7

930 153 1
                                    

Doyoung sedang gelisah. Sedari kemarin dia terus memikirkan hal ini.

Iya, yang dia pikirkan adalah perubahan sikap adik tingkatnya ini, atau sebut saja tetangganya.

Tadi pagi sebelum berangkat mereka sempat papasan, Doyoung sudah hafal di luar kepala jika Jaehyun bertemu dengannya. Sudah pasti anak itu akan memanggil namanya dan tersenyum sangat lebar hingga memperlihatkan lesung pipinya, tapi ini berbeda. Tidak ada sapaan, bahkan melirik saja dia tidak melakukannya. Saat Doyoung menyapanya barulah dia menoleh dan hanya memberikan senyum tipis.

“Hai juga, kak.” Hanya itu yang dia jawab. Seperti tidak ada minat! Dan Doyoung menjadi kesal karenanya. Terhitung sudah dua hari sejak kejadian mobilnya mogok itu, dan besoknya dia mulai gelisah dan hari ini malah memikirkannya.

Jika kalian bertanya, apakah Doyoung tahu jika tetangganya ini menaruh minat lebih padanya? Maka jawabannya; iya, Doyoung mengetahuinya.

Lantas mengapa dia hanya menjawab seadanya dan terkesan mencueki bahkan seperti menghindar. Tentu saja, karena dia tidak ingin berinteraksi dengan orang lain, atau orang yang lebih muda darinya.

Doyoung sudah sering mendapat perlakuan seperti ini selama tahun pertama dia kuliah. Semua orang yang melakukannya hanya ingin menjadi salah satu bagian dari kekasihnya.

Mau tahu yang lebih buruknya? Doyoung hampir tiga kali gagal dalam urusan percintaan dan semua orang yang dia kencani berasal dari orang-orang yang mengejarnya itu.

Anggap saja Doyoung trauma. Lalu dia pun berpikir jika Jaehyun sama saja dengan para mantannya. Tapi sekarang dia menyadari kalau Jaehyun mulai mengambil alih atensinya sejak anak itu menginjakkan kaki di depan apartemennya.

in front of my roomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang