Jaehyun merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa kaku. Dia baru saja pindah ke apartemen yang lebih dekat dengan kampusnya. Jujur, dia sempat kesal karena kedua temannya tidak bisa membantunya untuk memindahkan barang-barangnya. Tapi tak apa, toh, mereka juga punya kesibukan masing-masing, jadi dia tidak ada hak untuk memaksanya.Saat dia ingin keluar untuk mencari makan, dia bertemu tetangganya.
The neighbor is so fucking pretty.
Tetangganya sedang berusaha membuka pintu apartemen menggunakan kuncinya, karena tangan satunya memegang banyak buku.
Jaehyun memberanikan diri untuk menyapanya. Kapan lagi dia punya kesempatan ini?
“Hai.” Ucapnya kaku.
Tetangganya menoleh sebentar lalu fokus lagi dengan pintu tapi kemudian menoleh sepenuhnya pada Jaehyun karena dia merasa orang itu berusaha menyapanya.
“Oh, hai!” balasannya terdengar ceria, tapi mukanya datar.
“Baru pindah?” dan sekarang tetangganya menyerah pada pintunya yang susah terbuka karena kunci yang tidak ingin masuk ke lubangnya.
“em.. iya, dari siang.”
“Salam kenal?” sambungnya ragu.“Salam kenal. Gue Doyoung.”
Oh! Namanya Doyoung.
Lucu.
Seperti orangnya.
“A-aku Jaehyun.” Balasnya sambil mengusap tengkuknya canggung.
“Maba?” tanya Doyoung.
“Iya. Maba.” Balas Jaehyun sambil tersenyum.
Terkekeh kecil, lalu melanjutkan, “Gue semester tiga. Berarti gue kating lu. It’s ok, right?”
“Oh iya, gapapa kak,”
“Anu, semoga kita jadi tetangga yang baik. Mohon bantuannya kak.” Sambil membungkukkan badan.“Santai aja sama gue. Gak gigit kok.”
'Iya, tapi gue yang bakal gigit lu.'
OH SHIT, JAEHYUN!
Tidak sekarang.
“Mau dibantu kak?” tawar Jaehyun yang sedari awal memang memperhatikannya.
“Oh iya, boleh. Mau sekalian mampir?
Sekalian makan malam, untuk penyambutan.”“Boleh kak?”
“Of course!”
“Oke.. aku mau.” Balasnya sambil tersenyum hingga memperlihatkan lesungnya.
Mungkin akrab dengan tetangganya tidak terlalu buruk, pikir Doyoung.