Mengagumi seseorang itu wajar, namun jika kekaguman itu menjerumuskan pada hal yang membuat kita lupa akan kuasa-Nya.
Ana Musytaq Ilaik Yaa Ustaz
***
Arisha membaca kertas yang kini dipegangnya, kata demi kata tertulis dengan indah. Rangkaian aksara yang tergores tinta di atas selembar kertas putih itu seakan sedang berbicara kepada pembacanya.
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh
Arisha, maaf jika saya lancang memberikan sebuah surat ini. Saya tahu, seharusnya saya yang mendatangi dirimu langsung. Tapi maaf, mungkin dengan surat ini saya berbicara kepadamu. Bolehkah saya meminta kontak orang tuamu? Jika berkenan silahkan berikan nomornya di kertas lalu berikan kepada Awan.Tertanda
SSuasana hati Arisha mulai berkecamuk, tak pernah ada seorangpun yang memberikan surat kepadanya. Gadis itu lalu melipat surat yang baru saja dibacanya. Menyimpan lipatan kertas itu di dalam laci meja belajarnya.
Arisha kemudian melanjutkan memasukkan data-data nama para peserta Pesantren Ramadan. Tangan gadis itu mulai menari di atas keyboard dengan layar di hadapannya yang menyala. Matanya melihat ke kertas lalu tangannya akan kembali menari di atas mesin ketik itu.
Detik berganti menit, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh. Tangan Arisha berhenti mengetik, lalu menyimpan file itu. Arisha mulai menguap dengan tangan yang menutupi mulutnya, ia kemudian mematikan laptopnya lalu beranjak menaiki kasur.
***
SAHUR ... SAHURBunyi kentongan serta teriak warga desa yang membangunkan sahur, suaranya menggema di penjuru desa. Para ibu rumah tangga mulai bangun untuk mempersiapkan makanan untuk keluarganya.
Arisha yang masih bergelut dengan selimutnya. Telinganya mendengar suara kentungan yang menggema, namun matanya belum mau untuk membuka. Seorang wanita paruh baya yang masih bergulat dengan alat masak, ia melihat ke arah jam yang menggantung di dinding.
Jarum jam terus bergerak, kini telah menunjukkan pukul setengah empat. Melihat Arisha belum kunjung menemuinya, ia lalu menghampiri putrinya yang masih meringkuk dengan selimut dan kasur empuknya.
"Riris, bangun sahur," ucap wanita yang kini menepuk tangan gadis yang masih tertidur lelap.
"Hemm," gumam Arisha masih memejamkan matanya.
"Riris, bangun. Itu udah mau imsak," tegur ibunya.
"Eem, bentar Mah," sahut Arisha mulai membuka-buka matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ana Musytaq Ilaik Yaa Ustaz
SpiritualSeorang gadis remaja yang di ajak temannya untuk mengikuti pesantren kilat Ramadan. Awalanya ka hanay biasa saja ketika mengikuti Pesantren Ramadan. Tetapi ketika ia melihat Ustad yang mengajarnya, membuat gadis itu bersemangat. Gadis itu ialah Aris...