5. Jendela bolong (2)

12 4 0
                                    

happy reading ^^

Mungkin karena hujan hujanan tadi, kondisi badan Rahel sekarang agak panas.

"hacuh! yuta anjir!" Bersin sambil mengkesel. Usap idung nya kasar, sambil mukul - mukul kaki nya kasar ke ranjang.

"arghhh" runtuk rahel seperti anak kecil yang ga dibeliin mainan. Udah cape ngeluh-ngeluh gadis ini malah ketiduran. Biarkan saja dia istirahat dulu.

"Yutaa"

Semakin larut dengan dunia mimpinya, hingga tak sadar ada cowo yang menyeleweng masuk kedalam kamar gadis ini.

"Karena Papa kesayangan mu, kau harus ikut campur dalam permainan ini. Maaf, ini terlalu seru untuk ditinggalkan." ucap lelaki yang tidak tau masuk dari mana, lantas mendekati ranjang Rahel. Menggunakan pakaian serba hitam nan tertutup.

Lalu dia mengelus wajah Rahel pelan, sesekali memainkan rambutnya. Gadis yang sedang tertidur ini, terlihat tidak ada pergerakan sama sekali. Hingga Lelaki ini kembali melanjutkan misi-nya.

"Permainan akan terus berlanjut, sampai papah tercinta kamu itu merasakan apa yang ibu ku rasakan, Rahellia"

"Selamat malam, dan nikmati permainan ini" Menunjukkan senyum smirk-nya lalu keluar dari kamar Rahel.

_o0o_

Bragh ..

Waktu sudah menunjukkan malam. Suara hantaman yang tiba-tiba menyeruak masuk kedalam kamarnya, mampu membuat sang empu kaget bukan kepalang.

"Ya.. Allahu Akbar." Rahel yang kaget dengar suara itu langsung berdiri dan sialnya kakinya berdarah terkena serpihan kaca.

"Argh~" Rintihnya. Menjatuhkan badannya tepat di ranjang. Memegangi kakinya yang darahnya semakin mengalir dan berceceran dimana mana.

"RAHEL, - suara apa tadi itu?"

"Hm? pah, ngga tau. Mungkin orang iseng"

Orang tua Rahel mendengar teriakan Rahel dari lantai atas. Lantas Mamanya mendekati Rahel yang kakinya sudah berdarah. Serpihan kaca berserakan dimana-mana.

"Kamu kenapa? ya Allah darah. Ayo kebawah Mama obati" kata Mama, membopong lengan Rahel pelan-pelan.

"Awas, Mah. Hati - hati kaca." Sergah Rahel.

Setelah Rahel dan Mama turun. Papa mengecek keadaan di bawah sana lewat kaca jendela yang pecah itu.

"Ga mungkin ada orang iseng ditengah malam begini" gumam Papa.

Melihat keseliling kamar putrinya. Mungkin saja ada sesuatu yang bisa di teliti lebih dalam. Papa mendekat ke belakang pintu kamar Rahel, ia mendapati sebuah batu besar yang terselimuti oleh kertas.

[apa kau kenal dengan ibuku? wahai papah nya rahellia? - X]

"Apa ini?" Cicit Papa ketika sudah membuka kertas yang menutupi batu itu tadi.

Beliau masih tidak paham akan maksud dari secercah kertas ini. Kembali meliarkan matanya kearah luar. Mengawasi bagian luar rumah.

Jauh di sebrang jalan sana, Papa melihat samar - samar bayangan Lelaki lengkap dengan pakaian hitam dan tertutup. Lelaki di sebrang sana melambai, dan menunjukkan sebilah pisau ke arah langit.

Papa yang ingin melihat secara jelas siapakah sosok yang menengadahkan pisau kearahnya. Sontak berlari sekuat tenaga ke luar rumah dengan membawa batu dan juga kertas ancaman itu. Melewati wanita yang masih mengobati luka putrinya.

"SIAPA PUN ANDA, TOLONG KELUAR LAH!" Ucap Papa meneriaki lelaki itu, berharap dia menunjukkan wujudnya dihadapan Papa.

Tapi Nihil. Lelaki itu pergi menghilang entah kemana, saat Papa sudah sampai di titik lelaki itu berdiri tadi.

"JIKA ANDA ADA MASALAH DENGAN SAYA, TOLONG SELESAIKAN DENGAN CARA LAKI - LAKI" Tegas papah sekali lagi.

"JANGAN SELESAIKAN DENGAN CARA MELEMPARI BATU KE KAMAR PUTRI SAYA."

"SEKALI LAGI, JIKA SAYA MENDAPATI BATU INI DIKAMAR PUTRI SAYA. SIAP - SIAP ANDA AKAN SAYA LAPORKAN KE POLISI."

Tidak ada sautan sama sekali. Hanya buang-buang tenaga saja. Memutuskan kembali masuk kedalam rumah. Membuang segala bentuk ancaman itu ke tong sampah.

"Papa nyari apa?" Tanya Mama.

Terlihat memerah menahan amarah di wajah Papa "Udah berapa kali di lempari batu kayak tadi?"

"Baru 2 kali, Papa ngga usah pikirin paling orang iseng." Jelas Rahel.

"Kamu kenapa ga cerita ke Papa? kalau dia macem - macem dan naik ke kamar kamu gimana?" Beliau kembali bertanya.

"Maaf, Pa" Rahel tertunduk sayu.

"Apapun tentang keselamatan keluarga ini, itu semua tanggung jawab Papa!!" Tegas Papa

"Sekali lagi jika ada masalah, tolong kasih tau ke Papa atau ngga Mama. Kamu anak Papa satu - satu nya, Hel. Kalau kamu di apa - apain sama lelaki tadi itu. huh! Papa ngga bisa mikir lagi."

Kau kalah, Pa! Lelaki bersosok hitam itu sudah menginjakkan kakinya dikamar putrimu. Bahkan mengelus rambut putri mu.

"Sekarang kamu tidur dikamar sama Mama, biar Papa jaga dari luar" titah Papa. Istri dan anaknya hanya mengangguk pasrah. Berjalan menjauhi sang kepala keluarga, untuk kembali ke kamar..

Kondisi malam ini sungguh tidak kondusif, jika Rahel bertanya tentang masalah yang tidak ia ketahui. Justru makin membuat suasana kacau.

Dipikir - pikir, apa hak seorang anak meng-kepoi masalah lampau kedua orang tuanya?

To be continued

🖊️ Revisi

🖊️ 23 Januari 2024
13:56

Bandung












Balas Dendam ; Nakamoto Yuta [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang