3

1.1K 177 0
                                    

Jaehyun memandang kosong langit-langit kamarnya.

Ternyata mendekati Kak Doyoung cukuplah sulit. Terkadang dia menjadi sangat sibuk sehingga sulit untuk mengajaknya keluar, dan ekspresi biasa saja-nya (tidak tertarik) membuat Jaehyun berpikir berulang kali jika ingin mengajaknya berbicara.

Tapi Kak Doyoung itu mempunyai segudang daya tarik yang membuat Jaehyun tidak bisa lepas darinya.

Dia.. sungguh unik. Setidaknya itu yang Jaehyun pikirkan.

Jaehyun mencari ponselnya yang berada tak jauh darinya. Menghubungi Johnny sepertinya akan membantu menyelesaikan masalahnya.

Pada panggilan pertama tidak terjawab. Ada apa dengan orang ini? Tidak biasanya sulit menjawab.

Panggilan kedua pun tersambung.

"Halo? Kenapa Jae?" tanyanya langsung.

"....."

"Jae?"

Jaehyun masih diam

"Kalo gak penting gua tutup."

"Jangan." Balas Jaehyun lesu.

"Kenapa, hm?" Seperti seorang ibu yang bertanya pada anaknya. Lembut.

"Gue... suka sama orang," pengakuannya.

"Hah? So suddenly?" Ujarnya kaget. Sebab baru kali ini Jaehyun mengungkapkan perasaannya setelah hampir selama tahun terakhir sekolah menengah atas dia tidak menjalani hubungan apa pun.

"Yeah,"
"Tapi dia susah didekati." Lanjutnya.

"Kok bisa? Siapa yang berani menolak pesona Jaehyun?" Tegasnya.

"Ya dia doang,"

"Iya sih..." Meringis sedikit memikirkannya.

"Terus gue harus gimana, Jo?" tanyanya putus asa.

Bagi Johnny ini bukanlah seperti Jaehyun yang biasanya. Jaehyun selalu optimis jika ingin mendekati seseorang.

"Lo udah usaha?" tanyanya.

"Udah, lu tau sendiri gue kayak apa.."

Johnny tahu. Bahkan sangat tahu Jaehyun seperti apa melebihi Jaehyunnya sendiri. Apa yang Jaehyun mau maka dia akan mendapatkannya.

"Iya.. terus apa masalahnya?"

"Ya dia nolak." jelas Jaehyun.

"What?!" Jujur saja, siapa yang bisa menolak Jaehyun? Hanya orang aneh yang dapat melakukannya. Johnny pikir orang aneh itu adalah orang yang disukai Jaehyun.

"Serius! Tapi alasannya selalu sibuk sih. Ya gue tau soalnya juga dia kating udah pasti beda kegiatannya sama gue."

"Lo udah ngapain aja sama dia?"

"Mm.. kita tetangga. Gue sering kali ngajak dia, tapi dia selalu nolak. Gue gak ngerti salah gue apa, dan cuman sekali dia mau gue ajak makan bareng, setelahnya gak ada lagi."

Memang benar hanya sekali, dan itu dua hari setelah Jaehyun diajak makan malam di apartemennya.

"Wait .. lu ajakin pdkt di apart lo?" Johnny sedikt bingung.

"Iya.."

"Udah? Cuman dilingkungan itu aja?" tanyanya memastikan.

"Iya."

" Lu stupid, Jae." balasnya kasar.

"Hah?" Jaehyun tidak mengerti.

"Lu kenapa gak ajak dia di kampusnya aja." Sarannya.

Oh.. Jaehyun melewatkan bagian itu.

"Atau jangan-jangan lu gak tau dia di kampus mana?" lanjutnya.

Menghela nafas, Jaehyun pun mengakuinya, "Iya.."

"Jurusannya juga gak tau?"

"Iya."

"Terus apa yang lu tau?" Tekan Johnny.

"Cuman tau kalo dia kating, semester tiga."

"Lo bodoh banget sih, Jae.."

"Iyaa gue tahu." Jaehyun mengakuinya.

"Lo pdkt di kampus juga bodat. Kalo kayak gini terus kapan majunya? Bahkan pastinya Lo cuman liat dia pas berangkat ngampus sama pulang doang." ujarnya seakan-akan itulah kenyataannya.

"Iya..." Dan terbukti perkataan Johnny benar.

"Lo harus cari tau dia pokoknya. Lo kalo serius sama dia, ya cari tau dong," sarannya.

"Oh.. iya.." Jaehyun seakan merasa bodoh karena hal ini.

"Good. Dah gue mau ngedate."

"Anjir lu ahh.." balas Jaehyun sungut.

"Hahahahaha, good luck bro,"

"Ya, you too. Thanks ya."

"Anytime bro."

Nada dering mati dan Jaehyun menyadari kebodohannya. Memang paling benar jika menelepon Johnny jika ada masalah. Dia yang paling dewasa dibandingkan dengan Jaehyun.



sorry klo typo dan gak rapi

in front of my roomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang