Rencana Tersembunyi

53 15 10
                                    

"Terimakasih pak," ujar Ata setelah menyerahkan uang ke ojek tadi. Dia berjalan kearah pintu rumahnya perlahan sambil berjalan kecil.

"Bisa gak sih kamu nggak egois mas?" terdengar isakan kecil mengiringinya.

"Kamu yang seharusnya tahu diri, ini demi kalian." Ata membatu di tempatnya saat itu. Tolong, jangan sekarang. Batinnya.

Dia terlalu lelah hari ini, setidaknya ada hal yang bisa membuatnya merasa sedikit membaik. Bukan menambah beban pikirannya.

"Terserah kamu. Intinya aku nggak peduli." Suara langkah kaki terdengar menjauh.

Ata bersiap untuk masuk dengan santai, seolah tak terjadi apa-apa sebelumnya. "Ata pulang."

Bu Alya nampak mengusap air matanya yang tersisa. Lalu dia mendekati anaknya itu. "Gimana sekolahnya?" tanyanya.

Ata menjabat tangan Mama-nya. "Baik Ma, aku langsung ke atas ya."

"Cepat ganti baju terus turun. Mama sudah masak makanan kesukaan kamu."

"Oke!"

***

Setelah selesai membersihkan diri, Ata duduk termenung di kasurnya. Peristiwa-peristiwa masa lalu kini bermunculan di pikirannya. Selama ini dia mencoba berdamai, namun ada saja yang mengingatkan kembali ke masa itu.

Tak terasa cairan bening mulai menetes tanpa disuruh. Sungguh bukan hal mudah untuk bersikap biasa saja saat diterpa banyak masalah. Jika kamu dapat melakukannya dalam waktu yang cukup lama, dirimu hebat. Benar-benar hebat.

"Argh!" jeritnya saat itu. Tangannya tanpa sengaja meraih botol kaca lalu memecahkannya ke dinding. Dia terpaku sesaat, "darah." Gumamnya.

Mama Ata yang mendengar jeritan itu segera naik untuk memastikan anaknya baik-baik saja. Namun nyatanya pemandangan yang dilihat merusak pemikirannya.

"Ata!"

“Ya ampun, kamu kenapa Nak?” tanya Bu Alya dengan perasaan khawatir.

“Ata gak sengaja nyenggol botol kaca Ma, tapi ini gak papa kok,” jawab Ata dengan menahan ringisan. Bukan hal yang tepat untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi kepada Mama-nya.

“Ayo Mama obati dulu, habis itu kita makan malam,” ujar sang Mama.

Bu Alya mengobati Ata dengan telaten, sedangkan Ata berusaha mati-matian menahan rasa perih yang ada di tangannya. Namun, dibalik sakitnya goresan itu Ata merasa sedikit lega, ternyata dengan menggores tangan bisa mengurangi beban yang ada di dalam pikirannya.

Setelah selesai dengan luka Ata, Bu Alya segera memanggil suaminya untuk makan malam bersama. Walaupun sedang ada masalah dengan suaminya Bu Alya bersikap seperti biasanya agar Ata tidak mengkhawatirkan dirinya. Namanya juga orang tua, bagaimanapun kebahagiaan seorang anak adalah nomor satu.

“Ma, Pa. Ata ke atas dulu ya mau ngerjain tugas,” pamit Ata kepada orang tuanya setelah menyelesaikan makannya.

“Iya sayang yang rajin ya belajarnya. Dan hati-hati lukamu masih belum kering,” jawab kedua orang tuanya bersamaan.

Ata mengangguk lalu melangkah pelan menuju ke kamarnya.

Pada saat di kamarnya ternyata Ata tidak mengerjakan tugas, itu hanyalah alibinya untuk mencari informasi tentang menggores bagian tubuh tertentu.

Self harm adalah perilaku melukai diri sendiri secara sengaja. Self harm biasa dilakukan karena ada beberapa faktor yang mengganggu kondisi kejiwaan seseorang. Self harm biasa dilakukan dengan menyayat tangan, kaki, atau bagian tubuh privat.

Ata menemukan artikel yang menjelaskan tentang menggores tangan. Menurutnya itu salah namun, dia merasa jika itu bisa mengurangi beban pikirannya. Jadi, dia lanjutkan saja toh dia bisa sedikit mengurangi beban masalahnya.

Ia meringis kesakitan ketika cutter itu menyentuh kulit tangan nya yang mulus. Darah keluar sedikit demi sedikit membentuk garisan panjang yang dibuat oleh gadis itu. Air matanya juga mengalir begitu saja. Rasa nya jauh lebih tenang jika ia menyayat tangan nya.

Luka itu semakin dalam ketika Ata menyayatnya tepat pada luka yang terkena pecahan botol kaca tadi. Dia tertawa hambar. Orang yang melihatnya pasti akan mengira dirinya gila.

"Setelah ini, lo akan buat gue semakin menderita GEB-BY." Tatapan nyalang diberikan oleh gadis itu ke sembarang arah. "Gue pastiin lo akan nyesel Gebbyela yang terhormat."

Gadis itu memilih tidur saja dengan darah yang masih mengalir dari tangannya. Toh besok akan kering sendiri. Dia berharap Mama-nya tak mengetahui luka barunya.

Di sisi lain, ada lelaki yang tampak sedang memikirkan sesuatu sampai perasaan aneh menyelinap dalam hatinya.

"Perasaan gue kok gak enak ya?"

Gelisah. Itu yang dirasakan oleh lelaki yang tengah berbaring di king sizenya. Keringat juga keluar padahal AC di kamarnya menyala cukup kencang. "Atau ini cuma perasaan gue aja ya?"

Lelaki itu teringat pada seorang gadis yang akhir-akhir ini mengganggu fikirannya. Entah kesalahan apa yang diperbuat gadis itu hingga Gebby sangat membenci gadis polos tersebut.

"Gue kasian sama lo. Rasa pengen bantu, cuma kekuatan Gebby lebih besar." Monolognya dengan suara sendu. "Tapi gue akan bantu lo sebisa gue. Lo tenang aja Atazhia."

***

Pukul tiga pagi. Ata terbangun karena merasa dahaga. Dia beranjak bangun dari tempat tidurnya guna mengambil gelas yang berada di meja belajarnya.

Setelah selesai dengan kegiatannya, perasaannya tiba-tiba berubah sendu. Setetes demi setetes cairan bening mulai meluncur bebas. Aneh, benar-benar aneh. Tak lama dari itu, dia merasa senang. Jangan tanya apa penyebab, karena Ata sendiri juga tak tahu dengan apa yang dialaminya.

"Kalo gini lama-lama gue bisa gila," monolognya. Ata merapikan kembali tempat tidurnya.

Dan sebelum netranya terpejam sempurna, dia tersenyum. Senyum yang sulit diartikan. "Tunggu saja besok musuh tercinta."

***

Gadis itu berjalan mengendap-endap memasuki kelas yang terlihat masih sepi itu. Sembari menengok kesana kemari memastikan suasana benar-benar aman.

Dan, hap!

Dia menyeringai tipis, "semudah itu!" Lalu berjalan keluar dengan ekspresi biasa agar tak ada yang curiga.

"Kejutan pagi yang menyenangkan bukan?" ujarnya menjauh.

Disisi lain, ada seorang pemuda yang sedari tadi memperhatikan-nya. Jika biasanya dia merasa senyum gadis itu indah, kali ini tampak berfikir. "Senyumnya kenapa beda?" monolognya.

"Oh iya! Ternyata itu rencanamu sayangku." Langkah kecilnya membawanya menuju parkiran. Tidak sopan jika ikut campur urusan gadisnya. Bukan-bukan, gadis itu.

"Gue kok merinding ya?" batin seseorang di sana.

•••
Hai! Selamat datang di Part 3 Kelompok 1 jangan jadi silent reader's yaa^^.

- Sabrina
- Gebby
- Arina
- Syifa

Salam Sayang❤️

ATAZHIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang