Sepulang sekolah, Ata menghindari Deo. Kini dirinya tengah menunggu ojol—ojek online yang tadi sudah dipesannya. Dia terdiam dengan tatapan kosong. Kejadian di sekolah tadi membuatnya termenung dan sedikit terpukul. Ata sudah berusaha mempercayai dan membuka hatinya untuk Deo. Namun ternyata sikapnya itu membawanya sendiri ke jurang sakit hati. Ya, Deo memacarinya hanya karena dare.
Ingin sekali Ata meneriaki Deo langsung di hadapan. Namun sayang nyalinya tak sebesar itu. Dia berusaha mati-matian menahan kemarahan dan kekecewaan. Ata takut untuk bertemu dengan mereka. Dia tidak bisa menangis lagi karena sudah terbiasa, terbiasa tersakiti. Ingin rasanya Ata mengakhiri hidup, tapi dia juga mengingat adiknya yang sedang dalam kandungan. Adik kecilnya masih perlu perlindungan.
Ata jadi teringat dengan acara untuk calon adiknya yang sudah memasuki usia 7 bulan, tadi juga saat akan berangkat sekolah Ata melihat tetangga yang berdatangan ke rumahnya, mungkin untuk membantu acara 7 bulanan adiknya.
"Pak, lebih kenceng ya bawa motornya, soalnya saya sedang terburu-buru."
"Siap neng," jawab pengemudi ojol tersebut.
Sesampainya di rumah, Ata menyerahkan uang sekaligus helm. Suara bising menggelegar sampai halaman rumahnya. Ah, ternyata rumahnya seramai ini. Dia jadi malu karena penampilannya kali ini terlihat acak-acakan.
Biasanya 7 bulanan ini dengan hajatan dan tetangga akan diberi pala pendem—tanaman yang dibuahnya ada di dalam tanah. Seperti singkong, ubi dan masih banyak lagi. Ada juga rujak dari timun dan mangga muda.
Dalam mitoni juga ada acara siraman, wadah airnya bernama kemaron. Di dalamnya berisi air kembang dan terdapat pula uang. Gayung yang digunakan berbeda dengan biasanya, kali ini menggunakan gayung yang berasal dari tempurung kelapa. Saat air bunganya sudah habis digunakan, kemaron tersebut dipecah.
Dengan perlahan gadis itu masuk. Kini pandangan banyak orang tertuju kepadanya.
"Eh ... halo, siang semua. Saya keatas dulu." Ujarnya seraya tersenyum canggung.
Diatas dilihatnya sang Mama tengah beberes dengan baju terusan. Tidak ada Papa yang menemani. Ata menghembuskan nafasnya pelan. Kemudian dia meninggalkan tempat itu lalu masuk ke kamarnya.
Flashback On
Ata yang baru keluar dari kamar mandi, mendengar dua orang yang sedang ngerumpi. Awalnya gadis itu masa bodo, namun ketika namanya dibawa-bawa, Ata jadi penasaran.
"Lo tau..." Ujar gadis berponi itu.
"Gak, orang lo gak ngasih tau." Sahut temannya. Dia sedang membenarkan posisi bandananya yang sedikit tak beraturan.
"Sialan, lo!" Desis seseorang itu. "Tapi gue serius. Gue mau bilang sesuatu ke lo."
"Yaudin, bilang aja."
"Ini tentang hubungan Deo sama Ata."
Ata dengan seksama memperhatikan satu persatu kata yang keluar dari mulut keduanya. Dia tak mau tertinggal secuil apapun yang mereka bicarakan, karena ini menyangkut dirinya dan juga orang itu—Deo.
"Oh."
"Anjir! Kok tanggapan lo cuma 'oh' doang?" sungutnya. Tangannya melayang mulus ke lengan temannya itu. Sasarannya berdecak pelan.
"Ya terus gue harus gimana? Gue gak tertarik tuh dengan urusan gadis udik itu." Ata mendengarnya, namun dia hanya bisa diam. Menunggu ucapan selanjutnya.
"Ini ada yang menarik. Gue yakin lo bakal ketawa." Ujarnya lagi.
"Apa-apa?"
"Ada yang bilang ke gue, kalo hubungan mereka tuh palsu."
KAMU SEDANG MEMBACA
ATAZHIA
Mystery / ThrillerHidup itu ada dua fase, di atas dan di bawah. Namun bagi tokoh utama kita-Atazhia Lareyna, kehidupannya selama ini selalu berada di bawah-tidak akan dihargai oleh temannya. Dan akan selamanya begitu. Penampilannya yang sedikit berbeda dengan teman-t...