Chap 4

3.6K 542 46
                                    

Meskipun keadaanku saat itu seperti itu...

Osamu berbalik memeluk sang istri dalam tidurnya. Didekapnya erat tubuh mungil sang empu hingga membuat (name) terbangun dari tidurnya.

Wanita itu mendongkak dan menatap Osamu dengan matanya yang masih belum terbuka sepenuhnya. Dapat ia rasakan pelukan Osamu begitu erat pada dirinya sampai-sampai ia merasa sesak.

"Osamu..." ujarnya.

Sang empu tak bergeming. Pria itu masih nyenyak dalam tidurnya. Dengan pelan (name) memukul dada bidang Osamu, berharap kali ini usahanya berhasil.

"Osamu... Bangun..."

Hanya ada pergerakan kecil dari Osamu. Ia justru malah menggeliat dan semakin mempererat pelukannya.

(name) memberontak kecil dan memukul kembali dada Osamu. "Osamu bangun. Kenapa pelukanmu malah semakin erat?" tanyanya.

"Karena aku merasa nyaman saat memelukmu."

(name) terkejut bukan main. Yang dikiranya masih tidur ternyata sang empu sudah bangun dalam keadaan sudah sadar sepenuhnya.

"Geh?! Osamu kau sudah bangun? Lalu kenapa kau tidak membalas ucapanku??" tanya (name).

Osamu menatap sang istri seraya berkata, "Karena aku tidak mau merusak momen ini," balasnya enteng yang langsung mendapat cubitan pinggang dari (name).

"Aku sesak tau! Bagaimana kalau sampai tulangku ada yang retak?!" sahutnya. Osamu tersenyum nyengir. "Tidak akan. Lagipula kalau memang ada tulangmu yang retak atau bahkan sampai patah, aku siap menggantikannya demi dirimu."

"Maksudmu?" tanya (name) cepat.

"Karena kita satu kesatuan. Aku tulang punggungmu dan kau tulang rusukku."

(name) terdiam. Entah reaksi seperti apa yang harus ia tunjukan saat ini terhadap perkataan Osamu.

Menyadari istrinya terdiam, Osamu mengecup kening (name) dan melepaskan pelukannya.

"Kegiatan apa yang akan kau lakukan hari ini?" tanyanya tiba-tiba sekaligus menyadarkan (name) dari lamunannya.

Sang empu tersentak. "A-ah... Rencananya aku ingin melanjutkan menulis cerita novelku yang sempat tertunda kemarin..."

Osamu bangkit dari kasurnya lalu melirik pada sang istri. "Baiklah, kau fokus saja dengan pekerjaanmu. Pekerjaan rumah biar aku yang urus," ujarnya sembari melangkah pergi menuju kamar mandi.

Idaman sekali pria yang satu ini.

(name) mengangguk mengiyakan diselingi senyuman.

Dia perhatian sekali...

***

Dari pagi sampai sore, (name) sangat fokus dengan pekerjaannya. Jemarinya tak henti-hentinya mengetik ide cerita yang ada di dalam pikirannya lalu mengkreasikan idenya itu menggunakan imajinasinya.

Osamu benar-benar mengerjakan semua pekerjaan rumah. Dia tidak keberatan akan hal itu. Justru ia memahami betul pekerjaan sang istri yang membutuhkan banyak waktu sendiri agar ia dapat fokus menyelesaikan pekerjaannya.

Sesekali Osamu menengok ke ruang kerja (name) atau lebih tepatnya disebut ruangan pribadi (name). Di ruangan itulah (name) mendapat dan mengumpulkan ide-idenya yang nantinya akan digabungkan menjadi satu kesatuan novel yang utuh.

Saat malam tiba, Osamu kembali mengunjungi sang istri seraya mengecek keadaannya.

"Kau tidak akan berhenti sejenak dan beristirahat? Ini sudah larut malam..." tanyanya.

"Sudah larut?!" balas (name) terkejut. Ia lalu melirik pada jam dinding yang ada di ruangannya dan membulatkan matanya sempurna.

"Pukul satu dini hari?! Aku tidak salah lihat kan?!" ucapnya tidak percaya.

Osamu membuang napasnya lelah melihat sikap sang istri. "Kan sudah kubilang sudah larut malam... Waktunya kau mengistirahatkan tubuhmu," ujarnya.

(name) segera mematikan laptopnya dan bangkit dari kursinya. Ia merentangkan tangannya tinggi-tinggi untuk melepaskan rasa penatnya sekaligus meluruskan otot-ototnya yang terasa kaku.

"Hoaammm..."

Osamu melirik pada sang istri yang baru saja menguap itu. Merasa tidak tega, ia berinisiatif untuk menggendong sang istri di punggungnya.

Ketika Osamu menaruh (name) di punggungnya, istrinya itu tertidur dengan sangat cepat seolah ia baru saja mendapatkan posisi paling nyaman untuk tidur. Dengkuran haluspun bisa didengar oleh Osamu dari sang empu.

Pria itu tersenyum kecil dalam diam.

"Dia itu selalu memaksakan dirinya sendiri..."

***

"(name)... Aku tau kau sangat menyukai pekerjaanmu tapi kau tidak harus memaksakan dirimu sampai seperti ini."

"Hmm..."

"Setiap kali kau bekerja, kau tidak pernah keluar dari ruanganmu dari pagi sampai malam hanya untuk sekedar menghirup udara segar di luar sana."

"Hmm..."

"Dan bodohnya aku malah mengajakmu berbicara saat kau tertidur padahal jelas-jelas semua ucapanku tadi tidak akan didengar olehmu."

"Hmm..."

"Ahh terserah..."

...tapi aku tau betapa khawatirnya Osamu dengan kesehatanku.

TBC

My Husband {Miya Osamu}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang