10 - Peringatan

80 9 1
                                    

"Bolos kuy lah, gue males banget pelajaran kimia. Kaga ngerti sama sekali." Ujar Bima yang sudah berdiri bersiap untuk keluar dari kantin.

"Bolos mulu lo pada." Cegah Faisal kepada temannya.

"Lo kalau nggak mau bolos berarti nggak setia kawan, Cal," ucap Dika yang sudah bersiap berdiri dari kursi kantin. Diikuti oleh Gevan yang ingin bolos juga. "Sekali-kali lah lo nggak usah rajin amat. Contoh Erland yang dulu nya anak rajin, tapi sekarang dia udah bosan belajar mulu."

"Emang kalau lo bolos kenapa sih? paling kita di hukum bareng-bareng." Ujar Dika.

"Kalau ketauan bokap, takutnya gue nggak boleh keluar rumah. Kayak waktu dua bulan yang lalu."

Mereka mengangguk mengerti dengan kondisi Faisal yang berada di lingkungan protektif sehingga tidak leluasa berbuat sesuatu sebelum mendapatkan nilai di atas 90.

"Ya udah terserah lo aja, kita nggak akan baper." Ledek Gevan dengan tawanya. "Ya udah yang mau bolos ke Warsok."

Gevan, Bima dan Dika sudah berjalan meninggalkan kantin. Tersisa Faisal, Erland dan Fandi. "Kalian nggak ikut bolos?" Tanya Faisal.

"Mau bolos." Jawab Fandi.

"Gue sebenernya cape belajar mulu. Tapi kalau ketauan bolos gimana?"

"Itu terserah lo aja Cal mau nerima hukuman bokap lo atau ga." Jawab Erland sambil menepuk-nepuk bahu Faisal.

"Ya udah kita duluan ya, kalau mau gabung tinggal ikut aja." Erland dan Fandi meninggalkan Faisal yang masih duduk di meja kantin.

Faisal mengacak rambutnya kasar. Di satu sisi dia ingin bebas bermain dan menikmati masa remajanya. Tapi di sisi lain dia harus mementingkan akademik oleh orangtuanya.

"Lo kalau mau bolos, silahkan aja. Nanti gue bantu," ucap seorang perempuan yang baru saja duduk disebelah Faisal.

Faisal yang kaget dengan kehadiran orang segera menghadap ke kiri. "Tumbenan lo mau repot-repot nolongin gue."

"Hari ini gue lagi baik aja sama lo."
Faisal segera memeluk perempuan di hadapannya itu. "Makasih adek ku."

"Faisal, lepas. Jangan meluk gue lah."

"Habisnya gue seneng banget, Zel."
Azella melirik sinis ke arah Faisal. "Iya, tapi nanti banyak yang tau kalau kita saudara. Gue nggak mau ya kalau banyak yang tau kita saudaraan." Ujar Azella.

"Lo tenang aja." Faisal mengacak rambut Azella. " Ya udah makasih ya, gue duluan mau bolos." Pamit Faisal sambil cengengesan. Faisal sudah lari menyusul teman-temannya.

Di keluarga Florenza yang berani menantang pendapat Gio, papahnya hanya Azella. Karena Azella memiliki sifat keras kepala seperti Gio. Namun sekeras apa pun sifat Gio kepada anaknya, bahkan sebaliknya, mereka tidak bermain fisik. Karena sebenarnya rasa sayang mereka lebih besar daripada egoisnya. Hanya saja diantara Gio dan Azella masih memiliki rasa gengsi untuk mengungkapkannya, terutama Azella.

🍁🍁🍁

"Jadi juga lo bolos." Ujar Gevan yang sedang menghisap asap rokoknya.
Faisal menduduki bokongnya kursi samping Erland. "Demi kalian gue mah rela di hukum bokap gue."

"Nanti lo di hukum nggak boleh keluar juga ngeluh ke kita-kita." Sahut Erland yang berniat ngeledek.

"Gue emang selalu salah di mata kalian."

"Udah, kasian dia di bully mulu sama kita. Mendingan kita suruh dia untuk traktir makanan di sini," ucap Dika.

"Tuh bener kan, gue selalu ternistakan oleh kalian."

ZERLLAND [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang