? Gue tahu, gue orangnya suka bercanda, tapi gue enggak mungkin lah tega ...." Sebelum Vino menyelesaikan ucapannya, Aska langsung mendirikan tubuhnya dan berlari ke tempat di mana Diana dibawa. Meninggalkan Vino yang terlihat tak percaya melihat kelakuannya, padahal baru beberapa detik yang lalu, ekspresi wajahnya tampak datar dan tenang.
"Itu anak enggak ada terima kasihnya ke gue, kalau enggak ada gue, mana mungkin dia bisa tahu Diana pingsan?" gerutu Vino kesal lalu mendudukkan tubuhnya di kursinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pregnant With My Friend (TAMAT)
Любовные романы"Aku pikir, aku sedang melindungi kamu pada saat itu, tapi ternyata aku yang memang menginginkanmu, maafkan aku." Diana dibuat hancur saat ia baru bangun dan mendapati Aska sudah menodainya, seorang sahabat terbaiknya yang pernah berjanji akan melin...