Jaehyun tertolak. Lagi. Seumur hidup hanya Kak Doyoung yang dapat melakukannya. Tapi cara menolak Kak Doyoung itu membuat Jaehyun berpikir berulang kali, apakah dia tidak semenarik itu?
Pasalnya, setiap kali Jaehyun mengajaknya keluar, hanya ekspresi biasa saja yang tertampak pada mukanya, bahkan menjurus tidak tertarik untuk berbicara panjang dengan Jaehyun. Jaehyun cukup mengetahui bagaimana muka seseorang jika dia tertarik.
Come on, dude. Jaehyun sudah bertemu banyak orang yang mengaku tertarik dengannya atau pun bertemu dengan orang yang akan dia kencani. Maka muka yang mengandung unsur positif Jaehyun dapat mengetahuinya. Tapi sedangkan Doyoung, Jaehyun tidak dapat mengetahuinya. Ekspresinya tak tertebak. Bahkan matanya tidak menyorotkan ekspresi apa pun.
Makanya Jaehyun cukup frustasi dengan hal itu.
Jaehyun hanya berusaha mengingat, apakah saat makan malam dengan Kak Doyoung dia membuat kesalahan? Sampai-sampai Kak Doyoung merasa segan dengannya. Atau dia membuat kesalahan saat Jaehyun mengajaknya makan malam terakhir kali?
Perasaan Jaehyun, kemarin dia membawa Doyoung ke tempat yang bagus untuk makan.
Hal tersebut membuat perubahan moodnya menurun drastis. Johnny yang menyadari itu bertanya, “Kenapa? Dilihat-lihat lu murung terus.”
Mereka sekarang berada di tempat makan yang ada di sekitar apartemen Johnny. Jaehyun butuh teman setelah tertolak. Setidaknya itu yang dia butuh kan saat ini.
“Gua ditolak lagi,” sambil menampilkan ekspresi cemberut.
“Sama?” tanyanya.
“Sama Doyoung.” Makin maju bibirnya.
Johnny hanya mengernyit melihatnya. “Lagi? Dia lagi?”
“Iyaaaa,”
“Ck, cari yang lain. Masih banyak modelan kayak dia.” Ucap Johnny tegas. Lantaran capek mendengar keluhan Jaehyun yang hanya seperti itu terus.
“Tapi yang kayak dia gak ada,” kini mukanya menampilkan ekspresi sedih. Seperti patah hati saja, pikir Johnny. Walau pacaran saja belum, lanjutnya.
Johnny hanya bisa menghela nafas. Dia juga bingung harus apa. Meskipun perkuliahan sedikit lagi akan dimulai tapi jika setiap hari bertemu yang seperti ini terus, Johnny lama-lama juga muak.
“Selain di apart gak ketemu lagi?”
“Jarang. Bahkan beberapa hari ini gak liat dia pulang ke apart. Cuma hari ini. Eh? Kok aneh ya? Tumben.. apa dia mau pindah? Gak mungkin ah.. masa iya pindah.. tapi kalo beneran gimana? Tapi pakaiannya rapi banget, tapi buang sampah doang kok.. rapi, ya? Atau pindahannya hari ini? Terus kenapa pindah? Berarti pindah gara-gara gue dong? Waduh, gimana dong Jo? Gue harus pulang gak? Ucapan perpisahannya gimana? Gue juga belum punya nomornya? Masa udah pindah! Jo, gimana dong?“
Jaehyun mulai melantur. Johnny hanya bisa menghela nafas melihat Jaehyun yang sudah berprasangka buruk dengan pikirannya.
Biarkan saja lah, nanti juga capek sendiri, pikir Johnny.