Waktu menunjukkan pukul sebelas lebih dua puluh menit yang berarti kelas Samudra hari ini sudah selesai. Setelah dosen keluar dari kelas, Samudra pun langsung memasukkan buku-bukunya ke dalam tas. Sesuai rencananya, sepulang dari kuliah hari ini, ia akan mengerjakan tugasnya. Tugas kali ini bukan tugas individu melainkan tugas kelompok yang mana bukan hanya Samudra yang akan mengerjakan, tetapi ada beberapa mahasiswa lain yang harus ikut bergabung menyelesaikan tugas tersebut.
"Biru," panggil Kalila.
"Hm?" Samudra jelas tahu siapa yang memanggilnya, ia tak berniat menatap gadis itu karena masih harus sibuk dengan isi tasnya.
"Hari ini kan kita mau ngerjain tugasnya, tapi ada 3 orang yang nggak bisa ikut, gimana?" Gadis itu bertanya dengan hati-hati, takut jika ia membuat Samudra kurang nyaman. Ya, Samudra dan Kalila kebetulan berada dalam satu kelompok yang sama.
Samudra menengok ke arah Kalila dan menatap gadis itu. "Ya udah, yang ada aja."
"Oh, oke."
Setelah memberitahu Samudra, Kalila kemudian hendak berlalu. Namun, pertanyaan dari seseorang membuat langkahnya terhenti.
"Mau kemana?" tanya Samudra. Entah pemuda itu hanya basa-basi atau benar-benar bertanya, Kalila tidak tahu.
"Ya ... ke tempat kita ngerjain tugas, di Alabama Cafe," jawab gadis itu dengan apa adanya. Jujur saja dirinya merasa bingung dengan pertanyaan Samudra. Padahal sudah jelas kemarin mereka membuat janji untuk mengerjakan tugas di Alabama Cafe.
"Jalan kaki?"
Samudra tahu gadis itu tidak pernah membawa kendaraan sendiri.
"Iya, kenapa?" Kalila sedikit gugup.
Pemuda itu berdiri dari kursinya, lalu meraih tas hitamnya. "Bareng gue aja."
Kalila membulatkan mata, sedikit terkejut dengan tawaran dari Samudra. Sedangkan Samudra melenggang begitu saja keluar dari kelas. Gadis dengan rambut yang digerai itu mematung sejenak di tempatnya berdiri. Namun, tak berlangsung lama karena mau tak mau dirinya harus mengejar Samudra yang sudah keluar dari kelas. Kalila sedikit kewalahan karena langkah Samudra yang lebar membuat pemuda itu sudah berjalan jauh di depan sana.
"Biru, tunggu–aduh!"
Nahas, gadis itu terjatuh di tangga saat mencoba berjalan cepat menyusul Samudra. Pemuda yang sudah berada beberapa meter di depan gadis itu pun menengok ke arah belakang. Matanya menangkap Kalila yang sudah jatuh terduduk di lantai. Gadis itu terlihat memegang kaki kirinya dan merintih kesakitan.
Samudra menghampiri Kalila. "Kok bisa jatuh?"
Mulut gadis itu terdiam. Ia hampir menangis karena merasakan pergelangan kakinya sangat sakit sekarang, dan ... ia malu sebab dirinya jatuh karena tegesa-gesa mengejar Samudra. Untung saja pemuda itu sedikit peduli dan mau berbalik arah untuk sekadar bertanya.
Saat ia mencoba untuk berdiri, tiba-tiba tangan Samudra menyentuh kedua pundaknya. Rasa tak biasa menjalar di tubuh gadis itu, tetapi ia mencoba untuk tak menghiraukannya.
"Aw!" jeritnya bersamaan dengan ia yang mencoba untuk berdiri.
"Kenapa? Sakit banget?"
Kalila mengangguk. Ia merasa dirinya tak sanggup untuk berjalan karena merasakan sakit yang luar biasa di pergelangan kakinya. Tanpa basa-basi, Samudra melepas genggamannya dari pundak Kalila dengan perlahan. Kemudian ia memindahkan tas punggungnya ke depan lalu berjongkok membelakangi Kalila dan berkata, "Naik."
"A–apa?"
"Naik ke sini," katanya sambil menepuk-nepuk punggung atasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Dua Warna
FanficTentang dua karakter yang berbeda, dua kepribadian yang bertolak belakang, dan dua warna berbeda dalam diri dua pemuda yang memiliki arti masing-masing. Namun, perbedaan itu masih memiliki keterkaitan dan keterikatan yang erat hingga sulit untuk dip...