Saat itu aku menyadari...
Sore ini, pasutri muda itu sedang melakukan aktivitas mereka masing-masing di ruang tengah rumah mereka. Osamu yang tengah menonton televisi sedangkan (name) yang sedang berkutat dengan laptopnya.
Ting tong
Suara bel berhasil menghentikan aktivitas mereka. (name) menoleh ke arah sumber suara, dapat ia lihat suaminya itu sedang berjalan menuju pintu rumah untuk melihat siapa yang menekan bel rumah mereka.
Clekk
Seketika wajah Osamu berubah masam. Ia memandang sengit pada sesosok pria yang kini ada di hadapannya.
"Konichiwa, Osamu..." sapa sang tamu. Osamu hanya berdecih sebagai balasannya.
"Ada apa kau datang kemari?" ujarnya tanpa basa-basi. Tamu itu tertawa dan menepuk bahu Osamu.
"Kau ini kaku sekali... Tidak bisakah kau berbasa-basi sedikit? Contohnya bertanya tentang kabarku atau bersama siapa aku datang kesini," ujarnya.
Tangan si tamu yang sebelumnya bertengger di bahu Osamu di tepis oleh sang empu. "Aku tidak mau mengulang pertanyaan yang sama untuk kedua kalinya," ujarnya dingin.
Tamu itu menggelengkan kepalanya sambil tersenyum dan berkacak pinggang.
"Aku ingin bertemu dengan istrimu," ujarnya. Disaat itu pula Osamu memandang penuh kebencian pada pria yang ada di depannya.
Di tempat lain, (name) merasa aneh karena suaminya itu tak kunjung kembali. Segera wanita itu menaruh laptopnya dan berjalan menuju pintu rumah.
"Osamu ada ap-oh! Kau rupanya," ucap (name) ketika melihat siapa tamu yang datang.
Tamu itu adalah rekan kerja (name). Dia adalah editor pribadi (name) yang sudah menjalin kerja sama dengan sang empu selama satu tahun terakhir.
Osamu tidak menyukai pria yang menjadi rekan kerja istrinya itu. Bagaimana tidak? Hampir setiap hari mereka saling berkomunikasi dan sering meluangkan waktu kosong untuk bertemu.
Memang mereka hanya sekedar rekan kerja dan apa yang mereka lakukan itupun demi pekerjaan. Tapi tetap saja. Osamu membenci pria yang dekat-dekat dengan istrinya apalagi jika pria itu hampir 24/7 selalu menghubungi (name).
(name) berdiri di sebelah Osamu lalu mempersilahkan rekannya untuk masuk. "Ayo masuk dulu. Aku kira kau tidak akan datang secepat ini," ujarnya.
Rekannya itu hanya mengangguk mengiyakan. Saat hendak menginjakkan kakinya ke dalam rumah, Osamu berdiri menghalangi jalannya sekaligus berdiri di depan sang istri untuk menutupinya dari pria ini.
"Osamu apa yang kau lakukan?!" ujar (name) terkejut.
Osamu menatap tajam pada pria itu bahkan tatapan tajamnya hampir mirip dengan tatapan membunuh.
"Kau bisa menemuinya lagi nanti. Sekarang kau harus pergi sebelum aku mendorongmu keluar dari rumah ini," ucap Osamu mutlak.
(name) yang melihat suaminya itu terkejut bukan main. Tidak biasanya suaminya ini bersikap seperti ini pada tamunya.
Pria itu hanya menghela napas panjang. Ia mengerti kenapa Osamu mengusirnya dari rumah dan melarangnya untuk menemui (name).
"Baiklah aku mengerti. (name), kita lanjutkan perbincangan kita nanti. Aku harus pergi sekarang sebelum seseorang membunuhku dengan tatapannya," ujarnya lalu pergi meninggalkan Osamu dan (name).
Setelah pria itu pergi, Osamu berbalik menatap (name) yang ada di belakangnya lalu menatapnya serius.
"Aku membenci pria yang 'sangat dekat' dengan istriku meskipun pria itu hanya sebatas rekan kerja."
Ucapan Osamu sukses membuat (name) terdiam. Ia kini paham alasan kenapa suaminya itu mengusir rekan kerjanya dan tidak memperbolehkannya masuk ke dalam rumah.
Osamu seram sekali ketika cemburu.
***
Saat malam tiba...
"Tutup semua gorden. Kunci semua jendela dan pintu. Matikan semua lampu sekarang juga."
"Osamu kau ini kenapa?"
"Aku tak sudi orang lain melihatmu bahkan hanya setitik bayanganmu sekalipun."
"Osamu..."
...bahwa Osamu sangat protektif pada istrinya.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
My Husband {Miya Osamu}
FanfictionPerjalanan (name) menjadi Nyonya Miya dimulai dari sekarang. 🌹Miya Osamu x reader Haikyuu from Haruichi Furudate