6

963 155 1
                                    

Jaehyun melihatnya. Jaehyun melihat Kak Doyoung sebagai salah satu mahasiswa berprestasi yang sedang memperkenalkan diri, anggap saja sebagai contoh untuk adik tingkatnya untuk menjadi seperti dia. Ya, Jaehyun mau saja jika harus mencontoh dia, toh, Jaehyun juga betah memandangnya lama-lama.
Jujur, Jaehyun cukup terkejut karena dia satu kampus dengan kakak tingkatnya itu.

Hohoho, sepertinya ini pertanda bahwa perjalanan cintanya akan semulus yang lalu-lalu, walau awalnya tidaklah mulus.

Selama masa ospek, Jaehyun tidak berhenti memandangi kakak tingkatnya itu. Oh, sungguh! Dia sangat tampan dengan almamater kampus dan rambut yang tertata rapi. Semakin besar saja rasa sukanya.

Jaehyun bertekad bahwa dia harus bisa mendekati kakak tingkatnya itu. Kak Doyoung itu seperti cocok jika bersanding dengannya.


I N   F R O N T   O F   M Y   R O O M


Sepertinya ini hari keberuntungan Jaehyun yang pertama setelah dia mendeklarasikan bahwa dia akan mendapatkan Kak Doyoung. Dia melihat Kak Doyoung yang kesusahan. Mobilnya mogok di tengah jalan, dan bannya kempes bagian belakang.

Wah, mungkin ini hari yang sial baginya.

Jaehyun memarkir mobilnya di belakang mobil Kak Doyoung, lalu turun dan menghampirinya.

“Kak Doyoung? Mobilnya kenapa?” Sangat mulus seakan-akan tidak mengetahui apa pun, jelas-jelas dia tahu segalanya jika hanya melihat saja.

“Eh, Jaehyun. Ini.. mobilku mogok, bannya juga kempes.” Jelasnya. Kan benar dugaan Jaehyun.

“Aku panggilin mobil derek, ya? Sekalian dibawa ke bengkel.” Ujarnya memaksa.

“Gapapa, jae, gak usah, nanti aku benerin sendiri terus aku ganti bannya.” Menolak.

“Udah ku panggil kak, nanti aku yang bayar semuanya kok, servis sama mobil dereknya, kakak gak usah khawatir, ya?” Memaksa.

“Jangan, jae. Gak enak aku sama kamu,”

“Santai aja, kak! Sekarang sama aku aja, yuk? Pulangnya sama aku aja, nanti aku kasih tahu soal mobilnya ke kakak, oke? Ini punya kenalan ayah ku kok, don’t worry, kak.” Memaksa memang sudah mendarah daging sepertinya.

“Yaudah, deh.. Tapi beneran kamu jagain mobilku ‘kan?”

“Iya, kak. Yuk, aku anter pulang,”

Mungkin ini saatnya untuk mengajak Doyoung berjalan-jalan dengannya.

I N   F R O N T   O F   M Y   R O O M



Selama di perjalanan hanya alunan musik yang memenuhi indra pendengaran. Sementara Doyoung hanya bermain ponsel, sesekali akan melihat ke jendela lalu ke ponsel lagi.

Ini Jaehyun dianggurin? Serius? Seumur-umur pasti setiap orang akan sangat senang mengajak Jaehyun mengobrol. Maksudnya, mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk berbicara dengan Jaehyun jika mereka satu ruangan dengannya.

“Kak.”

Doyoung menoleh.

“Kakak yang tadi maju sebagai murid berprestasi itu ‘kan?” Tanyanya, basa-basi.

“Iya. Kok kamu tahu?” Doyoung cukup terkejut dengan lontaran Jaehyun.

“Anu.. aku salah satu mabanya, hehe.”

“Oh..” Lalu hening.

Ini topik obrolan yang Jaehyun pikirkan langsung mati?

Ya sudah, tidak ada pilihan lain selain kegiatan yang impulsif. Ini yang paling tepat, sepertinya.

“Jae... Ini kita mau kemana? Blok apartemen kita udah lewat tadi,” seru Doyoung sedikit bingung.

“Kita makan siang dulu, kak.”

“Lho? Gak usah, jae. Makan di rumah aja.”

“Aku yang bayar.”

Doyoung dibuat bungkam dengan nada bicara Jaehyun. Kenapa terkesan dingin? Apa dia buat salah?

Memang bodoh kau Doyoung, lebih memilih menyibukkan diri daripada sekedar basa-basi setelah dibantu oleh adik tingkat mu.

in front of my roomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang