Part 10

2.4K 216 28
                                    

Selama seminggu, setelah kejadian malam di mana ia memberi hukuman, sikap Alesha semakin dingin. Gadis itu tidak pernah bertegur sapa, seperti tidak menganggap dirinya ada. Entah lah, Naresh semakin gila dibuatnya. Untuk mengatakan ingin mengajak ke acara pernikahan kliennya saja, belum ada kesempatan. Jika di rumah Alesha hanya berdiam diri di kamar, makan pun ia bawa ke kamar.

“Pak, Anda kenapa? Penampilannya seperti orang frustrasi saja,” celetuk Rio, menatap Naresh yang sering melamun akhir-akhir ini.

Lelaki itu membenarkan posisi duduk. Lantas, mengitari pandangan ke penjuru restoran, yang cukup ramai oleh pengunjung para karyawan.

“Yo, untuk menghadapi wanita dingin harus bagaimana?” tanya Naresh, tanpa menjawab pertanyaan sekretarisnya itu. Ia butuh teman berbagi solusi, sudah tidak kuat menahannya sendiri. Sungguh, hati rasanya ingin meledak mengingat sikap Alesha yang dingin dan datar.

“Bapak lagi ada masalah dengan kekasih, Bapak?”

“Kalau yang kamu maksud Zenya, bukan dia. Aku dan dia sudah tidak berhubungan lagi.”

“Jadi, ini wanita baru?”

“Sudah jawab saja pertanyaanku. Bagaimana cara menghadapi wanita dingin.”

Rio tampak berpikir, ia pun bingung harus menjawab apa. Sedangkan dirinya belum pernah menjalin hubungan dengan perempuan seperti itu. Namun, ia teringat cerita temannya waktu lalu, yang bisa mendapatkan wanita dingin menjadi luluh.

“Jujur, Pak. Saya belum pernah menjalin hubungan dengan wanita seperti itu. Tapi, saya teringat cerita teman. Untuk meluluhkan hati wanita dingin, katanya harus tahu apa penyebab wanita itu memiliki kepribadian dingin. Kemudian, beri perhatian-perhatian kecil dan diberi pengertian. Wanita akan suka hal-hal yang lembut. Tapi, tidak suka kasar apalagi kekerasan, kedua itu harus dihindari untuk meluluhkan hati wanita.”

Naresh mendengarkannya dengan cermat, sembari membayangkan hal apa saja yang sudah ia lakukan kepada Alesha. Ternyata benar yang dikatakan Rio, ia sering kasar dan keras kepada Alesha. Mungkin itu sebabnya, kenapa gadis itu lebih suka menghindar dirinya. Mengubah perilaku menjadi lebih baik, mungkin yang ia harus lakukan sekarang.

Naresh mengangguk, paham. “Terima kasih sarannya.”

“Jadi, selama ini Bapak sedang dilanda dilema?”

“Hanya bingung saja menghadapi wanita dingin.” Naresh menyeruput jus jeruknya. Lalu, ia berkata lagi, “Kita harus menghadiri acara pernikahan hari ini, bukan?”

“Iya, Pak, acaranya dimulai jam dua. Seharusnya ada meeting hari ini, tapi bisa diganti ke lain hari. Sudah kuatur semuanya.”

Tepat jam dua, Naresh dan Rio sudah berada di ballroom hotel tempat resepsi pernikahan berlangsung. Ruangan luas yang sudah disulap sedemikian apik, membawa kesan elegan dari dekorasinya. Rangkaian bunga berbagai macam warna pun terpajang di setiap sudut dan panggung, yang dipadukan dengan bola-bola kristal menjuntai indah di langit-langit. Deretan kursi tamu terbungkus sarung kursi warna putih terdapat pita warna emas belakangnya, tertata rapi mengitari setiap meja.

Menuju panggung, Naresh terkesiap melihat Alesha berada di sana. Bercengkerama dengan beberapa wanita dan ... Dion. Lagi dan lagi, ia dibuat panas melihat pemandangan itu. Sebelumnya ia sudah memperingatkan Alesha untuk tidak terlalu dekat dengan Dion. Namun, lihatlah. Bahkan, mereka terlihat sangat akrab. Astaga! Bagaimana dirinya bisa berubah baik, jika harus melihat Alesha dengan rival-nya?
Bahkan, gadis itu memakai gaun warna silver dengan bagian belakang terbuka lebar, memperlihatkan bagian punggungnya yang putih mulus. Sial! Dia seperti mengobralkan tubuhnya, dan membiarkan banyak pasang mata menatapnya lapar.

MARRIED TO EX (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang