"(name), apakah kau punya impian?" Tanya Roger pada seorang gadis bersurai hijau yang tengah meracik ramuan untuk mengurangi rasa sakit sang kapten.
(Name) berhenti meracik obat. Dia lalu menatap sang kapten sebelum menganggukkan kepala.
Roger menatapnya tertarik. "Apa itu?"
(Name) tersenyum lalu memalingkan wajahnya saat bayangan Marco remaja menatapnya sembari berkata bahwa dia menyukainya.
"Rahasia, Baka Senchou." Balasnya dengan nada sedatar mungkin walau dia gagal menyembunyikan rona merah tipis di pipinya.
Roger menatapnya tidak terima. "Eh?!" Protesnya. "(Name)-chan hidoi."
(Name) hanya tertawa sebagai tanggapan.
****
(Name) membuka matanya. Saat ia membuka mata, hal pertama yang ia lihat adalah segumpal nanas-
"KYAAA. MONSTER NANAS!"
BRUAK.
Jika kalian berpikir yang memukul adalah pihak perempuan, big no. Yap, yang memukul adalah pihak pria.
Marco yang terbangun karena teriakan cempreng (name) sontak menatapnya galak. "Apa-apaan panggilanmu itu-yoi!" Gerutunya.
"Itte." (Name) mengusap kepalanya yang kena hantam bantal yang dilapisi Haki. "Konoyaro kau, kepala nanas-"
BRUAK.
Marco menendang (name) dengan cukup sadis, cukup membuat (name) terlempar hingga keluar kamar dan tembus hingga ruang medis tempat Thatch dirawat.
Haruta yang kebetulan lewat menatap mereka bingung. "Are? Marco? (Name)? Apa yang kalian lakukan?" Tanyanya.
Marco mendengus kesal lalu melipat selimut yang masih berantakan tanpa menjawab pertanyaan Haruta.
Sementara itu (name) menyumpah serapahi patnernya itu.
Saat tengah menyumpah serapahi Marco, tiba-tiba dia melihat jemari Thatch bergerak. Tak lama kemudian dia sadar. Sontak dia bangkit dan berteriak ke arah Marco.
"Ayam Nanas! Thatch sudah sadar!" Teriaknya membuat seisi kapal terkejut dan berbondong-bondong ke arahnya.
"Thatch!" Seru mereka dengan wajah gembira.
Marco segera ambil bagian untuk memeriksa Thatch.
"Thatch, apa yang kau rasakan-yoi?" Tanya Marco cemas.
Thatch memegang kepalanya yang sakit. "Marco? Entahlah. Rasanya aku seperti pernah mati tapi kemudian aku seperti terbakar sangat lama. Rasanya sangat aneh." Jelas Thatch.
Shirohige yang juga ikut melihat kondisi Thatch pun menjadi bahagia. "Gurararara. Untunglah kau selamat, Thatch."
(name) yang sedari tadi hanya diam memperhatikan kini beranjak mendekatinya dan memeluk lembut Thatch.
"Arigatou. Hontou ni arigatou. Arigatou sudah hidup kembali, Thatch." Bisiknya yang bisa didengar oleh semua yang ada di ruangan itu.
Semua tersenyum dan menyambut kembalinya Thatch.
***
Beberapa hari kemudian, di kepala paus.
"Sudah 38 tahun, ya, (name)." Kata Marco yang ikut duduk di sampingnya.
(Name) mengangguk.
Marco menoleh ke arah (name). "(Name), bolehkan aku bertanya?"
(Name) menoleh ke arahnya.
Marco menatapnya teduh. "Apakah hatimu sudah terbuka? Dan bolehkah aku memasukinya?"
(Name) terdiam, tak langsung menjawab.
Marco meraih sebelah tangan (name), mengusapnya lembut.
(Name) tersentak kaget tapi dia tidak menolak perlakuan Marco.
Dengan senyum tulusnya, Marco mengecup lembut punggung tangan (name). "Aku akan tetap menunggu. Bahkan jika itu menghabiskan waktu 100 atau 1000 tahun, aku akan tetap menunggu, (name)."
(Name) memejamkan mata saat ingatan kehidupan lalunya kembali datang.
"Kau pikir kau layak? Anak penyakitan yang hanya bisa menghabiskan harta orangtuanya." hina sang bibi.
"Jangankan setahun. Bahkan jika aku harus menunggumu sedetik, aku tidak akan mau, (name)." Cerca seorang pria yang merupakan tunangannya.
Mata (name) kembali terbuka. Dia menatap Marco yang masih setia mengecup punggung tangannya.
Benar, buat apa terikat oleh kenangan kehidupan lalu? Hidupnya yang sekarang jauh lebih baik daripada apapun.
Menarik napas dalam-dalam, (name) akhirnya mengambil sebuah keputusan.
"Marco." Panggilnya.
Marco mendongak menatapnya dan tanpa dia duga, (name) menangkup wajahnya lantas mencium bibirnya singkat.
Marco terdiam, otaknya berusaha memproses kejadian barusan.
Sementara itu (name) menarik diri lalu bangkit dengan wajah memerah. "Itu tadi jawabanku." Ucapnya.
Marco mengedipkan mata beberapa kali. Senyum perlahan tercetak jelas di wajah tampannya. Tanpa ba-bi-bu, dia menarik (name) hingga gadis itu berada dalam pelukannya dan mencium bibir gadis itu dalam.
Mata (name) terbelalak saat Marco menciumnya. Namun harus (name) akui bahwa dia tidak bisa menolaknya. Akhirnya gadis itu hanya diam menikmati ciuman Marco yang amat lembut dan penuh kehati-hatian seolah dia adalah barang berharga yang akan pecah jika diperlakukan kasar.
Setelah cukup lama, Marco akhirnya melepaskan ciumannya.
"Daisuki, (name)-chan." Ucap Marco dengan senyum lembut.
(Name) menganggukkan kepalanya, berusaha menyembunyikan wajahnya yang semerah tomat. "Daisuki dayo, Marco-kun."
Sementara para kru Shirohige yang sejak awal memantau mereka pun akhirnya yang memunculkan diri.
Prok. Prok. Prok.
"Selamat!" Ucap Shirohige dan kru-nya.
(Name) dan Marco tersentak kaget.
"Oyaji/ Papa." Ucap keduanya kaget.
"Gurararara. Sudah kuduga. Kalian cocok sekali, Marco, (name)." Kata Shirohige dengan tawanya.
Wajah Marco dan (name) memerah malu.
"Untuk pasangan baru, Kanpai!" Seru Shirohige yang entah sejak kapan sudah memegang gelas sake.
"Kanpai!" Lanjut mereka semua.
![](https://img.wattpad.com/cover/268398768-288-k456863.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
can i live? (one piece x reader)
RandomKelahiran ku adalah sebuah kesalahan. Keberadaan ku adalah sebuah noda yang tidak akan pernah hilang. Bahkan setelah aku terlahir kembali di dunia baru, aku tetaplah hanya sebuah beban. Namun Papa berkata bahwa aku bukanlah beban, melainkan anugrah...