Surga Dunia

69 20 10
                                    

Gadis itu mengira bahwa kejadian tadi telah usai. Tapi bukan Gebby namanya jika berdamai.

Mereka–Gebby, Gita, Dimas, Geo dan Deo– semakin hari justru semakin gencar mengganggu ketenangan Ata. Ada saja ulah mereka yang sering membuatnya naik darah.

Seperti sekarang, Ata baru saja melangkahkan kaki menuju ke perpustakaan. Di tengah perjalanan dia bertemu Gebby beserta antek-anteknya.

Bruk!

"Aw!" pekik Ata saat itu juga. Dia menatap sekelilingnya, Gebby lagi. Batinnya.

"Yah, jatuh semua dong bukunya." Ucap Gebby seolah merasa bersalah.

Tanpa memedulikan apa yang dikatakan Gebby, Ata segera menyusun satu persatu buku tersebut. "Gak usah sok gitu deh!" cibirnya.

Sang lawan bicara tertawa hambar. "Sok apa? Sok cantik? Kan emang gue cantik. Ya gak guys?!" ujarnya percaya diri. Mau tak mau antek-anteknya mengangguk, menyetujui ucapannya.

Ata mendongak, menatap mereka satu dengan tatapan datar. Sesaat, netranya terpaku pada sosok di belakang itu. Mereka saling bertatapan dengan pandangan yang sulit diartikan.

Tendangan Gebby pada buku yang sempat disusun Ata mengalihkan perhatiannya. Setelah itu mereka pergi tanpa merasa bersalah sedikitpun.

"Gebby sialan!" umpatnya.

Ata menyusun kembali buku tadi dengan perasaan jengkel dan segera menuju ke perpustakaan untuk mengembalikan buku itu.

"Benar-benar setan tuh cewek!" Gadis itu bermonolog sendiri dengan buku yang digenggamnya.

"Hidup gue sejak SMP gak pernah damai. Heran gue." Ujar nya pelan. Gadis itu memang sudah tidak selemah ketika SMP. Tapi perasaan jengkel itu selalu muncul ketika Gebby mengusik ketenangannya.

***

"Permisi, Bu!"

"Ya silahkan masuk." Gadis itu segera melepaskan sepatu lalu memasuki ruang tersebut.

"Ada perlu apa?" tanya guru yang kini tengah berjaga itu.

"Saya mau ngembalikan buku, Bu."

"Siapa namamu?"

"Atazhia Lareyna, Bu."

"Sudah. Kamu dapat letakkan ke tempat kamu temu kemarin."

"Eum, Bu." Ujarnya lagi.

"Ada apa?" Bu Tesa memandangnya.

"Boleh saya pinjam buku yang lain lagi?"

"Silahkan. Asal jadwal pengembalian nya tepat waktu atau tidak kamu akan kena denda."

"Baik. Terimakasih, Bu."

Ata melengos pergi mengembalikan buku yang dia pinjam. Kini langkahnya menuju satu rak yang berisi kumpulan novel yang membuat netranya berbinar.

Gadis itu sangat menyukai novel. Ingin rasanya mengoleksi semua novel yang ada, tapi tidak mungkin jika uang tabungannya digunakan untuk membeli novel. Masih ada keperluan lain yang harus dia cukupi.

"Berasa kayak di surga dunia," gumamnya sembari melihat-lihat novel yang ingin dia pinjam. "Andai rumah gue kayak gini, bakal betah dah di rumah aja." Senyumnya tak pernah pudar dari wajahnya yang manis itu.

Tanpa dia sadari ada sesosok lelaki yang memperhatikannya sedaritadi. Ia tersenyum tipis melihat Ata yang bahagia dikelilingi banyak novel.

"Gue senang kalo ketenangan lo gak diganggu sama mereka." Ujarnya pelan. "Tapi gue lebih senang kalo lo bahagia karna novel. Lo sederhana. Lo beda." Pandangannya tidak lepas melihat kearah gadis itu. "Gue bisa beli bejibun novel biar senyum lo gak pudar-pudar. Andai lo tau, senyum lo itu manis, Ata."

Laki-laki itu kemudian pergi meninggalkan perpustakaan ketika melihat Ata sudah bergerak dari tempatnya dengan memeluk 2 buah novel.

***

Jam menunjukan pukul 14.20, yang artinya bel sekolah sudah berbunyi 20 menit lalu. Saat ini, Ata sedang menunggu ojek online yang tengah dia pesan. Sudah 20 menit menunggu, ojek pesanannya belum juga datang.

Mau cancel takut tidak mendapatkan ojek lain mengingat cuaca berubah mendung. Akhirnya dia memutuskan menunggu saja sampai 2 mobil sport berhenti dihadapannya.

Gebby keluar bersama antek-anteknya dengan angkuh dan berjalan mendekati Ata.

"Duh, belum pulang ya?" tanyanya pada Ata. Merasa tidak ada respon dari Ata, Gebby merasa kesal.

"Budeg ya lo? Atau bisu?!" Perkataan yang Gebby lontarkan mampu membuat tubuh Ata bereaksi. Buktinya sekarang ia sudah menolehkan kepalanya kepada Gebby dengan alis yang terangkat satu seolah menanyakan _"apa?"_

"Kalo ada yang nanya tuh dijawab. Dikasih mulut malah gak dipake." Ucap Dimas kesal.

Ata menghela nafasnya lelah, sampai kapan kehidupannya akan begini?

"Mau apa lagi?" tanyanya masih mencoba sabar.

"Dih. Orang kita nyapa doang, lo-nya aja yang songong gak mau bales. Iya kan guys?" Tanya Gita ikut-ikutan.

"Oke, sekarang gue nanya kalian mau apa?" ulang Ata.

"Gak pengen apa-apa sih. Cuma pengen liat sedikit drama sebelum gue pulang," balas Gebby. Tak lupa ia menunjukan smirknya yang membuat Ata menelan ludahnya susah payah.

_"Apalagi ini Tuhan?"_

"Bisa gak sih jangan ganggu gue kali ini. Gue bener-bener capek," ucap Ata memelas. Ia tak bohong, badannya terasa sangat lelah seharian ini. Entah apa penyebabnya.

"Ouh, lo capek?" tanya Gebby dengan raut muka yang di buat memelas. Sedangkan antek-anteknya tersenyum senang menanti apa yang akan terjadi setelahnya.

"Bukan urusan gue sih, lo cape atau gak. Urusan gue ke lo tuh ... BUAT LIAT LO MENDERITA!" sambungnya dengan menekankan kata terakhirnya.

Baru saja Gebby melangkahkan kakinya, suara dering tepfon miliknya membuat ia mengurungkan niat untuk mendekati Ata.

"Halo Ma," ujarnya dengan nada pelan.

"...."

"Iya, aku pulang sekarang."

Setelah itu, Gebby mematikan sambungan itu sepihak.

"Guys, cabut!"

"Lah Geb, ni anak gak jadi kita apa-apain?" Protes Geo.

"Besok aja, gue dah disuruh balik sama nyokap," jelas Gebby secara singkat.

"Dan lo," ucapnya sambil menunjuk Ata.

"Urusan kita belum selesai, besok gue lanjutin di sekolah," ucapnya sambil tersenyum remeh kemudian berlalu memasuki mobilnya.

Ata menghela nafas lega saat melihat kedua mobil itu melenggang pergi dari hadapannya. Setidaknya, ia tidak berurusan dengan Gebby pulang sekolah sekarang. Walaupun ia harus menguatkan mentalnya untuk hari esok mengingat ucapan Gebby tadi.

Tak berselang lama, ojek yang dia pesan pun datang.

"Maaf ya neng, motornya sempat masuk angin sebentar tadi. Jadi lama deh," ucap tukang ojek itu sedikit melawak.

Ata menanggapinya dengan senyum tipis, lalu memakai helm yang disodorkan padanya.

"Gapapa pak, yaudah yuk jalan. Saya udah ditungguin lama, ini juga udah mendung. Takut keburu hujan."

"Siap neng."

Disepanjang perjalanan, Ata hanya diam memikirnya apa yang harus ia lakukan saat ini dan seterusnya. Berharap ada keajaiban yang Tuhan beri dari surga untuknya.

"Tuhan... Aku tak meminta banyak darimu, aku hanya meminta hak-ku untuk bahagia. Salahkah aku jika mengharap kan itu darimu? Tidak kan? Sampai kau menjemputku, aku akan senantiasa menanti keajaiban syurgamu Tuhan."

•••

Hai! Selamat datang di Part 2 Kelompok 1 jangan jadi silent reader's yaa^^.

- Sabrina
- Gebby
- Arina
- Syifa

Salam Sayang❤️

ATAZHIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang