3. Jendela Bolong

59 8 3
                                    

happy reading ^^

Rahel merasakan jiwa bucinnya terhadap Yuta semakin meningkat. Apalagi tadi Yuta memandang lama wajahnya, another level happy banget.

Tak bisa melupakan kejadian tadi sore, kini senyum Rahel makin mengembang saat masuk kedalam kamarnya. Mendapati wajah Yuta yang terpampang jelas diatas nakasnya. Vigura yang tertata cantik dengan bingkainya. Rahel itu bucin, sebab-akibat dia bucin itu ya karna Yuta. Siapa suruh dia ganteng.

Tok.. tok.. tok..

Gadis yang masih menggunakan seragam dan sedang rebahan di kasurnya ini, menoleh ke arah pintu kamarnya yang tak tertutup. Ia mendapati Mama tercintanya.

"Mama boleh masuk?" Tanya Mama.

Rahel tertawa kecil, kemudian bangkit dari posisi rebahannya. "Masuk aja kali, Ma. Kayak kamar siapa aja" tawanya.

Mama mulai melangkahkan kaki kedalam kamar Rahel, "Tadi Mama liat kamu dianter sama cowok. Siapa?" Tanya Mama yang kini sudah duduk disamping Rahel, ditepi ranjang.

"Mama ngintip ya?" Tebak Rahel, jari telunjuknya menunjuk Mama nya bermaksud menggoda.

Mama yang dituduh seperti itu, menurunkan pelan telunjuk Rahel.

"Siapa yang ngintip? Mama cuman ngeliat dikit doang" jawab Mama santai.

"Sama aja, Mama" sungut Rahel.

"Jadi?" Tanya Mama. Pertanyaan yang tak mampu dicerna oleh otak dangkal Rahel, gadis itu lantas mengernyitkan dahinya.

"Apanya, Ma?" Tanyanya bingung. Meminta sang Mama untuk memperjelas ucapannya barusan.

"Dia cowok yang boncengin kamu tadi pagi kan?"

Rahel mengangguk, "iya. Kenapa sih, Ma?"

Mama yang ditanya justru tertawa renyah. Rahel bermain dengan pikirannya, Mamanya ini sangat-sangat membingungkan.

"Cowok kamu, ya?" Terka Mama, suara yang tadinya terdengar tertawa kini sudah tak ada.

Rahel yang paham akan maksud Mama, seketika mengulas senyum malu-malu. Sialan, ia teringat lagi dengan Yuta yang memandang nya dengan cintaaahh.

Jangan cinta cinta dulu, cyn. Entar ditinggalin kapok. Ku mengucapkan RasakNo.

Mama menyikut lengan Rahel, karna sedari tadi gadis itu hanya tersenyum, tersenyum dan tersenyum. "Kenapa malah senyum-senyum gitu, hey?" Tegur Mama.

Ia mendongakkan kepalanya menatap sang Mama, masih dengan senyum yang masih terlihat malu-malu. Bak kucing jalanan.

"Ya Allah, malah makin senyum-senyum"

"Kesambet ya kamu?"

"Kesambet dimana?" Panik Mama. Tangan lembut Mama naik memegang kedua bahu Rahel.

Rahel semakin tersenyum, ia bukan tersenyum kepada Mamanya. Melainkan pada Vigura Yuta yang ada dibelakangnya. Laki-laki yang sedang memasang muka judes itu, seketika tersenyum di Vigura itu. Makin membuat senyum Rahel berubah lebar.

Balas Dendam ; Nakamoto Yuta [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang