Jaehyun pulang sekitar jam sepuluh malam. Dia merasa sangat lelah. Tugas yang diberikan dosennya tidak main-main. Jaehyun harus turun ke lapangan untuk menuntaskan tugasnya itu.
Lorong apartemennya sudah mulai redup. Ini memang salah satu ketentuannya, jika beberapa tempat akan menyalakan semua lampu jika di malam hari, berbeda dengan apartemennya yang justru meredupkan lampu. Katanya agar hemat. Entahlah, Jaehyun tidak terlalu peduli.
Ketika Jaehyun sampai di lantai apartemen miliknya, dia melihat sesuatu yang aneh didepan pintunya. Kini Jaehyun mulai mengutuk lampu yang gelap ini. Dia jadi mulai berpikiran aneh-aneh dengan sosok yang kini seperti sedang menyembunyikan wajahnya diantara lengannya dengan kaki yang ditekuk.
Semakin Jaehyun dekati, sosok itu tidak mengalami perubahan akan kehadiran Jaehyun. Mungkin orang itu tidur, pikirnya yang mulai mengalami keraguan apakah itu sungguh orang.
Langkahnya semakin memelan kala dia seperti mengenali sosok itu. Terlihat seperti Kak Doyoung, tapi dia tidak yakin. Lalu dirinya melihat pintu apartemen milik Doyoung ketika dia sudah sampai didepan orang itu. Pintunya hanya tertutup. Mencoba memberanikan diri untuk mengguncang sedikit pundaknya.
"Hei... Bangun."
Sosok itu bergerak pelan, merasa terusik. Mengusap matanya dengan kepala yang masih menunduk.
Saat sosok itu mendongak, Jaehyun langsung mengetahui jika tebakannya benar. "Kak? Ngapain disini?"
"Jae.. jaehyun!"
Jaehyun dengan sigap memeluk Doyoung yang tiba-tiba melompat padanya dan langsung memeluknya.
"Ke-kenapa, kak?" Bingung melandanya.
Isak tangis mulai terdengar. Jaehyun mulai panik, ada apa dengan Kak Doyoung?
"Kak? Hei.. kenapa?" ucapnya lembut. Tangannya mengelus punggung yang mulai bergetar, bahkan pelukan pada lehernya semakin mengerat.
"Jangan marah." katanya dengan suara yang teredam karena empunya bersembunyi di leher Jaehyun.
Jaehyun semakin bingung. Marah? Maksudnya apa?
"Siapa yang marah? Lepas dulu yuk, terus kita ngobrol.."
"NGGAK!!" Doyoung berteriak membuat Jaehyun terlonjak kaget. Bisa dirasakan kepala Doyoung yang menggeleng kencang di lehernya.
"Nggak mau... nanti kamu pergi.." ujarnya kecil.
Jaehyun memekik gemas, tapi dia tahan sebisa mungkin.
"Aku gak pergi kak.. masuk dulu yuk! Kita ngobrol didalam." berkata selembut mungkin dan harus membujuknya agar dia bisa lepas dari pelukan yang dapat membuat jantungnya berpacu cepat.
Pelan-pelan Doyoung melepas pelukannya. Wajahnya mulai terlihat, muka merah sehabis menangis dan mata basah langsung terlihat olehnya. Jaehyun tersenyum kecil melihatnya. Gemas, ungkap hatinya.
I N F R O N T O F M Y R O O M
Doyoung dan Jaehyun duduk berseberangan. Doyoung sedang meminum teh hangat yang disediakan Jaehyun. Lucunya saat Jaehyun ingin membuatkan teh hangat, Doyoung tidak memperbolehkannya pergi, bahkan dia hendak memeluk lagi jika tidak dicegah oleh Jaehyun. Katanya, takut Jaehyun tidak balik lagi. Lucu, tapi sayangnya ini situasi yang agak membingungkan.
Doyoung sudah tandas menghabiskan teh-nya, lalu dia beranjak dan menimbulkan pandangan bertanya dari Jaehyun. Doyoung pindah duduk disamping Jaehyun dan kembali memeluknya.
Jaehyun? Sudah pasti kaget. Hendak menghempasnya tapi dia urungkan ketika Doyoung sedari tadi bertindak tidak jelas.
"Kak? Kenapa?"
Pelukan itu semakin mengerat, "Jangan pergi..." ucapnya kecil, lalu mengusakkan wajahnya pada dada Jaehyun yang membuat empunya menahan napas.Astaga... Jaehyun berasa jantungan. Kira-kira Kak Doyoung dapat mendengar detak jantungnya kah? Jaehyun tidak peduli, kapan lagi kesempatan seperti ini akan datang?
Tangan Jaehyun dengan patah-patah mencoba memeluk balik Doyoung. Ketika Doyoung merasakan ada yang membalas pelukannya, dia semakin menyamankan diri di pelukan Jaehyun.
Selama beberapa saat mereka menikmati kegiatan tersebut. Bunyi detak jam yang berdentang menemani mereka, bunyi detak jantung dari masing-masing mereka juga sedikit memenuhi indra pendengaran mereka. Muka mereka sama-sama memerah mengetahui apa arti dari itu.
Sampai Doyoung memecah keheningan itu, "Jaehyun... Ayo pacaran."
Jaehyun yang kaget segera memegang pundak Doyoung untuk melepaskan pelukan mereka. Dia tidak salah dengar 'kan? Apa katanya tadi? Pacaran?
"H-hah..?"
Doyoung justru menekukkan mukanya, membuat Jaehyun panik seketika.
"E-eh.. kak.. j-jangan nangis, ma-maksud aku, apa? Kenapa? Kok, tiba-tiba?" ujarnya seakan memberi pengertian kepada Doyoung.
"T-takut kamu diambil orang.." katanya lirih.
Jaehyun?
Jangan tanya, dia sangat senang sekarang.
"Tapi maaf kak, aku tolak ya..? Aku ada yang lebih disukai lagi kak.."
Seketika Doyoung merasa dijatuhkan dari langit ke tujuh.
Saat Jaehyun melepas pelukan Doyoung secara perlahan-lahan, Doyoung hanya bisa terbujur kaku. Bahkan mukanya menunjukkan keterkejutan yang kentara.
Justru sekarang Jaehyun berlutut didepan Doyoung sambil menyiapkan bunga kecil yang awalnya ditaruh di vas bunga yang ada di meja ruang tamu tersebut.
"Karena aku mau-nya menyatakan sendiri rasa suka ku ke orang yang aku sukai."
Doyoung menoleh cepat ke arah Jaehyun yang sedang berlutut memegang salah satu tangannya sedangkan tangan lainnya sedang memegang bunga itu.
"Kak Doyoung... mau gak jadi pacarku?"
Tanpa ragu Doyoung mengangguk kencang sampai Jaehyun ngilu, takut patah leher itu.
Lalu mereka tertawa tanpa sebab sembari Doyoung menerima bunga tersebut.
T A M A T .
waw.. akhirnya tamat. btw, thank you yang sudah baca cerita absurd ini, maaf juga jarang update cepet krn sekolahku tugas mulu isinya, hehe.
akhir kata, sampai ketemu lagi dengan cerita-ceritaku yang lain... semoga saat kalian mencari di search bar, kalian bisa bertemu aku!
oiya, kalian bisa mengunjungi twt ku yang udh aku cantumin di profil aku, aku juga bikin au disana, semoga kita dapat berjumpa lagiii!!!
dadah!