Melepas pelukannya, Yeji menatap senang pada papanya. Karena amarah dia melupakan hal terpenting dalam hidupnya. Sang papa yang membesarkan, yang menjadi ayah dan ibunya. Linangan air mata yang memupuk jatuh ketika Yeji tersenyum rindu pada ayahnya.
"Yeji kayak bocil ya, pa?. Kabur-kaburan dari rumah padahal Yeji cari hal yang gak pasti..hiks..,". Yeji sesenggukan suaranya parau.
" Nanti kita bicarakan semuanya ya,". Papa menghapus air mata Yeji yang mengalir. Lalu mencubit hidung Yeji yang memerah,
"Udah jangan nangis,"."Mas..,". Suara wanita itu menginstrupsi keduanya. Tatapan mata penuh harap terpancar dari maniknya.
Papa Yeji hanya menatap sebentar lalu menarik tangan Yeji dan membawanya masuk,
"Jangan biarkan dia masuk,". Lalu menutup pintu meninggalkan wanita tersebut.Hyunjin yang masih di atas motor hanya diam. Lalu turun dan menghampiri wanita yang tak dianggap itu,
"Permisi, mau saya antar?".Hyunjin mengendarai motornya dengan hati-hati. Meskipun wanita ini ditolak oleh papa Yeji namun dia tetap ibu Yeji. Jadi setidaknya harus ada kesan baik kepada calon ibu mertua.
"Setelah ini belok kiri,". Wanita itu mengintruksikan jalan kepada Hyunjin.
"Baik,". Hyunjin melaksanakan instruksi, namun semakin dia mengikutinya. Semakin dekat ke arah rumahnya. Apakah ibu ini tetanggaan dengannya? Kok dia tidak pernah melihatnya.
Kalau setelah ini lurus terus belok kanan fiks ini-
"Lurus terus aja nanti belok kanan,".
Sudah Hyunjin duga. Ini daerah blok kompleknya Hyunjin. Wah, pasti mereka tetanggaan. Tapi rumahnya yang mana nih.
"Di rumah putih dan pagar hitam, kamu bisa turunin saya di situ. No. 24,". Ibu itu menunjuk rumah yang sangat familiar bagi Hyunjin. Tentu saja karena itu rumahnya.
"Disini Bu?" Tanya Hyunjin ketika sampai di depan rumah.
"Iya, ini rumah keluarga kakak saya,". Ibu itu tersenyum setelah turun dan memberika helm pada Hyunjin.
Hyunjin terdiam, mencerna keadaan ini. Kakak? Apa maksudnya? Yang mana?! Siapa?!
"Apa mereka ada dirumah ya?. Ini sudah sore, biasanyakan udah pulang kerja,". Gumam ibu yang mengamati rumah itu namun terdengar oleh Hyunjin.
"Kalo bunda saya ada di rumah tapi kalo ayah mungkin lagi dijalan,". Jawabnya refleks.
Ibu itu menoleh dengan wajah tanda tanya,
"Hah?"."Apa?".
***
"Kurang ajar si Daniel!".
Prakk!!
Bunda langsung menahan ayah yang akan membanting barang lain,
"Ayah tenang yah,"."A-aku gak tahu harus gimana lagi ka. Hiks.. aku- aku tau aku sudah meninggalkan mereka. Tapi, hiks..,". Tangisan ibu Yeji meluap begitu saja.
Melihat pemandangan itu setelah mendengar penjalasan dari ayah dan bundanya. Hyunjin hanya terdiam, berdiri termenung begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hwang Yejin 2
Fiksi PenggemarJangan lupa baca book 1 nya. di akun @jrhmnd / Niningsariningsihhh. Hyunjin nggak menyangka seseorang yang ia sayang dan cintai selama ini ternyata adalah saudaranya yang menghilang bertahun-tahun. "Jika kamu nggak kembali, aku akan datang dan me...